Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Anak-anak Pematang

31 Oktober 2015   05:02 Diperbarui: 2 November 2015   05:14 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayu dan Teguh sontak mengejar Damar. Mengejar temannya yang tak kalah cerdik itu. Meninggalkan jejak-jejak kaki dan tubuh mereka di atas rerumputan. Kemudian dengan sedikit keceriaan yang tersisa, mereka bergegas kembali ke rumah.

Burung-burung kembali ke sarangnya di atas pohon pinang. Matahari di tepian langit telah tenggelam. Meninggalkan jejak berwarna jingga keemasan.

***

Setiap hari, sepulang sekolah. Damar, Bayu dan Teguh. Pergi menuju petak-petak sawah diujung desa. Mereka berjalan menyusuri pematang seharian. Menangkap hewan apa saja yang hidup diantara batang-batang padi yang masih hijau. Mencari setumpuk kesenangan. kemudian melalui gelak tawa, mereka akan membaginya kepada angin, awan, serta burung-burung emprit yang diam-diam menyemai padi.

Ikan cupang, katak, bahkan belalang. Selalu menjadi target utama perburuan bocah-bocah itu. Sesekali mereka me-nyelepet burung-burung emprit. Yang begitu asik menunggangi tangkai-tangkai padi.

Pencuri – pencuri berparuh itu terlalu licik. Mereka menipu, mempermainkan mbah Munir. Mereka berpura-pura terbang menjauh ketika bunyi-bunyian kaleng itu nyaring mengelontang. Namun mereka akan berbelok-memutar arah. Kembali menyusup diantara rerimbunan padi, Saat Mbah Munir sudah kembali lengah. Karena sudah terlalu lelah.

Rumput - rumput yang mencuri kesuburan ikut tumbuh diantara batang padi. Daun-daun genjer tak ketinggalan memanfaatkan melimpahnya genangan kehidupan. Daun dan batangnya kokoh menghijau. Menggoda untuk di tuai. Dimasak tumis sungguh aduhai.

***

Teguh melompat kaget. Ia berlari terbirit-birit menuju pematang. Barisan padi tak lagi dihiraukannya. Ia terabas habis. Berantakan terinjak-injak. Damar dan Bayu yang berdiri hanya beberapa meter darinya. Kontan ikut berlarian kocar-kacir. Terprovokasi.

Dengan nafas tersengal Damar menarik tangan Teguh.

“Ada apa sih?!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun