Sosok itu memegang sebuah lentera tua yang redup, memberikan cahaya remang-remang di sekitar tubuhnya. Pemandangan itu membuat pemuda tersebut ingin berteriak, tetapi suaranya tertahan di tenggorokan.
Sosok pastur tanpa kepala terus mendekat, langkahnya perlahan namun pasti. Pemuda itu akhirnya berhasil menggerakkan kakinya, berlari sekencang mungkin meninggalkan sosok mengerikan itu.Â
Di tengah pelariannya, ia tersandung akar pohon yang menjulur di tanah, membuatnya terjatuh dengan keras. Ketika ia mencoba bangkit, ia merasakan kehadiran sosok itu semakin dekat, membuat bulu kuduknya meremang.
Dengan segenap tenaga, pemuda itu kembali berlari tanpa menoleh ke belakang. Ia merasa napasnya mulai terengah-engah, keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya. Ia tidak peduli lagi dengan arah yang ia tuju, yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana caranya keluar dari tempat angker itu.Â
Suara langkah kaki yang mengikutinya semakin jelas terdengar, membuat rasa takutnya semakin menjadi-jadi. Akhirnya, ia melihat pintu gerbang makam yang tak jauh dari tempatnya berada. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia mempercepat langkah, berharap bisa segera keluar dari tempat itu.Â
Sesampainya di gerbang, ia menoleh sekali lagi ke belakang dan melihat sosok itu berhenti di tengah makam, hanya berdiri diam dengan lentera di tangannya.
Pemuda itu melompat keluar dari gerbang, terjatuh di tanah basah. Ia mencoba mengatur napasnya yang tersengal-sengal, memandang gerbang makam dengan ketakutan yang masih menyelimuti hatinya.Â
Sosok pastur tanpa kepala itu masih terlihat samar di kejauhan, seperti sebuah bayangan yang menghantui pikirannya.
Sejak malam itu, pemuda tersebut tidak pernah kembali ke makam Jeruk Purut. Pengalaman mengerikan yang ia alami membuatnya percaya akan kisah seram yang diceritakan orang-orang.Â
Pemuda itu menceritakan kejadian tersebut kepada teman-temannya, berharap mereka tidak mengalami hal yang sama. Meski begitu, cerita tentang pastur tanpa kepala tetap menjadi legenda yang terus hidup di kalangan masyarakat sekitar.
Makam Jeruk Purut kembali sunyi, hanya ditemani oleh suara alam dan angin yang berhembus pelan.Â