Mohon tunggu...
Andri Asmara
Andri Asmara Mohon Tunggu... Musisi - Penulis

Musik adalah serpihan bebunyian surga yang jatuh ke dunia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Peringatan, Kita Darurat Lagu Anak

25 Mei 2019   04:52 Diperbarui: 25 Mei 2019   20:25 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi minimnya lagu anak di Indonesia (Sumber Ilustrasi: pophariini.com)

Memasuki jenjang akhir sekolah dasar, saya berkenalan dengan lagu anak yang cukup sulit untuk dinyanyikan. Sebutlah seperti lagu "Kupu-Kupu" milik Melly Goeslaw. Dengan ambitus dan interval nada yang rumit cukup menyulitkan saya untuk menyanyikannya. 

Lalu original soudtrack film "Petualangan Sherina", cukup membuat saya terpukau dengan aransemen musiknya. Ini menegaskan sebenarnya lagu anak tidak berhenti di level sederhana. Mereka bisa dikemas dalam musik yang elegan maupun aransemen yang rumit.

Namun berbeda jika kita mendengarkan petuah A.T Mahmud. Dilansir dari perbincangan saya dengan kawan yang pernah mengikuti workshopnya, beliau berkata bahwa membuat lagu anak seharusnya dibuat dengan interval sedekat mungkin, passing melodi yang melangkah, karena dimaksudkan agar tidak menyusahkan saat menyanyi. 

Coba dengarkan karya beliau seperti "Bintang Kejora", "Amelia", "Hati Gembira", dan lain sebagainya. Satu gaya dengan Ibu Sud, Pak Kasur, yang membuat lagu sederhana namun bermutu.

Tergesernya kepopuleran lagu anak di masa kini adalah banyak disebabkan oleh minimnya regenerasi pencipta lagunya. Era sebelum tahun millenium, kita masih banyak memiliki stok pengarang lagu anak yang konsisten menciptakan. 

Lagu anak di era itu dijadikan industri oleh label rekaman kepada penikmat musik nasional. Banyak artis cilik yang bermunculan sebagai seorang figur yang bisa diidolakan. 

Kepopuleran lagu anak terangkat karena program stasiun televisi juga masih banyak yang berlomba untuk menayangkan. Kaset, CD, bahkan radio yang berisi lagu anak masih banyak diproduksi.

Masalah yang ada saat ini adalah anak-anak tidak lagi tertarik untuk memilih lagu anak dalam mendengarkan musik. Minimnya lagu anak yang bermutu membuat anak-anak condong kepada tren musik dewasa. 

Mengakibatkan mereka menelan musik yang tidak sesuai dengan nalar yang berkembang di usianya. Ini gawat, mereka bisa kehilangan masa kanak-kanaknya yang membutuhkan kejernihan persepsi dalam memandang dunia. Apalagi, dengan masifnya perkembangan gadget saat ini, mereka semua bisa mengakses banyak pilihan musik yang ditawarkan. Lagu anak sudah tidak menjadi tren yang populer yang bisa disandingkan dengan lagu dewasa.

Kalau diingat-ingat, sebenarnya yang turut andil dalam mengubah citra anak yang membicarakan soal asmara adalah Ahmad Dhani melalui project "Lucky Laki" tahun 2009. Ketiga Anak kandungnya diprospek untuk menjadi band cilik bernuansa cinta. 

"Aku bukanlah superman. Aku juga bisa nangis. Jika kekasih hatiku. pergi meninggalkan aku." Project ini menurut saya mempunyai pengaruh kepada psikologis anak-anak bahwa kalau ingin dianggap keren harus tau artinya jatuh cinta kepada kekasih hatinya. Mulai berfikir bahwa ketertarikannya kepada teman lawan jenis sekelasnya adalah hal yang wajar di usianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun