"Jangan berbohong!" Suara Si Laki-laki sedikit mengeras, "Kamu kenapa-napa. Ada yang aneh yang tidak seharusnya terjadi padamu!"
"Mas..." Kata Si Perempuan tenang, "Aku yang merasakannya. Bagaimana bisa kamu jadi sok tahu seperti ini?"
"Itu karena aku menghafalkan rutinitas bulananmu!" Si Laki-laki masih berkata dengan suara keras, "Aku selama ini aku memperhatikan siklus bulananmu dan kali ini sudah lebih dua bulan dari waktu yang seharusnya! Aku tidak mau kamu hamil! Aku tidak mau menikah sekarang dan membuat Orang tuaku malu!"
Si Perempuan kemudian diam. Dia memikirkan apa yang baru saja dia dengar. Hatinya mulai ragu dengan keyakinan terhadap dirinya sendiri bahwa dia tidak kenapa-napa.
"Tu, kan... Kamu sekarang ragu dengan apa yang baru saja kamu katakan!" Si Laki-laki kemudian menundukkan kepalanya dan menyelimuti wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Setelah percakapan itu, hari-hari keduanya diliputi dengan perasaan cemas dalam bentuk yang berbeda. Di setiap malam, keduanya tidak bisa tidur, keduanya takut seandainya kehamilan benar-benar datang. Dan bagi Si Laki-laki, selain dia merasa cemas, dia juga merasa menyesal karena malam itu dia mengajak Si Perempuan ke sebuah penginapan murah. Entah mengapa dia juga mengingat wajah penjaga resepsionis yang berbicara dengan wajah yang sangat tidak mengenakkan, itu membuatnya merasa semakin menyesali malam itu.
Ketika sudah tiga bulan berlalu dari saat terakhir Si Perempuan datang bulan, si Laki-laki mengajak Si Perempuan untuk pergi dari rumah dan tinggal di suatu tempat sambil memikirkan bagaimana cara menggugurkan kandungan itu. Dengan tinggal di tempat lain, mereka tidak perlu memikirkan tanggapan orang-orang bila besok perut Si Perempuan membesar, begitulah yang difikirkan oleh Si Laki-laki. Saat percakapan itu terjadi, tiba-tiba Si Perempuan merasa yakin kalau dirinya tidak hamil, tapi dia juga memikirkan ucapan Si Laki-laki yang selama ini memang menghafalkan rutinitas bulanannya.
Beberapa hari setelah percakapan itu, minggatlah mereka dari rumah.
***
"Mas, aku enggak tahu dengan isi kepalamu, tapi aku mau pulang." Kata Si Perempuan.
"Tapi kamu belum datang bulan." Kata Si Laki-laki dengan lemah. Kedua telapak tangannya menutupi wajahnya yang tertunduk ke lantai.