Selesai itu suaranya jadi sumbang. Pada 13 Mei 2019 ia mundur  sebagai ASN setelah mengabdi hampir 33 tahun. Katanya supaya bisa leluasa mengritik. Jadi oposisi terang-teranganlah gampangnya.
Sewaktu pilpres 2019 usai, Prabowo-Sandi berperkara di MK. Di situ Said Didu menerima tawaran Tim Kuasa Hukumnya untuk jadi saksi terkait hasil pilpres.
Topik yang digugat Said Didu saat itu adalah soal akusisi saham Freeport Indonesia. Ia berpendapat akusisi Freeport via Inalum itu merugikan negara. Tapi ia kalah.
Semenjak itu ia berseberangan dengan pemerintah.
Sampai baru-baru ini ia mengunggah video dialognya dengan Hersubeno Arief di akun YouTube-nya. Kali ini Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) yang diserangnya. Namun serangannya dinilai ngawur, lantaran menghina pribadi LBP.
Topik dialog video itu soal kebijakan terkait pandemi Covid-19 dengan rencana pemindahan IKN (ibu kota negara).
Entah dapat info dari mana, Said Didu bilang bahwa LBP menghindari tanggung jawab dan ngotot agar Menkeu Sri Mulyani Indrawati tidak 'mengganggu' dana proyek IKN baru. Begini kutipannya:
"Kenapa itu dilakukan karena ada pihak yang ngotot untuk agar anggarannya tidak dipotong, dan saya pikir pimpro (pimpinan proyek) pemindahan ibu kota, Luhut Pandjaitan, itulah yang ngotot agar anggarannya tidak dipotong. Sehingga, Sri Mulyani punya ide untuk menaikkan jumlah utang."
Lanjutnya,
"Kalau Luhut kan kita sudah tahulah. Ya memang menurut saya di kepala beliau itu hanya uang, uang, dan uang. Saya tidak pernah melihat bagaimana dia mau berpikir membangun bangsa dan negara."
Lanjut terus tembakannya,