Aku terkaget ketika Hakan mendekatiku
"Paluru meriam agi,kini mereka mau memborbardir kita dengan yang intens lagi", kata Hakan
"Benar nanti lagi meriam ini akan bisa menyerang kita . Aku tidak khawatir sendainya saja kiya akan mendapatkanmeriam.Aku akan melaporkan hal ini pada letnan agar meminta bantuan korps artileri untuk menyerang mereka"
Mulazimpun tiba menyaksikan crane-care kapal angkut militer Australia mengangkat meriam. Crane tersebut mengangkat meriam 75 mm dengan perlahan dari badan kapalangkut dan mereka menurunkan dengan peralahan-lahan. Banyak pasukan Australia menunggu dibawah dan menyambut meriam mereka. Mereka melepaskan tali-tali yang mengikat meriam mereka dan kemudian mendorongnya ke benteng mereka.
"Sebentar lagi akan ada hujan meriam. Perbaiki segera karung-karaung yang sudah mau jatuh"
Aku memerintahkan beberapa prajurit mengambil karung yang jatuh. Mereka lagsung mengangkat karung. Aku menilai sebuah parit ternyata kurang karungnya. Aku segera meminta karung pada pasukan yang lain. Seorang prajurit yang bernama Rajput pun segera mengambil karung dai dalam barak dan mereka mengisinya dengan pasir bekas galian parit. Ada enam pasukan yang bersama-sama mengisi karung dengan cekatan sekali. Dalam waktu sekitar dua menit satu karang terisi dan seorang menjahitnya dengan cepatan.
Aku sendiir yang mengangkat karung tersebut ke atas parit dan pertahanan namak kuat. Aku kembali ke Mulazim dan ingin mendapatkan bantuan artileri. Belum sempat memberitahukan ke Mulazim, ada sejumlah ledakan yang terdengar dari belakang. Kali ini pasukan Turki menghujani pasukan musuh dengan meriam artileri yang lebih besar 150mm . Salah satu proyektil menghancurkan sebuah meriam beserta para pasukan Australia yang ada di sekitarnya.
Kami semua bertakbir melihat hal tersebut. Australia membalas serangan sehingga kamipun harus menunduk di belakang karung pasir. Â Sementara artileri Turki tidak menghentikan serangan mereka meski dibalas oleh serangan musuh.
Anggap saja suara geledek yang menyambar. Aku juga khawatir geledek tersebut akan menghancurkan kami karena kami berada di tempat yang luas sekali. Pernah suatu kali geledek mengenai pada tiga ekor sapi kami yang besar-besar. Geledek memang mencari tempat yang paling tinggi di tempat tersebut. Alhasil sapi-sapi yang besar tersebut terkena geledek.
Pada saat itu aku khawatir juga dengan adanya petir kalau hujan. Kami segera mengungsikan ternak ke tempat yang lebih aman lagi ada perbukitan dan tidak dalam padang yang terbuka. kalau ada hujan, kami segera ke sana. Pada saat itu hukan dan jami duduk diatas kuda dan mengenakan mantel yang tahan terhadap hujan. Badanku terasa dingin merasakan air hujan yang menetes ke dalam baju.
Sementara ia harus menggiring ternaknya ke dalam tempat kandang. Tiba-tiba halilintar menggelegar dan bau daging bakar terendus. Tentu saja aku tidak boleh memakan sapi yang sudah mati terbakar. Tetapi meninggalkannya juga tidak bagus karena akan menjadi tidak berguna. Aku harus menggunakan tanduk dan  kulitnya untuk keperluan yang lain. Aku mengambil pisau yang ada di tempat tanganku dan aku mulia menguliti. Sudah separuh badan sapi ini gosong. Terdengar auman yang keras. Aku rasa aku masih tenang karena auman keras menandakan ia sedang berada di tempat yang cukup jauh.