Budi menyalakan api unggun di tengah ruangan untuk memberi kehangatan dan sedikit rasa aman. Namun, perasaan cemas tak kunjung hilang.
Malam itu, mereka terbangun oleh suara tangisan seorang perempuan. Suara itu terdengar jelas, seolah datang dari luar rumah. Agus berdiri dan mengintip dari jendela. Di luar dia melihat bayangan seorang wanita berpakaian putih melayang-layang. Wajahnya pucat dengan mata yang kosong menatap lurus ke arah rumah.
"Astaga, kalian harus melihat ini," kata Agus dengan suara bergetar.
Rina dan Budi mendekat. Melihat pemandangan itu, mereka langsung merasa takut. Wanita itu mulai mendekat, suara tangisannya semakin keras.Â
Tiba-tiba pintu rumah terbuka dengan keras, seolah ada kekuatan tak terlihat yang mendorongnya. Ketiganya mundur ketakutan.
"Siapa kau? Apa yang kau inginkan?" teriak Budi.
Wanita itu tidak menjawab, hanya menangis dengan suara yang memilukan. Langkahnya semakin mendekat. Rina merasa kakinya lemas, tidak mampu bergerak. Agus mencoba mengajak mereka lari, tetapi mereka terjebak dalam ketakutan yang mencekam.
Tiba-tiba suara tangisan itu berhenti. Wanita itu lenyap seketika, meninggalkan ketiganya dalam kebingungan dan ketakutan. Mereka merasa lega sejenak, tetapi kemudian mendengar suara-suara lain.Â
Kali ini suara itu datang dari seluruh penjuru rumah, seperti ada banyak orang yang berbisik-bisik.
"Keluar dari sini... Pergi... Pergi sebelum terlambat..."
Rina, Budi, dan Agus tak lagi mampu berpikir jernih. Mereka lari keluar rumah, meninggalkan api unggun yang masih menyala.Â