Mohon tunggu...
Andries Kooswinanto
Andries Kooswinanto Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan

seorang pekerja sosial masyarakat yang khususnya peduli pada anak dan pernah melayani di Salatiga, Poso, Sumatra Barat, Rote Ndao, Flores Timur, Melawi, Tojo Una Una dan Parigi Moutong.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seribu Kunang-kunang

1 Januari 2025   18:23 Diperbarui: 1 Januari 2025   18:23 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tahun baru kurang dua hari lagi,Risky termenung di kamarnya merasa sedih. Teman temannya bercerita akan  merayakan di berbagai kota besar saat pulang sekolah tadi. Bahkan Olla mengatakan akan berlibur ke Korea sementara yang lain bercerita akan ke Semarang, Solo atau Yogyakarta. Sementara ayahnya megajak ke rumah kakeknya di desa Cuntel di lereng Gunung Merbabu. Desa kecil sepi dan pasti tak aka nada pesta kembang api seperti yang biasa di kota kota besar.

Risky akan malu jika diminta bu Christin untuk menceritakan liburan akhir tahunnya. Pasti semua teman sekelasnya akan menertawakan liburannya. Mereka akan asyik mendengar cerita Olla yang ke Korea, Darman yang ke Semarang, atau cerita Koko yang akan mengunjungi pamannya yang kuliah di Yogya sekalian berwisata di sekitarnya. Tatik yang tak bepergianpun pasti bisa dengan mudah bercerita malam tahun baru di kotanya yang akan ada pesta kembang api di Lapangan Pancasila.

Risky merasa ayahnya tak adil karena mengajak malam tahun baru ke desa kakeknya lereng gunung yang pasti sepi . Tak ada yang bisa dilihat apalagi dibanggakan kepada teman temannya.

Pagi pagi benar ayah ibunya sudah bersiap siap. Mobil jeep tua sudah disiapkan sejak beberapa hari lalu. Dengan terpaksa Risky ikut kemauan ayahnya merayakan Tahun Baru di desa.

"Ky nanti kakekmu sudah membuat kejutan untuk kita, kamu pasti suka,"katanya ibunya ditengah suara mobil yang menderu deru karena jalan sudah mulai menanjak.

Risky tetap diam di kursi belakang sambil membaca whatsapp group kelasnya. Semua sudah share foto foto perjalanan mereka. Tatik pun yang jaga kendang karena tidak keluar kota bisa posting foto foto persiapan malam tahun baru di Lapangan Pancasila. Bahkan dia sempat berfoto dengan aktor ibu kota asal kotanya.

" Ky kamu tidak lupa bawa sleeping bag kantong tidur kan ? Udara sangat dingin biasa di Desa Cuntel," tanya ayahnya.

Risky tetap berdiam diri tak menjawab, ia masih marah dengan keputusan ayahnya pergi ke desa.

Mereka sempat berfoto di depan gereja tua peninggalan Belanda di lereng gunung itu. Ayahnya pernah bercerita bahwa gereja tersebut didirikan oleh keluarga Van Emmerick orang asli dari Belanda. Ndoro Tuan Emmerick menolong pengungsi saat Gunung Kelud 'meletus dengan mendirikan pemukiman di sana.

Risky tetap tak mau berfoto dengan ayah ibunya. Dia lebih senang duduk di tugu peringatan pendirian gereja di tepi jalan sambil melihat perkebunan kopi yang terhampar di sekitarnya. Bau bunga kopi terasa harum di hidungnya.

Tak beberapa lama mobil berbelok ke jalanan berbatu batu, di kanan kiri terlihat kebun sayur yang menghijau. Risky mulai tertarik mengambil foto melalui camera hapenya. Terlihat di kejauhan air terjun yang membelah bukit nan hijau. Sepertinya enak mandi mandi di sana.

" Cucuku apa kabar ?" suara kakek membangunkan dari tidurnya di mobil

" Ayo makan singkong rebus dan susu segar habis diperah subuh tadi ," kakeknya menunjuk meja yang sudah tersedia berbagai macam makanan desa.

Ayah ibunya terlihat lahap makan singkong dengan sambal sambil bercakap cakap dengan kakek neneknya. Risky berkeliling rumah sederhana itu sambil merapatkan jaketnya karena dingin.

Setelah hari menjelang senja kakek mengajak mereka untuk bermalam merayakan tahun baru di pondok di atas bukit. Beberapa perbekalan mereka bawa serta. Risky tak lupa membawa sleeping bag atau kantung tidurnya.

Di atas bukit yang paling tinggi berdiri kokoh pondok sederhana yang biasa kakek gunakan beristirahat setelah bertani. Hanya ruangan cukup luas tanpa ada kamar. Sementara teras depannya menghadap ke lembah.

Menjelang malam kakek sudah selesai membakar sate kelinci, baunya sangat sedap. Risky seakan tak sabar menyantapnya.

" Enak kan sate kelinci ? Itu piaraan kakek di belakang rumah. Jika suka besok ambil dan bawa pulang", kata kakeknya

Risky hanya tersenyum, ia terbayang teman temannya yang bersuka cita dengan berbagai keramaian. Tapi dia terjebak di kebun di desa C lereng Gunung Merbabu.

" Risky masih kecewa karena merayakan Tahun Baru di sini, tak ada kembang api dan lain lain", ibunya kemudian menjelaskan Panjang lebar keberatan Risky.

Mendadak kakeknya tertawa terbahak bahak seakan menggetarkan suasana kebun yang hening itu.

" Siapkan cameramu kamu akan bisa posting suasana pergantian tahun yang tak ada duanya !" kata kakek sambil matanya berkeliling mencari sesuatu di kejauhan

"Lihat itu mulai terlihat sinarnya kuning, merah, hijau dan orange. Tunggu hingga mereka berkumpul banyak !"

" Kunang kunang !" teriak Risky dengan gembira.

Risky bersiap dengan cameranya. Kunang kunang itu menyerupai kembang api yang meluncur ke atas dengan berbagai warna sinarnya. Risky takjub melihatnya, tak pernah lagi dia melihat kunang kunang di kotanya. Beberapa foto langsung dia upload di WA group kelasnya.

Alarm menunjukkan pukul 24 berbunyi di jam tangan ayahnya. Kakeknya menunjuk di sebuah titik kejauhan. Kembang api di beberapa kota di lereng Gunung Merbabu di kejauhan mulai terlihat membelah langit. Indah sekali pesta kembang api di beberapa kota terlihat indah dari atas lereng gunung itu.

Kembali Risky meng-upload foto dan videonya. Semua teman mengagumi suasana pergantian tahun dari lereng gunung. Bahkan ibu gurunya berkomentar ingin ikut bermalam di pondok jika diijinkan.

Kunang kunang masih terlihat berkelap kelip di kejauhan. Risky tertidur di dalam- sleeping bag-nya, sambil tersenyum bahagia.

Merbabu, Desember 2023

Andrieska HP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun