Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] Ismail the Forgotten Arab [Bagian Ke-19]

16 Agustus 2017   09:51 Diperbarui: 16 Agustus 2017   09:54 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gurkha and Aussie attack ottoman garisson at galipolli

Kereta Trans Arabia 

Kalau saya pernah menaiki kendaraan mungkin hanya kuda dan pedati. Seperti dalam bagian buku catatan bahasa aku sering menghindari kuda melintasi Padang bolak yang luas sekali.

Kalau mengangkut hasil bumi maka pedati bakan dibebankan pada kerbau. Aku mempunyai kerbau yang bernama Sanam. Ia berbadan kekar.

Pemandangan indah tersebut tidak ada lagi di negeri Arab yang panas dan gersang. Semua angkutan dipercayakan pada kuda dan unta. Unta adalah kapal padang pasir yang sangat kuat sekali. Mereka membawa barang dari Yaman dan Syam untuk keperluan bangsa Arab di Jazirah.

Kini aku melewati sebuah gedung yang besar terbuat dari tembok. Bangunan tersebut hanya ada seperti di kota Medan ataupun kota Padang dan sedikit di kota Pekanbaru. Bangunan ini jelas kokoh dan ada suara yang sangat keras sekali dari balik bangunan tersebut yang belum pernah aku mengenalnya serta bunyi lonceng yang sangat memekakkan telinga saya.

Ketua rombongan yang bernama Mustafa membimbing kami ke sebuah pintu dari bangunan tersebut. Banyak orang yang lalu-lalang dalam tempat tersebut. Ada tulisan dalam bahasa Arab yang berarti statiun kereta api.

Apakah kereta api tersebut? Mustafa tidak memberikan petunjuk namun ia menyuruh kami masuk dalam ruangan tersebut. Mereka bersama ribuan orang Arab yang antri untuk mengalir masuk ke dalam kereta. Setelah diabsen seluruh pasukan segera memasuki kendaraan yang berbentuk kotak yang panjang sekali. Aku melihat kepala dari kendaraan tersebut mengeluarkan asap dan sekali-kali terdengar bunyi peluit. Seorang petugas yang membawa tongkat dengan ujungnya yang bulat dan tipis mengayun-ayunkan tongkat tersebut dan mencoba memberi isyarat untuk keberangkatan kereta.

 Peluit dibunyikan dan kereta membalas peluit petugas tersebut dan mereka pun berjalan meninggalkan kota Madinah Al Munawaroh.

Pekerjaan membuat rel kereta dari Istanbul bukan pekerjaan yang mudah dan murah. Kereta ini akan melewati wilayah Hijaz, Jordan, Syam dan akan berakhir ke Istanbul di tempat tujuan. Kalau satu rel saja membutuhkan puluhan dinar maka bagaiamana ribuan kilometer jalan yang tersambung di Arabia.

 Dengan kereta Trans Arabia kita tidak perlu untuk takut kehabisan atau kehilangan arah seperti yang terjadi pada kafilah pedagang. Kadang mereka tersesat dan mereka tidak mempunyai bekal yang cukup sehingga mereka mati kelaparan .

 Kereta ini pasti mempunyai makanan atau minuman tentu saja sebuah roti pun akan membayangkan kita dalam perjalanan ini. Katanya waktu untuk kereta Trans Arabia  memakan waktu setidaknya seminggu.

 Di setiap pos pasti ada peberkalan. Kami duduk digerbong berserakan dengan beberapa sukarelawan lain. Nanti juga di setiap perhentian akan ada tambahan pasukan yang lain lagi dari negeri lain. Aku berkenalan dengan seorang dari Qatar di pinggir laut mereka juga dalam satu  kompi pasukan. Kebanyakan dari mereka adalah petani kurma. Masya Allah persaudaraan Muslim memang sangat terlihat disini. Kami kontingen Hijaz turut serta dalam satu gerbong dengan kontingen Qatar.

 Aku bertemu dengan Jabar yang merupakan kontingen Qatar dan ia mendapat pangkat Cavus Awwal dan ia memimpin pasukan yang berasal dari Qatar. Mereka sebenarnya pasukan kaveleri. Ia tidak tahu apakah bakal ditempatkan sebagai kavaleri namun mereka pasrah saja dan kemungkinan untuk menjadi pasukan berkuda kecil sekali.

Kukira Gurkha

Ada bunyi peluit di balik parit lawan. Kalau namanya bunyi peluit berarti ada pasukan yang sedang berkumpul di balik parit tersebut. Ada topi cowboy Australia yang mencoba melonggok keatas secara peralahan. Aku perkirakan dimana kepalanya orang tersebut.

Aku hendak mencegah mereka melihat keadaan kami. Aku bidik dan pisir besi yang berada di ujung laras senapan sudah mengenai kepala orang tersebut. Aku kira kalau peluru tersebut dapat menembus kepala orang tersebut.

Aku mempertimbangkan arahnya angin yang bergerak dari darat berhembus. Aku tahan nafas dan menarik picu senapan yang aku pegang ada peluru berlari menembus peluru yang terbang dan menyisakan sebuah tongkat kayu yang tipis.

Aku dipermainkan oleh orang Australia tersebut. Kalau topi tersebut hanya pancingan dan untuk melihat reaksi kami. Satu buah peluru sayang sudah dilontarkan dari senapanku yang berarti mengurangi jatah. Aku kira mereka menertawakanku. Aku masih senang karena yang mungkin akan menyerang pasukan Australia dari topi yang mereka pakai. Karena ada bulu burung merak hijau di atas topi tersebut. Konon kata Rajput, Topi orang Gurkha mungkin sedikit mirip hanya saja tidak memiliki bulu burung merak dalam topi mereka.

Bagiku keberadaan Gurkha adalah harimauku di masa lalu. Aku begitu menggigil mendengar auman si raja rimba tersebut. Apakah mereka seganas harimau? Tentu saja pengalaman akan membuktikan kehebatan mereka menghadapi pasukan Turki. Hampir semua relawan di sini berani kecuali yang satu itu.

Aku menunggu saja dan dengan siaga sekitar 12 prajurit mengarahkan senapannya ke arah bagian depan pertahanan Australia.

Mereka menunggu teriakan setelah terjadinya peluit tersebut. Aku mengira mereka hanya main-main atau mempermainkan diriku seperti tadinya. Mereka mempermaikanku dengan topi yang diangkat dengan tongkat. Suatu saat mereka akan kubalas dengan mengangkat topi dengan tongkat kayu agar mereka tidak bisa bermain-main dalam diriku.

Diriku sendiri mengendorkan kewaspadaaan karena aku pikir mereka tidak akan berani menyerang dekat-dekat ini. Ini baru pertama kali mereka menipu diriku mungkin saja mereka akan menipuku selanjutnya. Peperangan ini kalau tidak sabar maka hanya akan membuat kita kalah dari musuhku. Sementara Mulazim juga tidak mengendorkan kewaspadaan ia berjalan di belakang anak buahnya, meyakinkan sudah siap.

Aku sendiri khawatir apakah Gurkha akan datang melihat kami yang alot dalam bertahan pastinya pasukan musuh akan berusaha untuk menembus parit kami yang sudah dijaga ketat. Mereka selalu gagal berapun penyerang mereka dan bahkan dibantu oleh senjata artileri.

Mulazim mengingatkanku agar waspada meski belum tentu ada kemungkinan mereka menyerang. Ada bunyi peluit lagi pasukan segera memegang senapan lebih erat lagi. Namun setelah sejam mereka tidak keluar dari parit membuat diriku menjadi bosan dan aku yakin mereka kini mempermainkan. Ada dua buah topi bergerak keatas. Dua orang yang berada di depannya ia membidik topi tersebut namun aku mengangkat tangan agar jangan membidik terlebih dahulu kali ini aku yakin itu tipuan.

Pembicaraan dengan Mulazim

Mulazim sedang menginspeksi di sepanjang garis. Aku yang berada di paling kanan garis pertahanan dari peleton kami mengawasi seluruh pergerakan pasukan Australia di depan.Tampaknya mereka juga tidak akan menyerang untuk waktu yang dekat ini. Tidak ada bunyi peluit. Kalau kemarin mereka menipu dengan peluit mungkinkah mereka menipu dengan tidak pakai peluit untuk menyerang.

Aku pikir itu bisa saja terjadi.

"Mereka mungkin sudah lelah sehingga tidak mau menyerang ataukah ini tipuan mereka menyerang tanpa peluit"

"Itu bisa saja", tentu aku malu sebagai seorang bintara yang pengetahuannya lebih tinggi daripadaku sehingga aku berbicara diplomatis saja.

"Kau dengar pasukan Gurkha akan datang"

"Benar, itu kita tidak bisa kita samakan dengan pasukan Australia yang hanya mengandalkan infantri dan pasukan berkudanya. Mereka kurang bisa merangsek untuk menghadapi kita. Aku sih maunya kita merangsek ke depan namun tanpa dukungan peleton, percuma saja karena kita akan terkepung oleh pasukan musuh dan kita akan jauh dari suplly yang berarti kita akan ditahan mereka. Kita sepertinya tinggal bertahan saja seperti garis yang ditentukan oleh Esad Pasha"

Aku tentu saja mengiyakan apa saja perkataan Mulazim yang sudah malang melintang di dunia militer.   

"Mulazim, andaikan Gurkha itu datang. Apa yang bisa kita perbuat?

"Kau sudah melatih teman-teman untuk bergulat dan mereka sudah mahir dalam bergulat . Mungkinkah kita akan mengandalkan dalam pertarungan jarak dekat.Tubuh mereka sangat kecil dan kita bisa mengunggulkan dari mereka"

"Ya, aku sempat lihat dalam pertandingan gulat yang kau selenggarakan. Memang anggota kita yang kebanyakan dari Damaskus tersebut ahli dalam bertarung "

"Tetapi hal itu jangan membuat lengah karena jumlah mereka pasti lebih banyak dari jumlah pasukan kita. Kita akan kalah jumlah saat terjadinya pertempuran jarak dekat namun bukan berarti gulat tidak penting namun gulat tersebut juga menyehatkan diri kita"

Aku mengangguk-angguk saja. Aku rasa Gurkha tidak terlalu boleh dicemaskan sama seperti harimau yang di kampung halamanku.

"Kalau dulu aku sangat takut sekali dengan Harimau. Mereka mempunyai reputasi untuk membunuh orang biasa sampai para pendekar"

"Seingatku binatang buas tidak menganggu manusia. Seperti halnya beruang di sini atau serigala mungkin saja orang di kampungmu menganggu habitat harimau di sana"

"Ya, kami akui. Para peladang sering merusak habitat dengan membakar ladang dan menanami dengan tumbuhan seperti kopi dan karet. Ada juga pendekar yang melawan harimau di kampungmu"

"Wah, itu sesuatu yang hebat. Itu seperti gladiator yang melawan dengan hewan buas. Aku sangat tertarik dengan hal ini. Mungkinkah ada yang memaksa orang tersebut melawan harimau tersebut"

"Tidak, pendekar tersebut sukarela untuk melawan harimau tersebut"

"Bagaimana cara memanggilnya harimau tersebut?"

"Aku juga tidak tahu namun mereka mempunyai panggilan yang khusus seperti orang memanggil orang lain seperti jangan yang mau menantang orang lain"

Mulazim terkagum-kagum dengan penuturan dariku.

"Seandaninya aku masih mempunyai umur, aku akan berkunjung ke negerimu melihat pendekar yang bertarung melawan harimau. "

"Ya, tuan boleh melihat luasnya halaman rumahku yang sangat indah penuh dengan warna hijau . Sepanjang mata Tuan melihat akan melihat tanahku yang hijau"

Mulazim terkagum-kagum dengan gambaran yang adadi tanah airku. Ia kemudian mengalihkan pandangan ke depan dan ternyata tidak ada pergerakan pasukan musuh sama sekali. Hari masih terang dan ia kemudian masuk kembali ke ruangan baraknya.

Kunjungan Esad Pasha

Hal ini memupus semua keraguanku mengenai ketidakpentingan sektorku. Aku mendapatkan kabar akan datangnya Esad Pasa ke sektor kami. Ia pasti akan melihat pertahanan kami yang ada di wilayah terpencil tersebut. Mulazzim akan bersiap dan Buluk Boshi pun pasti datang ke sini sebagai pimpinan dari pasukan serta Mirliva Khairuddin yang menjadi komandan Batalyon ke 26.

Aku harus bersiap-siapkan segalanya untuk menerima Esad Pasha. Hal ini membuat aku semangat untuk berjuang lebih keras lagi menghadapi pasukan musuh, Kau tidak mau malu dengan hal ini. Tentu saja aku harus mempersiapkan berbagai pertanyaan agar ia bisa memberikan saran untuk perang ini. Aku tidak mau mengalahkan Mulazim dalam hal ini biar saja Mulazim yang berbicara sementara saya akan berbicara jika dipersilahkan.

Inilah hari datangnya Esad Pasha bersama rombongan. Ia dikawal oleh satu peleton pasukan. Seorang pimpinan Peleton yang berpangkat Mulazzim Awwal bernama Isran. Mereka merangsek dan melapokan keberadaan mereka pada Mulazzim awal Ilham yang sedang bertugas dalam ruangan bungker. Ia membuat laporan mengenai pertahanan mereka yang tidak pernah sepi diserang namun sekitar dua hari ini mereka bisa beristirahat lega karena mereka hanya digertak oleh beberapa topi pasukan Australia yang menyembul keluar dari parit mereka.

Ia langsung menyuruh pasukan yang ada menempati posisi dan mereka dan dengan cepat peleton Isran bergabung dengan pasukan kami. Mereka juga waspada untuk menjaga kedatangan Esad Pasha.

Setelah sejam berjaga dan Isran dan Ilham sudah memastikan tidak ada serangan baru mereka memberitahukan markas. Kemudian aku mendengar dengan jelas iring-iringan truk yang membawa beberapa pasukan. Aku memastikan itu bukan pasukan tambahan melainkan pasukan yang mengawal Esad Pasha.

Aku membayangkan mendapatkan pasukan yang cukup sekali namun kira aku belum bisa. Bahkan untuk sersan dari wakil Mulazim belum ada jadinya aku sendiri yang akan mewakili.

Esad pasha dengan kawalan perwira datang menemui dan disambut oleh Mulazim Isran dan Mulazim Ilham aku berada di belakang mereka untuk mendnegar pembicaraan mereka. Pembicaran sudah menyangkut masalah pertahana langsung. Aku melihat ada Kolonel dan ada juga officer Jerman yang melatih kami. Ia berpangkat setingkat Mirliva dengan mengenakan seragam Jerman yang sudah dimodifikasi dengan seragam Turki memakai topi berbulu.

Esad melihat pertahanan kami dan memerintahkan agar kami mendalamkan parit lebih dalam lagi.Kini musuh sudah menemukan senjata yang bisa masuk ke dalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun