Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kakek Tua Berjenggot Putih Penunggu Surau Rumah!

30 Oktober 2021   10:25 Diperbarui: 1 November 2021   01:02 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kakek tua berjenggot putih (sumber: pxhere.com)

Di sebuah daerah bernama Tirtonadi, terdapat sebuah desa bernama Desa Jayakarta. Pepohonan di sana sudah sangat jarang mengingat Desa Jayakarta berada di pinggiran Kota Tirtonadi. Penduduk disana mayoritas bekerja di sektor industri.

Layaknya desa yang lain, terdapat banyak rumah-rumah warga berjejeran, penerangan jalan, musholla dan sebagainnya. Berbagai fasilitas tersebut sudah sangat layak dan mumpuni untuk digunakan. Sebut saja tempat ibadah, surau atau musholla.

Di Desa Jayakarta terdapat tiga surau utama, orang-orang menyebut surau timur, tengah, dan barat.

Surau tengah menjadi yang paling besar diantara ketiga musholla yang ada. Dimana surau tersebut akan dijadikan masjid dikarenakan posisinya yang ditengah-tengah desa dan dianggap paling strategis, serta mudah dijangkau.

Kemudian surau barat, ini merupakan musholla terkecil diantara ketiga musholla, letaknya pun agak aneh, yaitu menyatuh dengan rumah orang, rumah kades Jayakarta.

Yang terakhir surau atau musholla timur. Mungkin bisa dikatakan musholla ini menjadi musholla  paling mistis diantara ketiganya. Surau tersebut bernama Al Muhajirin. Warna putih mendominasi setiap ruangan di musholla tersebut, ada teras, bagian jama'ah wanita, bagian jama'ah laki-laki, tempat wudhu, toilet, serta ruangan penyimpanan barang.

Tidak ada yang aneh dengan musholla ini, seperti pada umumnya musholla lain. Jama'ah nya pun tergolong banyak, sholat shubuh, dhuhur, asar, magrib, dan isya. Selain sholat, terdapat juga kegiatan lain seperti ngaji anak-anak, tahlil, dan sholawat.

Waktu siang semua baik-baik saja, magrib, isya pun masih biasa, namun berbeda halnya bila sudah memasuki jam 2 dini hari sampai sebelum shubuh.

Suasana surau Al Muhajirin agaknya berbeda, angin kerap berhembus kencang entah darimana. Suasana sunyi membuat suara jangkrik terdengar keras dan bersautan.

Inilah yang kadang membuat seseorang yang hendak membuka surau untuk persiapan sholat subuh takut. Namun, tidak untuk orang yang sudah biasa membuka surau dini hari, sebut saja pak Junaidi, Kohar, dan Ihsan.

Mereka bertiga memang sudah lama mengurus musholla tersebut, bisa dikatakan sudah tau seluk beluk tempat ibadah itu.

Sampai pada suatu hari ada seorang pemuda pendatang bernama Amin yang hendak membuka surau terlebih dahulu sebelum waktu sholat subuh datang. Sebelumnya, ia memang dikenal sebagai pemuda yang taat agama.

Pukul 03.00 dini hari ia berjalan menuju surau didekat rumahnya itu, kebetulan jaraknya hanya 100 meter dari rumahnya. Seperti biasa, sesampai di surau ia membuka pintu, memasang tirai pembatas jamaah, menyetel radio, kemudian sholat malam.

Setelah sholat malam, Amin melihat jam masih menunjukan pukul 03.20, sementara adzan shubuh masih jam 04.10. Ia pun duduk diteras musholla, awalnya baik-baik saja, sampai pada suatu momen, tiba-tiba angin berhembus kencang entah dari mana, suasana yang awalnya sunyi jadi agak berisik.

Amin pun mengaggap biasa hal tersebut, tapi lama-kelamaan ia merasa merinding. Ia pun bersholawat dalam hati untuk mengusir rasa takutnya tersebut.

Bukannya mereda, Amin malah makin panik. Dalam situasi yang menegangkan tersebut, tiba-tiba dari arah kamar mandi terdengar suara percikan air seperti orang yang mengambil wudhu.

Amin sontak kaget, ia yakin bahwa sedang sendirian di musholla tersebut.  

Suara kran air akhirnya berhenti, belum lama merasa lega, terdengar suara langkah jalan dari kamar mandi. Amin yang penasaran pun mengendap-ngendap ke arah tempat wudhu, dilihatnya tidak ada siapa-siapa, ia makin takut, namun Amin berusaha mengendalikan hal tersebut.

Kali ini Amin benar-benar dibuat kaget, saat ia akan masuk ke dalam musholla, tampak ada seorang kakek tua berjenggot putih sedang duduk bersila di shaf pertama.

Sekilas Amin biasa, namun setelah diperhatikan seksama ternyata ada yang aneh dengan si kakek ini, beliau tampak tidak menapak di tanah atau melayang.

Amin pun langsung mengucap istighfar. Seketika kakek tersebut langsung menoleh ke arah Amin sambil tersenyum tipis. Terlihat garis-garis keriput menghiasi wajah nya, serta tampak jenggot yang sudah putih dan panjang.

Amin pun memejamkan matanya, hanya butuh hitungan detik kakek tersebut langsung menghilang, semerbak harum bunga kasturi mengiringi menghilangnya kakek tersebut.

Amin pun hanya bisa menatap diam dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak lama kemudian adzan subuh pun berkumandang dan sholat subuh pun dilaksanakan.

Setelah kejadian tersebut, Amin bercerita pada pak Junaidi, menurut penuturan beliau, sosok kakek-kakek berjenggot putih itu memang sudah dari dulu sering menampakan dirinya, kadang di tempat wudhu, teras, atau tempat sholat bagian dalam. Bisa dikatakan sosok tersebut adalah jin muslim yang hendak beribadah pada Allah SWT.

Mendengar cerita pak Junaidi, Amin pun berpikir untuk menjadi pemuda yang jauh lebih baik lagi dengan selalu menaati perintahNya agar bisa selamat dunia akhirat.

Amin pun kian semangat mengawali subuh untuk membangunkan para warga agar bisa berjamaah, karena subuh adalah waktu dimana para malaikat melihat dan mendoakan kita yang sedang beribadah pada Sang Kuasa Allah SWT.

Didunia ini sendiri, ada dua jenis manusia dan jin, manusia dan jin beriman, serta manusia dan jin yang ingkar. Tinggal kita sendiri yang memiliha mau jadi apa.

Ini bukan hanya pengalaman mistis, tapi pelajaran sarat akan hikmah kehidupan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun