Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Meminjam Uang

2 Juli 2016   07:08 Diperbarui: 2 Juli 2016   12:09 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi siapa pun yang baru melihatnya pasti akan menyangsikan tiap sikap dan perkataannya. Bahkan cenderung mencurigai. Ya, penampilan memang sumber awal lahirnya sebuah kesan. Baik atau buruk tergantung sejauh mana seseorang mempunyai kemahiran dalam bersolek.

Saat itu adikku datang ke rumah dengan membonceng motor temannya. Ia mengambil motorku yang akan di-service. Setelah beberapa saat meninggalkan rumah tiba-tiba seseorang terdengar memanggil-manggilku dari luar pagar. Aku lantas membuka pintu dan betapa kagetnya saat kulihat di sana telah berdiri dua orang sekuriti perumahan sedang mengapit adikku dan temannya.

Sekuriti itu bertanya padaku. Mengonfirmasi apakah benar motor milikku itu dibawa atas sepengetahuan dan ijin dariku. Sebuah tindakan yang barangkali tidak akan pernah mereka lakukan jika saja adikku itu tidak berpenampilan seperti seorang preman pasar. Aku lantas membenarkan dan saat itu juga adikku dan temannya dipersilahkan pergi.

Setelah peristiwa itu tiba-tiba aku tercenung. Aku tahu dan mengerti bahwa apa yang dilakukan kedua sekuriti itu adalah sebuah keharusan karena tugas. Tapi rasa-rasanya ada sebuah ketersinggungan yang tiba-tiba hadir. Ya, ketersinggungan yang seharusnya menjadi milik adikku.

Sudah pasti dan aku yakin ia telah menyampaikan hal yang sebenarnya kepada kedua sekuriti itu; mengatakan bahwa ia adalah adikku dan motor itu dibawa atas sepengetahuanku. Namun mereka tetap tak percaya. Mereka tak percaya adikku karena perihal penampilannya hingga kemudian menggiringnya ke rumah ini.

Bukankah seharusnya adikku yang bertahun-tahun berada di jalanan itu tersinggung dan marah. Terutama saat aku mengonfirmasi mengenai kebenaran tiap ucapannya pada kedua sekuriti itu. Kenapa ia tidak berteriak di depan wajah mereka dan menuntut harga dirinya untuk dikembalikan. Kenapa ia tidak bertindak sekasar penampilannya. Ia bahkan diam saja saat digiring, menerima tiap tatapan orang-orang yang dilewatinya dengan tenang.

Saat itulah aku tahu kalau adikku itu telah berubah. Ia telah menjadi dewasa dan mengerti arti sebuah konsekuensi. Jauh di lubuk hatinya barangkali ia telah tersinggung juga malu. Namun ia berusaha menahannya.

***

Aku dengar kalau Dayat telah bekerja. Namun aku tak pernah menanyakan di mana tempatnya bekerja. Ibu pernah bilang katanya ia kerja di bengkel motor, tapi kemudian kabarnya berubah-ubah. Saat itu aku tahu kalau Ibu pun sebenarnya tidak tahu dengan pasti di mana adikku itu bekerja.

“Punya gaji berapa?”

“Satu juta tiga ratus.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun