Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Impianku, Menerangi Indonesia

27 Oktober 2015   06:04 Diperbarui: 29 Oktober 2015   16:25 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu tiang, dua tiang, sepuluh tiang, lima puluh, tujuh puluh, seratus dua belas tiang ia lewati. Kelelahan akhirnya menghentikan langkahnya. Ia kewalahan menahan sesak nafas yang tiba-tiba menekan dadanya. Energinya habis tercurah pada tiang listrik. Ia membungkuk. Kedua tangannya menopang didengkul. Tatapan matanya panjang menyisir jajaran tiang sampai keujung batas pandangannya. Tiang – tiang itu seperti tak berhenti. Terus berjalan jauh meninggalkannya. 

Ia terduduk bersandar dibawah tiang ke seratus tiga belas. Jarak rumahnya masih sekitar 15 km. Terik matahari baru saja menyadarkan betapa jauhnya perjalanan yang harus ia tempuh. ia telah buta oleh rasa kesal. 

Setelah mengumpulkan sedikit tenaga. Ia melanjutkan menyusuri jalan. Tiba-tiba saja terdengar suara klakson mobil dari arah belakang. Mobil Petugas Listrik.Tinus ikut menumpang. Ia duduk didepan disamping bapak sopir yang belakangan ia ketahui ternyata seorang Manajer Ranting Perusahaan Listrik Negara didesanya. 

Setelah perkenalan singkat. Tinus tiba-tiba saja ingin protes. Ini kesempatan, kata hatinya. Sepertinya ia ingin menghabisi kekesalannya yang masih mengganjal itu kepada pak manajer. 

“Bapak, kenapa semalam tak ada listrik dirumah Mamak?! Aku tak cukup belajar!” Tanya Tinus dengan sedikit kesal.

Pak Manajer sempat sedikit terkejut mendengar pertanyaannya. Ia menoleh kearah Tinus sebentar, kemudian tersenyum. 

“Martinus, listrik didesa kita masih sangat kurang Nak. Pasokannya pun hanya mengandalkan beberapa buah mesin diesel tua saja. Rumah-rumah yang harus dilistriki jauh lebih banyak dari listrik yang dihasilkan. Jadi bapak harus mengatur, membaginya biar semua bisa menikmati listrik. Namun jangan khawatir, pemerintah terus berusaha untuk memenuhinya. Pembangkit-pembangkit listrik baru sedang gencar dibangun. Kita doakan semoga berjalan baik dan cepat selesai. Sehingga desa kita tidak kekurangan listrik lagi.” Tinus serius mendengarkan. 

“Kalau pemadaman semalam itu karena gangguan jaringan. Kamu lihat kabel-kabel listrik yang sedang kita lewati dipinggir jalan. Banyak hal yang bisa merusaknya. Menyebabkan gangguan jaringan. Sehingga listrik padam. Salah satunya ranting-ranting pohon yang tumbang. Bahkan benang layang-layang pun dapat dengan mudah menggangunya.”    

“Sulitkah memperbaikinya Bapak?” Tanya Tinus penasaran. Pak Manajer kembali tersenyum.

“Tinus, kalau kamu mengerti, semua hal sebenarnya tidak sulit. Hanya saja memiliki resiko. Coba kamu bayangkan berapa panjang bentangan kabel-kabel listrik tersebut. Ia seperti tak memiliki pangkal dan ujung. Membelah sawah-perbukitan.” 

 “Petugas-petugas listrik harus rutin memeriksa kabel-kabel tersebut. Memastikan tidak ada gangguan yang bisa menyebabkan kekecewaan masyarakat, seperti kamu dan Mamakmu semalam Tinus” pak Manajer kembali menoleh dengan senyumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun