Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sun Yat-sen: Bapak Tiongkok Modern dan Pendiri Partai Nasionalis Tiongkok

19 Oktober 2023   07:00 Diperbarui: 19 Oktober 2023   07:05 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://natedsanders.com/blog/wp-content/uploads/2016/11/28790.jpg

Sun Yat-sen (孫逸仙) adalah seorang revolusioner dan pemimpin politik Tiongkok yang sering disebut sebagai "bapak Tiongkok modern." Ia memainkan peran penting dalam menggulingkan Dinasti Qing, dinasti terakhir yang memerintah Tiongkok, dan mendirikan Republik Tiongkok pada tahun 1912. Ia juga menjadi presiden sementara Republik Tiongkok dan kemudian menjadi pemimpin de facto dari Partai Nasionalis Tiongkok, yang berjuang untuk menyatukan dan memodernisasi negara yang terpecah-pecah oleh perang saudara dan intervensi asing. Ia juga mencetuskan Tiga Prinsip Rakyat, yaitu nasionalisme, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat, sebagai ideologi dasar untuk pembangunan Tiongkok.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang kehidupan, perjuangan, dan pemikiran Sun Yat-sen, serta pengaruhnya bagi sejarah dan masa depan Tiongkok.

Kehidupan Sun Yat-sen

Sun Yat-sen lahir pada tanggal 12 November 1866 dari sebuah keluarga petani di desa Cuiheng, Kabupaten Xiangshan (sekarang Kota Zhongshan), Provinsi Guangdong, di bawah pemerintahan Dinasti Qing. Ia adalah anak dari seorang penjahit dan petani bernama Sun Dacheng dan istrinya Madame Yang. Ia memiliki latar belakang budaya Hakka dan Kanton.

Pendidikan awalnya di Tiongkok, Hawaii, dan Hong Kong menempatkannya sebagai seorang pria dari dua dunia, Tiongkok dan Barat. Setelah mendapatkan pelatihan dasar dalam klasik Tiongkok di sekolah desanya, ia dikirim ke Hawaii pada tahun 1879 untuk bergabung dengan kakaknya. Di sana ia masuk ke sebuah perguruan tinggi di mana ia mempelajari ilmu pengetahuan Barat dan Kristen.

Setelah lulus pada tahun 1882, ia kembali ke desanya. Setelah belajar tentang Kristen, Sun percaya bahwa praktik keagamaan di desa tempat ia dibesarkan tidak lebih dari sekadar kepercayaan. Ia segera menunjukkan perubahan keyakinan ini dengan merusak salah satu berhala desa dan diusir dari desa. Meskipun Sun pulang sebentar untuk menjalani pernikahan yang diatur, ia menghabiskan masa remaja dan awal dua puluhannya belajar di Hong Kong. Ia memulai pelatihan medisnya di Kanton, Tiongkok, tetapi pada tahun 1887 kembali ke Hong Kong dan mendaftar di sekolah kedokteran. Setelah lulus pada Juni 1892, ia pergi ke Macao, di mana pihak berwenang Portugis menolak memberinya lisensi untuk praktik kedokteran.

Pada saat Sun kembali ke Hong Kong pada musim semi 1893, ia telah menjadi lebih tertarik pada politik daripada kedokteran. Kesal dengan korupsi, ketidakmampuan, dan ketidakmampuan pemerintah Manchu untuk membela Tiongkok dari kekuatan asing, ia menulis surat kepada Li Hung-chang (1823–1901), salah satu pemimpin reformasi Tiongkok yang paling penting (pemimpin perbaikan sosial), mendukung program reformasi. Diabaikan, Sun kembali ke Hawaii untuk mengorganisir Hsing-chung hui (Masyarakat Revive China). Ketika perang antara Tiongkok dan Jepang tampaknya menyajikan kemungkinan untuk menggulingkan Manchu, Sun kembali ke Hong Kong dan mereorganisasi Hsing-chung hui sebagai sebuah masyarakat rahasia revolusioner. Sebuah pemberontakan direncanakan di Kanton pada tahun 1895 tetapi ditemukan, dan beberapa orang Sun dieksekusi. Menjadi orang yang ditandai, Sun melarikan diri ke Jepang.

Perjuangan Sun Yat-sen

Setelah melarikan diri ke Jepang, Sun Yat-sen melakukan beberapa kegiatan, antara lain:

- Ia mendirikan dan memimpin berbagai organisasi revolusioner, seperti Hsing-chung hui (Masyarakat Revive China), T'ung-meng hui (Liga Persatuan), dan Kuomintang (Partai Nasionalis), yang bertujuan untuk menggulingkan Dinasti Qing dan mendirikan Republik Tiongkok.

- Ia menjalin hubungan dengan para pemimpin dan aktivis nasionalis dari berbagai negara Asia, seperti Jepang, India, Vietnam, Filipina, dan Indonesia. Ia juga mendukung gerakan Pan-Asianisme, yang mengusung gagasan solidaritas dan kerjasama antara bangsa-bangsa Asia untuk melawan imperialisme Barat.

- Ia melakukan perjalanan ke berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, dan Turki, untuk mencari dukungan politik dan finansial bagi revolusi Tiongkok. Ia juga menyampaikan pidato-pidato dan tulisan-tulisan tentang visi dan programnya untuk memodernisasi Tiongkok.

- Ia terlibat dalam beberapa pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Qing, seperti Pemberontakan Huizhou pada tahun 1900, Pemberontakan Ping-liu-li pada tahun 1906, Pemberontakan Huanggang pada tahun 1907, dan Pemberontakan Wuchang pada tahun 1911. Pemberontakan terakhir ini berhasil memicu Revolusi Xinhai, yang mengakhiri kekuasaan Qing dan mengantarkan Sun Yat-sen sebagai presiden sementara Republik Tiongkok pada tahun 1912.

Pemikiran Sun Yat-sen

Sun Yat-sen adalah seorang pemikir yang visioner dan inovatif. Ia mencetuskan Tiga Prinsip Rakyat, yaitu nasionalisme, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat, sebagai ideologi politik yang dirancang oleh Sun Yat-sen sebagai dasar ideologi negara untuk membangun Tiongkok yang bebas, makmur, dan kuat. Ideologi ini diimplementasikan dalam pemerintahan Republik Tiongkok, yang memerintah Pulau Formosa, Penghu, Kinmen, dan Matsu. Ideologi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan bernegara Republik Tiongkok yang dibawa oleh rejim Kuomintang. Nama ini juga muncul di bait pertama Lagu Kebangsaan Republik Tiongkok yaitu San Min Chu-i.

Ideologi ini dapat diringkaskan sebagai berikut:

- Nasionalisme (Mínzú, 民族): Semangat membebaskan diri dari kuasa imperialisme dan menyatukan seluruh rakyat Tiongkok tanpa membedakan etnik atau agama.

- Demokrasi (Mínquán, 民權): Kehidupan politik yang menggabungkan gaya pemerintahan tradisional Tiongkok dengan sistem pemerintahan bercabang tiga Barat untuk membentuk lima cabang yang unik: Yuan Perundangan, Yuan Eksekutif, Yuan Kehakiman, Yuan Pemerhati, dan Yuan Peperiksaan.

- Kesejahteraan rakyat (Mínshēng, 民生): Kebajikan sosial yang menyentuh kekurangan kedua-dua sistem sosialisme dan kapitalisme dalam aspek membangunkan rakyat. Sun Yat-sen mengambil inspirasi dari fahaman Henry George, seorang ahli ekonomi dari Amerika Serikat.

- Ia juga memiliki beberapa gagasan lain yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan militer Tiongkok, seperti rencana pembangunan infrastruktur, reformasi agraria, pendidikan publik, bahasa nasional, dan aliansi internasional. Ia juga menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan Tiongkok.

Pengaruh Sun Yat-sen

Sun Yat-sen adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Tiongkok. Ia dihormati sebagai bapak Tiongkok modern oleh banyak orang Tiongkok, baik di daratan maupun di luar negeri. Ia juga diakui sebagai pendiri Partai Nasionalis Tiongkok, yang merupakan salah satu partai politik tertua dan terbesar di Asia. Ia juga menjadi inspirasi bagi banyak gerakan nasionalis dan revolusioner di Asia dan dunia.

Namun, Sun Yat-sen juga menghadapi banyak tantangan dan konflik dalam perjuangannya. Ia harus berhadapan dengan pemerintah Qing yang otoriter, kekuatan asing yang eksploitatif, partai komunis yang bermusuhan, panglima perang yang ambisius, dan faksi-faksi internal yang berselisih. Ia juga harus menghadapi kenyataan bahwa Republik Tiongkok yang ia dirikan tidak mampu mempertahankan stabilitas dan kemerdekaan Tiongkok. Ia meninggal pada tahun 1925 karena kanker hati, sebelum ia dapat melihat terwujudnya cita-citanya.

Demikianlah artikel ini tentang Sun Yat-sen: Bapak Tiongkok Modern dan Pendiri Partai Nasionalis Tiongkok. Semoga artikel ini dapat memberikan Anda wawasan baru tentang sejarah dan budaya Tiongkok. Terima kasih telah membaca artikel ini. Jika Anda memiliki pertanyaan atau komentar tentang artikel ini, silakan tinggalkan pesan di bawah . Kami akan senang mendengar pendapat Anda. Sampai bertemu kembali di artikl selanjutnya!

Sumber:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun