Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Desa Demit dan Hantu Pengusir

11 Juni 2024   16:35 Diperbarui: 11 Juni 2024   18:12 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hantu penunggu hutan (sumber: plus.kapanlagi.com)

Di luar mereka disambut oleh kabut tebal yang membuat pandangan mereka terbatas. Suara-suara itu terus mengikuti mereka, semakin keras dan mengancam.

Mereka berlari tanpa arah, hanya mengikuti naluri untuk menjauh dari desa itu. Namun, semakin mereka berusaha keluar, semakin mereka merasa terjebak dalam lingkaran yang sama. Desa Hantu seolah memerangkap mereka dalam labirin tanpa akhir.

Kelelahan dan ketakutan menguasai mereka. Budi terjatuh dan mengeluh kesakitan.

"Aku tidak bisa lagi... Aku tidak bisa lari lagi..."

Agus dan Rina berusaha membantunya berdiri. Di tengah kepanikan itu, mereka melihat seorang lelaki tua berdiri di tengah jalan. Wajahnya penuh dengan keriput, tetapi matanya memancarkan ketenangan.

"Kalian tidak seharusnya berada di sini," kata lelaki tua itu dengan suara tenang.

"Siapa Anda?" tanya Rina dengan napas tersengal.

"Aku adalah penjaga desa ini. Kalian harus pergi sekarang sebelum roh-roh di sini mengambil kalian."

"Apa yang harus kami lakukan?" tanya Agus.

Lelaki tua itu memberi isyarat agar mereka mengikutinya. Mereka berjalan dengan hati-hati, mengikuti lelaki tua itu yang tampak mengetahui setiap jalan di desa itu. Akhirnya, mereka tiba di tepi hutan. Kabut tebal mulai menghilang, dan suara-suara aneh itu perlahan lenyap.

"Kalian aman sekarang. Jangan pernah kembali ke sini," kata lelaki tua itu sebelum menghilang di tengah kabut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun