Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apakah Keputusan Pemimpin Itu Harus Selalu Populer?

18 Mei 2020   11:48 Diperbarui: 18 Mei 2020   11:54 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan itu semua pemimpin mesti menimbang-bimbang segala konsekuensinya. Akibat yang dampaknya terasa hari ini atau berimplikasi jangka panjang.

Moral dalam pengambilan keputusan adalah upayakan untuk memilih yang terbaik dari alternatif pilihan yang baik yang tersedia (maximum-bonum). Kalau pun alternatifnya semua buruk, pilihlah yang paling sedikit buruknya (minus-malum).

Dan keputusan seorang pemimpin itu sifatnya progresif-dinamis. Artinya demi kemajuan (kebaikan) dan sifatnya lentur, fleksibel, siap untuk perubahan, selalu mengantisipasi dinamika lingkungan.

Apakah keputusan (pilihan)nya bakal disukai atau tidak disukai oleh sementara pihak itu jadi hal yang sekunder. Popularitas keputusan bagi seorang pemimpin sejati menjadi soal yang tidak terlalu penting. Walau jika dapat meraih semuanya tentu lebih baik, sama sekali tidak ada salahnya juga.

Seorang pemimpin -- selain memiliki kompetensi -- juga punya nilai-nilai (values) yang dianutnya. Maka keputusan yang diambilnya pun tak lepas dari tatanan nilai seorang pemimpin. Apakah seseorang yang egois atau altruis akan tercermin dalam keputusan yang ia ambil.

Kompetensi yang terdiri dari unsur pengetahuan (knowledge), keterampilan (Skill) dan sikap (attitude) juga pasti berpengaruh pada mutu keputusan yang ia ambil. Pengetahuan yang eksplisit maupun yang masih belum terartikulasikan (tacit-knowledge).

Keterampilannya  menggali informasi dan menggalang komitmen tim, serta sikap (misalnya berani ambil risiko, atau lebih baik menyenangkan semua pihak yang penting aman) akan sangat menentukan juga kualitas keputusan.

Kualitas keputusan akan ditentukan dari hasil perubahan (change) yang terjadi. Hanya jangan lupa bahwa perubahan pun sifatnya dinamis, jadi revisi keputusan juga sangat dimungkinkan. Yang penting jangan sampai terjadi pembiaran tanpa ada keputusan yang bisa menggerakan dinamika sosial. Karena gerak atau dinamika sosial akan juga membuka peluang.

Oleh karena seorang pemimpin itu senantiasa berselancar di atas gerak perubahan dan dinamika sosial dimana banyak kepentingan berkelindan, maka sikap terbuka menjadi prasyarat. Mau mendengar dan mau melihat kenyataan sebagaimana adanya, tanpa manipulasi kepentingan. Supaya obyektivitas bisa semaking terungkap.

Sikap diri yang terbuka terhadap pendapat, kritik, siap menerima perubahan bahkan yang paling paradigmatik sekalipun. Dalam disiplin psikologi-sosial ada konsep yang dikenal dengan nama Johari Window (Jendela Johari).

Ini alat sederhana yang bisa kita pakai untuk membuka dan meluaskan ruang komunikasi sosial, atau pemahaman tentang realitas sosial. Teknik ini  diciptakan oleh dua psikolog AS, Joseph Luft  dan Harrington Ingham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun