“Tidak!!” kataku spontan. Aku terkejut mendengar jawabanku yang tak lagi dipikir itu. Rautnya tiba-tiba berubah. Aku panik berusaha mencari kata-kata yang bisa memulihkan suasana. Diantara banyak kosa kata yang kutimbang entah kenapa kalimat berikut yang justru terlontar.
“tapi aku menyukai lelaki yang memandangi hujan!”
Bumi serasa berhenti berputar. Seluruh tubuh ku mati rasa. Keringat bercucuran. Suara hujan hilang ditelan detak jantung yang bergemuruh. Semua menjadi bisu. Kututup muka ku dengan seikat bunga Lily. Oh Tuhan, kenapa aku begitu bodoh, kataku meratapi diri.
Dari ujung mataku diam-diam kulihat ia berdiri berjalan melewatiku. kurasai saat ia tepat berada di belakang. Aku menahan nafas. Siap dengan kemungkinan paling buruk sekalipun. Bahkan aku telah memikirkan bagaimana harus bersikap jika ia tiba-tiba langsung mengusirku.
“Nona mau minum apa?!”
Aku menoleh serta merta. Ia tersenyum. Bola matanya yang hitam terlihat bercahaya. Ada lesung di pipi kirinya. Ahhh ia ternyata begitu manis.
“Cappucino” kataku pelan.
Ia kembali meneruskan langkahnya. Aku tersenyum memandangi bunga lily yang kini berada di genggaman itu. Dan entah kenapa aroma Lilium Longiflorum berwarna kuning itu tiba-tiba kini menjadi lebih harum.
---o0o---
Depok, 14 September 2016
---