Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Vox Populi Vox Dei dan Para Pencuri Suara Tuhan

22 November 2020   23:38 Diperbarui: 23 November 2020   00:28 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Indonesia pada galibnya sudah punya modal religiositas serta kadar toleransi yang tinggi. Sebelum itu semua terdistorsi oleh ulah para pencuri suara tuhan.

Sabagai penutup kita perjelas saja, apa atau siapa sih para pencuri suara tuhan itu?

Egoisme dan ambisi politik sempit, orang yang tidak bermoral, yang menghalalkan segala cara, tidak menghormati proses, gemar jalan pintas sambil menginjak-injak hak orang lain.

Mereka yang memainkan poilitik uang dan politik identitas. Ketidak jujuran para politisi dan sikap tidak adil sejak dari pikiran telah mendistorsi banyak kebijakan yang akhirnya malah mencelakakan rakyat. Kemunafikan yang dipertontonkan tanpa tedeng aling-aling.

Mimbar di gereja, masjid dan vihara hanya jadi panggung sandiwara untuk memanipulasi citra diri. Kemunafikan yang dipertontonkan tanpa tedeng aling-aling. Rasa malu sudah masuk keranjang sampah.

Sekali lagi, jadi bagaimana kita mesti bersikap?

Rebut kembali ruang publik (apa pun itu) agar bisa diisi dengan diskursus yang benar, baik, bermanfaat dan indah.

Wacana di ruang publik akan besar pengaruhnya pada pembentukan opini publik, yang pada akhirnya ikut mewarnai penentuan sikap publik.

Didik (kembali) generasi muda kita dengan budi pekerti. Belajar antri (artinya menghargai orang lain, menghormati proses, belajar jadi telaten), belajar kebersihan diri dan kesehatan lingkungan (artinya juga etika menggunakan fasilitas umum sebagai ukuran atau indikator tingkat peradaban suatu bangsa). Sederhana bukan?

Dengan begitu, harapannya demokrasi yang deliberatif (ala Habermas) serta politik yang otentik (ala Arendt) semakin dimungkinkan.

Vox populi vox dei, suara rakyat suara tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun