Suasana kotaku panic. Para ibu-ibu berlarian dari pasar dan menutuppintu mereka. Aku menanyakan seorang petugas yang sedang enjaga kota dan mengatakan bahwa pasukan Salib sudah ada di wadi yang berjarak tidak jauh dari kami.
Paman Salim mendatangiku . Aku tidak tahu apa yang membuat kedatanganya di tengah tengah hiruk pikuk pasukan kami.
“Tidak mungkin Sultan Umar akan membantumu karena Ia harus membantu Amir Mahmud yang kesulitan akibat pemberontakan Hassasin. Jika kau tidak percaya kau bisa Tanya Ruslan”
“Tapi aku mendengar Sultan Umar belum mempunyai rencana untuk hal itu”
“Jika kau tidak percaya maka kau saja yang tanyakan langsung”
“Tapi aku sudah menyakannya langsung.”
“Tapi anaknya sudah menetapkan batuan pada Pasukan lain. Kau jangan terlalu berharap pada orang lain”
“Bagaimana mungkin ayah tidak berkuasa namun anaknya yang lebih berkuasa”, kataku dalam hati
Pamanku beranjak dan ia segera menuju kotanya.
Aku yang tinggal sendirian dan aku mengirim surat pada ayahku melalu seorang kurir”
Si kurir sudah bersiap dan membawa sedikitnya sepuluh merpati untuk komunikasi denganku. Si kurir ditemani oleh soerang pasukan penunggang kuda yang sangat terampil dalam mengawal petugas pos atau kurir.