Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Teror Siluman Kuyang Pemakan Janin

21 Juni 2024   13:16 Diperbarui: 21 Juni 2024   13:22 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret hantu Kuyang (sumber gambar: cineverse.id)

Di sebuah desa kecil di pedalaman Kalimantan, terletak sebuah rumah tua yang terkenal angker. Desa itu bernama Desa Karang Anyar. Rumah tua itu sudah lama kosong setelah ditinggalkan oleh pemiliknya yang meninggal dengan cara yang misterius. 

Setiap malam, warga desa sering mendengar suara-suara aneh dari dalam rumah tersebut. Cerita-cerita urban legend tentang hantu kuyang, makhluk menyeramkan pemakan janin, mulai beredar dan menambah kengerian suasana desa itu.

Ayu merupakan seorang bidan muda yang baru pindah dari kota, tidak percaya dengan cerita-cerita takhayul itu. Dia melihatnya sebagai tantangan untuk membuktikan bahwa semua itu hanya mitos belaka. 

Suami Ayu juga setuju dan mendukungnya. Mereka tinggal di sebuah rumah yang tidak jauh dari rumah tua tersebut.

Suatu malam, Ayu mendapatkan panggilan darurat dari seorang ibu hamil yang hendak melahirkan.  Ayu segera menuju ke rumah ibu tersebut, melewati rumah tua yang disebut-sebut angker itu. 

Di tengah perjalanan, angin tiba-tiba berhembus kencang dan suasana menjadi sangat dingin. Ayu merasa merinding, tapi ia terus berjalan dengan cepat.

Ketika tiba di rumah ibu yang hendak melahirkan, Ayu disambut dengan tangisan dan jeritan kesakitan. Proses persalinan berjalan lancar, tapi ada sesuatu yang aneh. Bayi yang lahir tidak menangis dan wajah ibu itu pucat pasi. Ayu berusaha menenangkan ibu itu sambil memeriksa bayi yang lahir. Saat itu, tiba-tiba lampu mati dan ruangan menjadi gelap gulita.

Dalam kegelapan, Ayu merasakan sesuatu yang sangat dingin dan mengerikan menyentuh bahunya. Ia berbalik dan melihat bayangan hitam besar dengan kepala yang menggantung tanpa tubuh. 

Itu adalah kuyang! Ayu terkejut dan berteriak sekeras mungkin. Kuyang itu melayang mendekati bayi yang baru lahir dengan mata yang berkilat mengerikan.

Ayu dengan sigap mengambil bayi itu dan berlari keluar rumah dan berteriak meminta bantuan, tapi suasana desa sangat sepi.

Dalam ketakutan, ia terus berlari ke arah rumahnya. Setibanya di rumah, ia segera masuk dan mengunci pintu. Budi yang sedang tidur terbangun mendengar suara ribut itu.

"Ada apa, Ayu? Kenapa kamu berlari?" tanya Budi dengan wajah cemas.

"Ada kuyang! Ia mencoba mengambil bayi ini!" jawab Ayu sambil terengah-engah.

Budi segera mengambil parang dan berdiri di depan pintu, siap melindungi keluarganya. Mereka mendengar suara dentuman keras di pintu, seolah ada sesuatu yang mencoba menerobos masuk. Ayu memeluk bayi itu erat-erat, berusaha menenangkan dirinya.

Malam itu terasa sangat panjang. Dentuman di pintu terus berlanjut, disertai suara mengerikan yang berbisik di telinga mereka.

Ayu mulai berdoa dengan khusyuk, berharap makhluk itu segera pergi. Saat fajar mulai menyingsing, suara-suara itu perlahan menghilang. Ayu dan Budi merasa lega, tapi mereka tahu bahwa ancaman belum sepenuhnya hilang.

Keesokan harinya, Ayu memutuskan untuk berkonsultasi dengan dukun desa, Pak Joko. Pak Joko adalah seorang pria tua yang terkenal bijaksana dan memahami hal-hal gaib. Ia mendengarkan cerita Ayu dengan seksama, lalu mengangguk pelan.

"Kuyang itu memang makhluk jahat yang mengincar janin dan darah ibu hamil. Kita harus melakukan ritual untuk mengusirnya," kata Pak Joko dengan suara berat.

Malam harinya, Ayu, Budi, dan beberapa warga desa berkumpul di rumah tua yang angker itu. Pak Joko memimpin ritual dengan membakar dupa dan membaca mantra-mantra kuno. Ayu merasa jantungnya berdebar-debar, namun ia tetap tenang dan mengikuti arahan Pak Joko.

Suasana malam itu sangat mencekam. Angin berhembus kencang, seolah memperingatkan mereka tentang bahaya yang mengintai. Tiba-tiba, mereka mendengar suara tawa mengerikan yang bergema di seluruh desa. Kuyang itu muncul dengan wajah yang penuh amarah, melayang di udara dengan kepala tanpa tubuhnya.

Pak Joko segera mengambil segenggam garam dan menyebarkannya ke arah kuyang. Makhluk itu berteriak kesakitan dan mundur. Para warga yang lain mengikuti dengan menyebarkan garam di sekitar rumah tua tersebut. Kuyang itu semakin panik dan marah, tapi ia tidak bisa mendekati mereka.

Ayu merasa ada sesuatu yang aneh. Dia melihat ke arah rumah tua dan merasakan tarikan kuat untuk masuk ke dalam. Tanpa berpikir panjang, ia berlari masuk ke dalam rumah tua itu, diikuti oleh Budi yang khawatir. Di dalam rumah, mereka menemukan sebuah kamar yang terkunci rapat. Ayu mendobrak pintu itu dan menemukan sebuah altar kuno dengan banyak benda-benda aneh di sekitarnya.

"Ini pasti tempat asal kuyang itu," bisik Ayu.

Pak Joko yang mengikuti mereka masuk ke dalam kamar itu, segera mengerti apa yang harus dilakukan. Ia memulai ritual pemurnian dengan membakar dupa dan mengucapkan mantra-mantra yang lebih kuat. Altar itu terbakar dengan api biru, dan kuyang itu menjerit dengan suara yang mengerikan, lalu menghilang dalam sekejap.

Desa Karang Anyar kembali tenang setelah kejadian itu. Ayu dan Budi merasa lega bahwa ancaman kuyang sudah hilang. 

Mereka tahu bahwa harus selalu waspada dan menjaga agar kejahatan seperti itu tidak pernah kembali. Pak Joko berpesan kepada mereka untuk selalu menjaga diri dan keluarga, serta menghormati alam dan makhluk-makhluk di sekitarnya.

Ayu memutuskan untuk tetap tinggal di desa itu dan melanjutkan pekerjaannya sebagai bidan. Ayu menjadi lebih dekat dengan para warga dan mengerti betapa pentingnya menjaga tradisi dan kepercayaan lokal. Mereka tidak lagi merasa takut, karena mereka tahu bahwa mereka bisa mengatasi apapun selama mereka bersatu dan saling melindungi.

Rumah tua itu pun akhirnya dibongkar dan diubah menjadi taman bermain untuk anak-anak desa. Mereka percaya bahwa dengan mengisi tempat itu dengan tawa dan kebahagiaan, tidak akan ada lagi makhluk jahat yang berani datang. 

Desa Karang Anyar pun kembali hidup dengan suasana yang damai dan penuh kebahagiaan. Ayu dan Budi pun hidup bahagia bersama anak mereka, menikmati hari-hari tenang tanpa teror kuyang lagi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun