“Rhein...?!”
Aku segera menghampirinya. Tubuhnya sangat kering. Ia masih nampak begitu bingung. Ia mungkin tahu Ran, Nugie, Nina dan beberapa tokoh khayalannya. Namun sepertinya ia telah sedikit lupa dengan wajah-wajah kami.
“Rann..?!” Rhein terus saja menyebut-nyebut namaku. Ia hampir saja berteriak. Ia baru menyadari orang yang telah merebut kekasihnya telah berada di hadapannya. Aku mendekap mulutnya dan berbisik padanya.
“Sssssstttttt…!! Kita sedang diawasi Rhein..” Aku melihat ke sebuah CCTV yang menempel pada salah satu sudut kamar. Tak ingin mengundang kecurigaan. Kemudian aku melepaskannya.
“Namamu Rhein!!, Rheinara Yuki. Bukan Anna!!" Aku mencoba mengingatkan.
“Rhein..?! Rheinara..?!”
“yaa..!!” kataku berbisik
“Rhein aku kesini hanya ingin megatakan bahwa semua kabar tentang Nugie yang telah kau dengar tidak sepenuhnya benar. Nugie bukan penyuka sesama jenis Rhein..!! Sebagaimana yang telah kau dengar dari Mr.J. Nugie masih sangat mencintaimu Rhein..!!” Wajahku tiba-tiba saja sudah berada di depan wajah Rhein. Aku menatap matanya dengan tajam. Aku terus meyakinkannya.
“Rhein mungkin kau tak lagi percaya padaku. Tapi percayalah pada cintamu kepada Nugie..!! Bukankah kau masih mencintainya?!”
“Nugiee..?!!!” Rhein menyebut nama Nugie. Perlahan matanya mulai berkaca-kaca
“Dimana Nugie Ran?!” Rhein kini berbalik menatapku