Mereka pun berpisah dengan berat hati. Hari-hari berlalu dengan kesedihan yang mendalam bagi Lia. Ia merasa kehilangan seseorang yang membuatnya merasa hidup kembali.Â
Rina berusaha menghibur Lia, tetapi rasa kehilangan itu terlalu besar untuk bisa dihilangkan begitu saja.
Waktu berlalu, dan Lia mencoba kembali fokus pada tokonya. Ia berusaha keras untuk melupakan Budi, tetapi kenangan tentang pria itu selalu menghantui pikirannya. Hingga suatu hari, ketika Lia sedang menutup toko, ia menemukan sebuah surat di bawah pintu. Surat itu dari Budi.
"Lia, aku tidak bisa melupakanmu. Aku sudah memutuskan untuk kembali ke kota kecil kita. Aku ingin bersama denganmu. Jika kamu masih menyimpan perasaan yang sama, temui aku di taman tempat kita biasa menghabiskan waktu bersama."
Lia merasa hatinya berdebar kencang. Tanpa berpikir panjang, ia segera berlari menuju taman itu. Di sana, di bawah cahaya lampu taman yang redup, Budi berdiri dengan senyum yang menenangkan.
"Lia, aku kembali untukmu. Aku tidak bisa hidup tanpamu," kata Budi dengan suara bergetar.
Lia berlari ke pelukan Budi, air mata bahagia mengalir di pipinya. "Budi, aku juga tidak bisa hidup tanpamu. Aku sangat mencintaimu," jawab Lia dengan penuh perasaan.
Malam itu, mereka berdua duduk di bangku taman, merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan.
Mereka menyadari bahwa jodoh memang tidak bisa ditebak. Terkadang, cinta datang dari arah yang tidak disangka-sangka dan mengubah hidup seseorang selamanya.
Budi memutuskan untuk membuka cabang perusahaan di kota kecil itu, agar ia bisa tinggal dekat dengan Lia. Mereka pun menikah beberapa bulan kemudian dalam sebuah upacara sederhana yang penuh kebahagiaan. Toko kue Lia semakin berkembang dengan bantuan dan dukungan Budi.
Kisah cinta Lia dan Budi menjadi inspirasi bagi banyak orang di kota kecil itu. Mereka membuktikan bahwa jodoh bisa datang kapan saja dan dari mana saja, selama hati tetap terbuka dan siap menerima cinta yang tulus.