Lawan dan kawan mesti dibedakan pakai ilmu kebatinan. Oleh kerenanya Mpu Sri harus selalu eling lan waspada terhadap antek-antek yang bersembunyi di balik baju dinas.
Di tengah prahara ini, ia bersama koleganya di bank sentral berhasil menjaga keseimbangan ekonomi lewat kebijakan fiskal dan moneter di negara kesatuan ini.
Maka Mpu Sri Mulyani, sejauh ini, bolehlah dibilang berhasil.
Masa Depan.
Adalah soal Ibu Kota Negara yang baru. Ini sebetulnya wacana lama, sudah sejak jaman Bung Karno, direncanakan untuk pindah ke Kalimantan. Namun ya tidak pernah terealisasi, entah kenapa.
Soekarno lengser (lewat kudeta-bertahap?) digantikan Soeharto (32 tahun berkuasa) lalu lengser setelah krismon/krisis-moneter jadi kristal/krisis-total. Wapres B.J.Habibie naik (1,5 tahun berkuasa) lalu laporan pertanggungjawabannya ditolak MPR (mosi tidak percaya) ia pun berhenti.
Dipilihlah Gus Dur (1 tahun 9 bulan berkuasa) kemudian dilengserkan secara inkonstitusional lewat operasi 'semut-merah' yang diorkestrasi Fuad Bawazier (Golkar), Amien Rais (PAN), Arifin Panigoro (PDIP) dll. Maka naiklah Wapres Megawati (4 tahun berkuasa), digantikan lewat pemilu oleh SBY (10 tahun berkuasa).
Setengah abad wacana pemindahan IKN beku. Sampai saat Presiden Joko Widodo di sidang MPR-RI tahun 2019 lalu menyeruak 'minta ijin' kepada forum untuk memindahkan Ibu Kota Negara ke lokasi yang baru, di Kalimantan.
Sejak itu isu IKN Baru terus bergulir seperti bola salju. Dan seperti biasa, isu publik yang hot akan selalu jadi komoditas politik. Banyak spekulasi muncul, macam-macam. Soal pimpro-lah, soal duitlah, soal pemilik lahan-lah, campur-sari deh pokoknya.
Nama Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur pun jadi buah bibir nasional, bahkan mungkin internasional.
Lalu muncul Covid-19, bencana kesehatan nasional. Spektrum bencana ini global, lintas batas negara. Butuh penanganan amat sangat serius, dan tentu saja dana yang besar. Ini program darurat (emergency), tak ada dalam diskusi ABPN 2020.