Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jodoh, Kemana Pergimu?

12 Juni 2024   11:15 Diperbarui: 12 Juni 2024   14:14 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangan bergandengan (sumber: buku.kompas.com)

Di sebuah kota kecil yang tenang, hiduplah seorang wanita bernama Lia. Usianya sudah memasuki kepala tiga, tetapi ia masih belum menemukan jodoh. 

Lia adalah seorang pekerja keras dan mandiri. Ia memiliki sebuah toko kue kecil yang cukup terkenal di kalangan warga setempat. Setiap hari, ia bangun pagi untuk menyiapkan kue-kue yang lezat dan segar.

Lia memiliki sahabat baik bernama Rina, yang selalu setia mendampinginya. Mereka sudah berteman sejak SMA dan tak terpisahkan. 

Rina sering kali menyemangati Lia untuk tidak terlalu fokus pada pekerjaannya dan mulai membuka hati untuk cinta. Namun Lia selalu beralasan bahwa ia belum menemukan pria yang tepat.

Suatu hari ketika Lia sedang sibuk menata kue-kue di etalase tokonya, seorang pria asing masuk. Pria itu terlihat sedikit kebingungan, namun senyum ramahnya segera membuat Lia merasa nyaman. 

"Selamat pagi, saya baru pindah ke kota ini. Nama saya Budi," katanya sambil mengulurkan tangan.

Lia menyambut uluran tangan itu dengan hangat. "Selamat pagi, saya Lia. Apa yang bisa saya bantu?"

Budi tersenyum. "Saya ingin membeli kue untuk menyambut tetangga-tetangga baru saya. Ada rekomendasi?"

Lia dengan senang hati membantu Budi memilih beberapa jenis kue. Mereka pun mulai berbincang ringan. 

Ternyata Budi baru saja pindah dari Jakarta karena ditugaskan di cabang perusahaan barunya di kota kecil ini. Ia tampak antusias memulai hidup baru di tempat yang lebih tenang dan ramah.

Setelah memilih beberapa kue, Budi pamit dan meninggalkan toko dengan senyum lebar. Lia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam pertemuan singkat itu. Mungkin itu hanya perasaannya saja, pikirnya.

Hari-hari berikutnya Budi menjadi pelanggan tetap di toko kue Lia. Setiap kali ia datang, mereka selalu mengobrol ringan tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan hingga hobi. Lia mulai merasa nyaman dengan kehadiran Budi. Ia merasa Budi adalah sosok yang menyenangkan dan perhatian.

Suatu sore, Budi mengajak Lia untuk berjalan-jalan di taman kota. Mereka duduk di bangku taman, menikmati angin sepoi-sepoi sambil bercanda tawa. 

"Lia, aku senang bisa mengenalmu. Kota ini menjadi lebih menyenangkan dengan adanya dirimu," kata Budi dengan tulus.

Lia tersipu mendengar ucapan itu.

"Aku juga senang bisa mengenalmu, Budi. Kamu membuat hariku lebih berwarna," jawab Lia dengan jujur.

Sejak saat itu, hubungan mereka semakin dekat. Lia merasa ada harapan baru dalam hidupnya. Ia mulai membuka hati untuk cinta yang tak disangka-sangka datang dari seorang pria asing yang baru ia kenal. Sayang, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.

Esoknya, Budi menerima kabar bahwa ia harus kembali ke Jakarta karena ada proyek penting yang membutuhkan kehadirannya. 

Budi merasa bimbang karena ia sudah merasa nyaman tinggal di kota kecil ini, terutama setelah mengenal Lia.

"Lia, aku harus kembali ke Jakarta. Tapi, aku tidak ingin kehilanganmu. Aku sangat menyukaimu," kata Budi dengan raut wajah sedih.

Lia merasa hatinya hancur mendengar kabar itu. 

"Budi, aku juga menyukaimu. Tapi, aku tidak bisa meninggalkan toko ku ini. Ini hidupku," jawab Lia dengan air mata berlinang.

Mereka pun berpisah dengan berat hati. Hari-hari berlalu dengan kesedihan yang mendalam bagi Lia. Ia merasa kehilangan seseorang yang membuatnya merasa hidup kembali. 

Rina berusaha menghibur Lia, tetapi rasa kehilangan itu terlalu besar untuk bisa dihilangkan begitu saja.

Waktu berlalu, dan Lia mencoba kembali fokus pada tokonya. Ia berusaha keras untuk melupakan Budi, tetapi kenangan tentang pria itu selalu menghantui pikirannya. Hingga suatu hari, ketika Lia sedang menutup toko, ia menemukan sebuah surat di bawah pintu. Surat itu dari Budi.

"Lia, aku tidak bisa melupakanmu. Aku sudah memutuskan untuk kembali ke kota kecil kita. Aku ingin bersama denganmu. Jika kamu masih menyimpan perasaan yang sama, temui aku di taman tempat kita biasa menghabiskan waktu bersama."

Lia merasa hatinya berdebar kencang. Tanpa berpikir panjang, ia segera berlari menuju taman itu. Di sana, di bawah cahaya lampu taman yang redup, Budi berdiri dengan senyum yang menenangkan.

"Lia, aku kembali untukmu. Aku tidak bisa hidup tanpamu," kata Budi dengan suara bergetar.

Lia berlari ke pelukan Budi, air mata bahagia mengalir di pipinya. "Budi, aku juga tidak bisa hidup tanpamu. Aku sangat mencintaimu," jawab Lia dengan penuh perasaan.

Malam itu, mereka berdua duduk di bangku taman, merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Mereka menyadari bahwa jodoh memang tidak bisa ditebak. Terkadang, cinta datang dari arah yang tidak disangka-sangka dan mengubah hidup seseorang selamanya.

Budi memutuskan untuk membuka cabang perusahaan di kota kecil itu, agar ia bisa tinggal dekat dengan Lia. Mereka pun menikah beberapa bulan kemudian dalam sebuah upacara sederhana yang penuh kebahagiaan. Toko kue Lia semakin berkembang dengan bantuan dan dukungan Budi.

Kisah cinta Lia dan Budi menjadi inspirasi bagi banyak orang di kota kecil itu. Mereka membuktikan bahwa jodoh bisa datang kapan saja dan dari mana saja, selama hati tetap terbuka dan siap menerima cinta yang tulus.

Dan begitulah, Lia dan Budi menjalani hidup bahagia mereka, bersama-sama mengarungi segala suka dan duka. Sebuah kisah cinta yang tak terduga, namun penuh keajaiban dan kebahagiaan.

Masa lalu Budi

Budi dari dulu dikenal sebagai pria yang tampak penuh percaya diri dan ramah, sebenarnya menyimpan masa lalu yang penuh luka dalam hal percintaan. 

Sejak remaja, Budi selalu mengalami penolakan dari wanita yang ia sukai. Hal ini membuatnya merasa rendah diri dan mempertanyakan apa yang salah dengan dirinya.

Saat SMA, Budi menyukai seorang gadis bernama Maya. Maya adalah teman sekelasnya yang cantik dan pintar. 

Budi mengumpulkan keberanian untuk mengajak Maya keluar pada suatu malam setelah mengerjakan tugas kelompok bersama.

Maya menolaknya dengan alasan bahwa ia lebih suka berteman saja. Penolakan ini membuat Budi patah hati, tetapi ia berusaha bangkit dan tetap menjalin pertemanan baik dengan Maya.

Ketika kuliah, Budi jatuh hati pada teman sejurusannya bernama Anita. 

Anita adalah gadis yang ceria dan selalu membuat suasana menjadi hidup. Budi merasa bahwa Anita adalah orang yang tepat untuknya. 

Suatu hari, ia mengajak Anita makan malam dan menyatakan perasaannya. Sayangnya, Anita dengan halus menolak Budi, mengatakan bahwa ia tidak ingin merusak persahabatan mereka.

Pengalaman-pengalaman ini terus berlanjut. Setelah lulus kuliah dan mulai bekerja, Budi beberapa kali mencoba mendekati wanita yang ia sukai, namun hasilnya selalu sama, yaitu penolakan. 

Penolakan-penolakan ini membuat Budi semakin sulit untuk membuka diri dan percaya pada cinta. Ia merasa bahwa mungkin ia ditakdirkan untuk hidup sendiri dan fokus pada kariernya saja.

Budi bukanlah tipe orang yang mudah menyerah. Ia terus mencoba memperbaiki diri dan belajar dari setiap pengalaman pahitnya. 

Budi mengikuti berbagai seminar dan workshop tentang pengembangan diri, berharap bisa menemukan jawaban mengapa ia selalu ditolak. Ia juga mulai lebih aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan, mencoba memperluas lingkaran pertemanannya.

Rasa takut akan penolakan selalu menghantui Budi. Setiap kali ia merasa tertarik pada seorang wanita, ia ragu-ragu untuk mengungkapkan perasaannya karena trauma masa lalu. Hingga akhirnya, ketika ia pindah ke kota kecil itu karena tugas pekerjaan.

Dari sini Budi bertemu dengan Lia di toko kue kecilnya. Pertemuan yang awalnya tidak disengaja itu membawa perubahan besar dalam hidup Budi.

Lia dengan kebaikan dan ketulusannya, membuat Budi merasa nyaman dan diterima. Budi menemukan dirinya bisa menjadi diri sendiri tanpa takut ditolak. 

Hubungan mereka yang berkembang secara alami dan penuh kehangatan membuat Budi berani lagi untuk membuka hati. Ia merasa bahwa Lia adalah orang yang selama ini ia cari, seseorang yang mampu menerima dirinya apa adanya.

Sempat harus kembali ke Jakarta dan menghadapi jarak yang memisahkan, Budi tidak lagi merasa takut untuk berjuang demi cintanya. 

Masa lalu penuh penolakan telah memberinya pelajaran berharga tentang ketulusan dan kesabaran. Dan pada akhirnya, cinta yang tak disangka-sangka itu datang menghampiri dan membawa kebahagiaan yang selama ini ia cari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun