Pola asuh demokratis melibatkan anak dalam setiap pengambilan keputusan. Pola interaksi seperti ini membentuk karakter anak yang tenang, siap berdiskusi, kreatif dan peka terhadap solusi. Sementara pola asuh permisif bertendensi pada kebebasan penuh yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dalam mengambil setiap keputusan. Pola asuh permisif terkadang berujung pada ketidakpedulian terhadap resiko yang diambil.
Untuk menyiapkan pemimpin masa depan, pola asuh yang ditanamkan sebaiknya berakar pada nilai-nilai moral dan etika yang dilandasi oleh kepekaan terhadap permasalahan sosial. Latih mereka untuk lebih bisa berempati dan bersimpati terhadap realita sosial dan aktif melibatkan mereka sehingga timbul kesadaran untuk membenahi apa yang menurut mereka kurang baik dan mempertahankan apa yang baik.
Menurut psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, orang tua haruslah berada pada posisi sejajar dengan anak dalam kegitan parenting. Seorang ibu sebaiknya menerapkan pola asuh moderat yang membuka ruang diskusi dan memandang mereka sebagai partner yang sejajar sehingga meningkatkan rasa percaya diri mereka.
3. Memberikan Keteladanan
Dalam pepatah jawa tersebut “kacang mangsa tinggal lanjaran” atau buah itu jatuh tak jauh dari pohonnya. Karena sikap, karakter, dan perilaku anak adalah buah dari pengamatan dan proses meniru orang tua terutama ibu maka untuk melihat seperti apa seorang anak berperilaku tengoklah seperti apa ibunya. Children see children do.
Karena setiap pribadi adalah pemimpin, setidaknya atas diri mereka masing-masing, seorang ibu dituntut untukmemberikan keteladanan tentang bagaimana memimpin diri sendiri dan memimpin orang lain dengan membiarkan si kecil mengamati tindak tanduknya. Ibu, sebagai pemegang nilai-nilai dan guru peradaban, harus memberikan contoh-contoh yang sejatinya dapat menjadi model bagi anak dalam aktifitas dan tingkah polah sehari-hari.
Seorang ibu harus mampu memberikan keteladanan dalam bersikap karena anak-anak adalah imitator terbaik. Mereka akan selalu meniru dan mengimitasi apa yang terindra. Keteladanan ini yang kemudian akan membentuk kebiasaan dan kebiasaan tersebut lama kelamaan akan menjadi karakter.
Berdasarkan teori oleh Stephen R.Covey terdapat tiga teori pembentukan karakter. Determinisme genetis yang menyebutkan bahwa karakter seseorang diwarisi sejak kakek-nenek terdahulu. Determinisme psikis, karakter yang diturunkan dari kedua orang tua dan determinisme lingkungan, karakter yang dibentuk hasil tempaan suatu lingkungan. Para psikolog banyak yang menjadikan teori determinasi lingkungan sebagai landasan.
Lingkungan terdekat bagi si kecil adalah apa yang dapat mereka jangkau dengan indra mereka secara langsung dan ibu adalah lingkungan itu sendiri.
Sembari menceriterakan bagaimana kisah para pemimpin-pemimpin hebat agar tertanam dalam otak bawah sadar mereka tentang para pemimpin, berikan mereka contoh dan keteladanan dalam bersikap. Bagaimana seorang pemimpin dilihat dari hal-hal kecil yang mereka lakukan setiap harinya.
4. Full Time Mother