Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Zhuge Liang: Ahli Strategi Militer Terkenal pada Periode Tiga Negara

2 November 2023   07:00 Diperbarui: 2 November 2023   07:15 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.angryasianman.com/images/angry/redcliff_takeshikaneshiro.jpg

Dari sinilah awal dari hubungan kepercayaan antara Zhuge Liang dan Liu Bei. Keduanya saling menghormati dan menghargai sebagai guru dan murid, sahabat dan saudara, serta penguasa dan bawahan. Zhuge Liang memberikan nasihat-nasihat strategis kepada Liu Bei, baik dalam hal militer maupun politik. Ia juga membantu Liu Bei dalam mengatur pemerintahan, ekonomi, pendidikan, dan budaya di wilayah Shu Han. Ia menjadi tangan kanan dan otak dari Liu Bei dalam membangun kerajaannya.

Karier Militer Zhuge Liang

Zhuge Liang memiliki karier militer yang panjang dan gemilang sebagai ahli strategi Shu Han. Ia merancang dan memimpin beberapa kampanye militer yang berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Ia juga mampu mengantisipasi dan menghadapi berbagai situasi yang sulit dan tidak terduga dengan menggunakan kecerdikannya.

Salah satu kampanye militer terbesar yang dipimpin oleh Zhuge Liang adalah Pertempuran Chibi pada tahun 208 M. Dalam pertempuran ini, Zhuge Liang berhasil membujuk Sun Quan untuk bersekutu dengan Liu Bei melawan Cao Cao yang memiliki pasukan lebih dari 800 ribu orang. Dengan menggunakan taktik "pinjam angin timur" (借东风), Zhuge Liang berhasil menyalakan api pada kapal-kapal Cao Cao dengan menggunakan panah berapi yang ditembakkan oleh Huang Gai dari pihak Wu. Api ini menyebar dengan cepat karena angin timur yang bertiup kencang. Akibatnya, pasukan Cao Cao mengalami kekalahan telak dan terpaksa mundur.

Setelah Pertempuran Chibi, Tiongkok terbagi menjadi tiga negara besar, yaitu Wei yang dipimpin oleh Cao Cao, Wu yang dipimpin oleh Sun Quan, dan Shu yang dipimpin oleh Liu Bei. Zhuge Liang terus membantu Liu Bei dalam memperluas wilayah Shu di barat daya Tiongkok. Pada tahun 211 M, ia berhasil merebut daerah Hanzhong dari Wei dengan menggunakan taktik "pemerasan kota" (围城打援). Pada tahun 214 M, ia berhasil merebut daerah Yi (sekarang Sichuan dan Chongqing) dari Liu Zhang, seorang penguasa daerah yang tidak mau tunduk kepada Liu Bei. Dengan demikian, Zhuge Liang berhasil mengamankan basis kekuatan Shu di barat daya Tiongkok.

Pada tahun 219 M, Zhuge Liang mengalami kekalahan besar pertama dalam karier militernya. Ia gagal mempertahankan daerah Jingzhou dari serangan Wu yang dipimpin oleh Lu Meng. Akibatnya, ia kehilangan salah satu jenderal terbaiknya, Guan Yu, yang ditangkap dan dibunuh oleh Wu. Ia juga kehilangan daerah strategis yang menghubungkan Shu dan Wu. Kejadian ini sangat mengecewakan Liu Bei, yang merasa bahwa Zhuge Liang telah mengkhianati kepercayaannya.

Untuk menebus kesalahannya, Zhuge Liang berjanji kepada Liu Bei untuk membalas dendam kepada Wu dan merebut kembali Jingzhou. Ia mempersiapkan pasukan dan persediaan untuk menyerang Wu. Namun, sebelum ia dapat melaksanakan rencananya, Liu Bei meninggal pada tahun 223 M karena sakit. Sebelum wafat, Liu Bei mengamanatkan kepada Zhuge Liang untuk memulihkan Dinasti Han dan 'mengambil' alih kekuasaan kalau-kalau anaknya, Liu Shan, tidak becus dalam menjalankan negara.

Zhuge Liang menerima amanat Liu Bei dengan setia dan hormat. Ia tidak mau mengkhianati kepercayaan Liu Bei dengan merebut tahta dari Liu Shan. Sebaliknya, ia menjaga dan membimbing Liu Shan sebagai kaisar Shu Han meskipun ia tahu bahwa Liu Shan tidak memiliki bakat atau kemampuan untuk memimpin. Ia juga menolak tawaran Sun Quan untuk bergabung dengan Wu karena ia merasa bahwa itu akan mengkhianati kepercayaan Liu Bei.

Setelah kematian Liu Bei, Zhuge Liang fokus pada dua hal utama: mengamankan daerah selatan dan menyerang daerah utara. Ia ingin mengamankan daerah selatan dari ancaman pemberontakan suku-suku barbar seperti Nanman dan Qiang. Ia juga ingin menyerang daerah utara untuk merebut wilayah Wei dan memulihkan Dinasti Han.

Pada tahun 225 M, Zhuge Liang berhasil mengalahkan Nanman yang dipimpin oleh Meng Huo dengan menggunakan taktik "tujuh penangkapan" (七擒七纵). Ia berhasil menangkap dan melepaskan Meng Huo sebanyak tujuh kali sampai Meng Huo akhirnya bersedia menjadi sekutu Shu. Dengan demikian, ia berhasil mengamankan daerah selatan dari pemberontakan Nanman.

Pada tahun 227 M, Zhuge Liang memulai serangkaian ekspedisi militer ke utara untuk menyerang Wei. Ia berhasil merebut daerah Tian Shui dan Longxi dari Wei dengan menggunakan taktik "pemerasan kota" (围城打援) dan "pemecahan batu" (破石). Ia juga berhasil merekrut seorang jenderal Wei yang cakap, Jiang Wei, untuk bergabung dengan Shu. Jiang Wei kemudian menjadi murid dan penerus Zhuge Liang sebagai ahli strategi Shu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun