“Bang Sanusikan baru mengajarkan ilmu lain selain kuda-kuda hanya pada kamu dan Bedul saja Mir!” Lanjut Iwan, kali ini suaranya dipenuhi dengan kecemburuan
“tapi aku belum dapat ilmu harimau seperti Amir” bantah Bedul
“wah, kau memang murid kesayangan bang Sanusi, Mir!” sambung Iwan.
“sudah-sudah! Mungkin bang Sanusi hanya lupa mengajarkannya pada kalian” amir mencoba meredam pembicaraan. Namun kekecewaan makin terlihat jelas di muka para temannya itu. Ia tahu bahwa diantara teman-temannya, memang hanya dirinya yang baru diajarkan ilmu maung panjalu oleh bang Sanusi.
Merasa tidak enak Amir lalu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. “Iwan, Muji! bagaimana kalau aku ceritakan rahasia kesaktian ilmu bang Sanusi” bujuk Amir.
“ah aku sih maunya rahasia pancasona!” Muji tampak masih kesal.
“wah kalau ilmu yang satu itu sih jangankan aku, bang Sanusi saja aku yakin belum tentu tahu”
“iya Ji, itukan ilmu tingkat dewa” bela Iwan.
Bedul hanya mendengarkan negosiasi diantara temannya itu. Ia berusaha tak terlalu ikut campur dan membuat suasana semakin panas. Meskipun jauh di lubuk hatinya kalau ia juga sedang merasa kecewa telah dianak tirikan oleh bang Sanusi.
“ya sudah kau mau cerita rahasia apa tentang bang sanusi?!” Muji melunak. Amir tak menyia-nyiakan kesempatan untuk segera menebus rasa bersalah pada teman-temannya itu.
“Begini, bang Sanusi pernah bercerita bahwa selain ilmu silat, ada hal-hal atau benda lain yang bisa membuat orang-orang menjadi sakti”