Ufuk Timur mulai memutih berseri. Sinar mentari memberkas di lorong kabut embun yang turun menyelimuti bumi. Menerangi hamparan sawah, menyambut pagi.
Sekawanan burung Emprit, bergelayut di sepanjang tangkai padi. Mengucap salam, sembari menikmati bulir-bulir padi. Bercerita, tentang suatu kisah keajaiban Illahi...
:::.
Lebih dari 500 tahun, berlalu..
Nuansa alam di lembah pegunungan Turki, masih saja tetap asri dan menyejukkan hati. Pepohonan rindang tampak kehijauan, menghiasi bukit-bukit kebun milik petani.
Suara 'siulan burung' melengking, saling bersahutan. Tertiup angin, hingga kejauhan. Menyapa setiap petani desa, yang tengah merawat tanaman.
Suara siulan burung? Ya.
Itulah, bahasa isyarat para petani penduduk desa Kuskoy, di sebelah Utara pegunungan Pontic, Turki. Meniru bahasa burung untuk berkomunikasi, yang hingga kini, masih ada.
:::.
Ribuan tahun yang lalu..
"...Mengapa aku tidak melihat Hud-Hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir? Pasti akan aku hukum dia, dengan hukuman yang berat. Atau, kusembelih dia, kecuali jika dia datang kepadaku dengan alasan yang jelas."
Maka, tidak lama kemudian (datanglah burung Hud-Hud), lalu dia (Hud-Hud) berkata,
"Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba', membawa suatu berita yang meyakinkan."
Begitulah, cuplikan dialog orang sholeh dengan burung Hud-Hud. Adalah Nabi Sulaiman, yang memiliki ilmu bahasa burung. Kisahnya, nyata. Yang hingga kini, masih dapat dibaca.
:::.
Bahasa burung,,,
Telah sampai, kabar Emprit; Telah sampai, kabar "bahasa burung" Kuskoy; dan Telah sampai, kabar Hud-Hud...
Kabar-kabar itu, menyampaikan pesan, keber-ada-an Tuhan. Bahwa, semesta ini memiliki banyak keajaiban yang menakjubkan.
Tinggal pada akhirnya, berpulang kepada manusia, bagaimana ia dapat menafsirkan, siapa pencipta keajaiban-demi-keajaiban.
@kur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H