Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] Ismail the Forgotten Arab [Bagian 22]

10 September 2017   09:39 Diperbarui: 10 September 2017   10:39 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku harus segera cepat meninggalkan jatah makanan ini untuk harimau. Aku rasa harimau tidak akan mengganguku dengan serangannya karena daging begitu banyak namun aku tetap saja takut dengan harimau. Oh ya aku melanturkan catatanku sampai ke tempat kampungku.

Oh ya, apa kabar dengan Ibrahim? Mungkinkah ia akan memberikan kabar mengenai harimau yang baru lagi. Aku tidak tahu tetapi pasti ada hariamua yang baru lagi akan datang.

Kini aku perhatikan anak yang pengecut tersebut sudah mulai berani. ia seperti tidak merasakan adanya petir yang melewati daerah mereka.

Semuanya pada berkumpul dibawah sementara pengamat terus memantau kalau ada serangan pasukan musuh yang datang tiba-tiba. Biasanya mereka akan datang kalau serangan meriam datang terus namun karena serangan balasna maka mereka jadi menghentikan serangan mereka terlebih dahulu. Aku yakin mereka akan banyak yang terkena korban ledakan.

Artileri Turki juga hebat karena bisa mengalahkan mereka dengan meriam-meriam yang berasal dari Jerman dan bantuan perwira-perwira Jerman yang membantu mengarahkan meriam-meriam tersebut. Pasukan Turki menjadi lebih menjadi berbhaya dengan tembakan tersebut.

Ini yang kuharapkan Turki memiliki senjata yang setara dengan sekutu walaupun hal itu masih jauh. Mereka tetap lebih unggul dari kita sebab Jerman juga tidak akan membantu dengan banyak pasukan. Kekuatan mereka terkonsentrasi di Jerman dan Rusia. dan mereka hanya menaruh sedikit saja perwira Jerman di tempat ini.

Tetapi mereka hebat juga dan pendidikan mereka lebih baik dari perwira Turki. Aku tidak tahu apakah pendidikan mereka lebih baik karena buktinya waktu zaman Sulayman kami masih berjaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun