Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saling Berbalas Pantun antara Anies Baswedan dengan Prasetyo Edi Marsudi, Apa Apa Sih Pak?

17 April 2021   01:48 Diperbarui: 17 April 2021   01:53 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mafia tanah adalah musuh negara, musuh rakyat. Itu jelas.

Namun siapa aktor-aktor yang bermain di belakang mafia tanah itu?

Ada mafia tanah seperti yang menimpa ibunda Dino Patti Djalal, dan ada pula yang modelnya seperti yang dimainkan oleh Triad oknum Pemprov DKI Jakarta berkolusi dengan oknum DPRD DKI Jakarta plus oknum BUMD PD Pembangunan Sarana Jaya.

Mengamati apa yang terjadi dalam skandal Triad Pemprov -- DPRD -- BUMD itu semakin terkuaklah praktek manipulasi yang sungguh-sungguh memalukan.

Saking memalukannya, sekarang setelah kasusnya mencuat ke ranah publik, mereka terkesan saling eker-ekeran satu sama lainnya. Saling lempar tanggung-jawab. Saling tuding. Mengapa?

Apalagi setelah KPK membuka kemungkinan untuk memanggil Anies Baswedan terkait skandal korupsi lahan rumah DP 0 rupiah ini.

Ketika ditanya perihal proses pengadaan lahan program rumah DP 0 rupiah ini, Gubernur dan Wakil Gubernur mengaku tidak tahu menahu lantaran mereka katanya tidak masuk ke wilayah teknis.

WaGub M.Riza Patria bilang, "Kami minta dinas-dinas, BUMD untuk menyiapkan. Masing-masing bekerja, jadi kami tidak masuk wilayah teknis. Nggak mungkin lah gubernur-wagub ngurusin yang teknis-teknis, yang besar-besar saja menyita waktu, apalagi masuk wilayah teknis. Itu tugas dinas, tugas sudin."

Agak aneh memang, sehingga kita jadi bertanya-tanya, mekanisme evaluasi (review) seperti apa yang selama ini mereka lakukan terhadap jalannya operasi pemerintahan? Padahal uang rakyat yang digelontorkan ke dalam proyek itu sangat jumbo (Rp 3,3 trilyun)! Itu jumlah yang sangat besar.

Berbalas pantun pun terjadi.

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi angkat suara.

"Ya gubernur tahu kok, makanya saya katakan saat rapat dengan Sarana Jaya, masa Wagub tidak bisa menjawab dan tidak mengerti masalah program DP Rp0. Kalau kami cuma mengesahkan, jadi apa yang mereka minta kami serahkan kepada mereka lagi."

Ia menuding Gubernur Anies Baswedan mestinya bertanggung jawab dalam soal pengadaan lahan oleh PT Pembangunan Sarana Jaya tahun 2019 di  Kecamatan Cipayung itu.

Sementara itu,

Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri mengatakan bahwa pihak penyidik tak menutup kemungkinan untuk memeriksa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk memperjelas konstruksi perkaranya. Katanya,

"Saya kira siapa pun saksi itu yang melihat, yang merasakan, kemudian yang mengetahui peristiwa ini. Kan tentu nanti beberapa saksi sudah diperiksa kemarin, nanti dari situ akan dikembangkan lebih lanjut siapa saksi-saksi berikutnya yang nanti akan dipanggil."

Mafia tanah model Triad Pemda -- DPRD -- BUMD kabarnya bukan sekali ini terjadinya, dan -- ini kabar buruknya -- bukan pula hanya di Jakarta. Walau ini hanya besifat kecurigaan belaka, namun kiranya perlu juga didalami lebih jauh oleh aparat yang berwenang.

Menyimak saling berbalas pantunnya Pemprov dengan DPRD di DKI Jakarta itu memang semakin jadi nampak komikal, walau sama sekali tidak lucu!

Misalnya, kata Prasetyo Edi Marsudi (Ketua DPRD DKI Jakarta):

"Saya nggak ngerti, fungsi saya hanya pegang palu (mengesahkan) anggaran yang diminta. Tapi saya enggak merasa (dikambing hitamkan) karena saya enggak bermain itu kok. Biarkan saja mereka yang mengatakan itu, nanti dia sendiri yang merasakan dosanya."

Hmm... Faktanya palu seorang Ketua DPRD itu sakti lho...

Menurut kabar burung, di tempat lain, sebelum palu itu diketok di meja ketua sidang, ada banyak bisik-bisik terjadi di belakangnya. Bisik-bisik soal apa?

Yah, namanya juga bisik-bisik, sehingga kita pun tidak bisa mendengarnya, itu pasti rahasia di antara mereka yang berbisik-bisik itu. Tak ada yang tahu, dan tak boleh ada yang tahu.

Sssttt...

16/03/2021

*Andre Vincent Wenas*, Direktur Kajian Ekonomi, Kebijakan Publik & SDA Lembaga Kajian Anak Bangsa (LKAB).

Referensi:

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/15/20273191/3-kasus-mafia-tanah-di-jakarta-sejak-2020-modus-dari-notaris-fiktif?page=all

https://depok.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-091580682/anies-baswedan-akui-tak-tahu-soal-teknis-pengadaan-lahan-rumah-dp-rp0-ferdinand-berarti-dia-memang-tak-kerja

https://www.wartaekonomi.co.id/read332289/ketua-dprd-dki-tuding-anies-tahu-soal-pembelian-lahan-di-munjul-yang-sekarang-tengah-dibidik-kpk

https://www.merdeka.com/peristiwa/kpk-buka-kemungkinan-panggil-anies-baswedan-dalam-korupsi-lahan-rumah-dp-nol-rupiah.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun