Siang hari ini saya berbincang dengan seorang kawan seorang  pemandu wisata (tour leader). Ia sedang WFH (work from home) dan 'stay at home', yang artinya bagi seorang tour-leader ya dirumahkan alias nganggur.
Ia sedang berpikir keras untuk mencari alternatif pemasukan. Ia sedang berpikir keras karena memang diharuskan oleh kondisi yang dihadapinya untuk kreatif mencari alternatif lain. Apa boleh buat.
Bukan salah siapa-siapa. Dan bukan saatnya untuk menyalahkan siapa-siapa. Virus Corona? Ya boleh saja kalau mau menyalahkan Covid19, tapi lalu bisa apa?
Manusia khan tidak bisa hidup dari kesibukan hanya dengan menyalah-nyalahkah keadaan, apa pun itu.
Lebih baik seperti kawan saya ini, yang berinisiatif untuk bergerak dalam segala keterbatasannya. Demi mencari alternatif lain secara kreatif dan gigih. Berhenti mengeluh.
Apakah sudah berhasil keluar dari masalahnya? Belum!
Tapi saya kagum dengan semangat juangnya. Ini studi kasus yang menarik. Suatu perjalanan perjuangan seseorang yang sedang berjuang keluar dari keterhimpitannya. Mulai dari suatu kemauan, dan sikap yang positif.
Profil-profil orang seperti inilah yang kita butuhkan saat ini. Mereka-mereka yang berhenti mengeluh dan bergerak dalam segala keterbatasannya untuk survive.
Kawan saya bilang, ia saat ini sedang berpikir kreatif untuk jadi youtuber sebagai salah satu alternatif. Kerja kreatif dari mana saja untuk mengisi content di media sosial ini. Oke juga khan. Salut deh.
Bagi saya bukan soal berhasil atau belum berhasilnya, tapi kemauan keras seorang muda yang semangat perjuangannya bisa menular ke teman-temannya. Penularan semangat model begini sangat boleh.
Industri wisata adalah suatu industri yang punya dampak ikutan (multiplier-effects) ke banyak industri lainnya. Baik ke industri bintang-lima maupun industri kaki-lima. Kita semua sudah paham itu.
Indonesia sempat menargetkan 20 juta wisman (wisatawan mancanegara) di tahun 2020 ini. Dan terhadap target ambisius ini sudah banyak persiapan yang dilakukan.
Mulai dari persiapan mitigasi kerusakan lingkungan dalam mengakomodasi kedatangan jutaan turis ke berbagai destinasi wisata.
Sampai persiapan infrastruktur yang memadai agar kenyamanan wisman tersebut bisa terjamin saat menikmati setiap momen keberadaannya di Indonesia.
Pokoknya kerja keras sudah dimulai dan sedang terus dikerjakan. Pariwisata jadi salah satu andalan yang diharapkan jadi penghasil devisa negara.
Waktu  itu menteri pariwisata Wishnutama pernah menjelaskan spending wisman yang berkunjung di Indonesia kira-kira USD1.220, sementara di Selandia Baru hampir USD5.000 per kedatangan.
Artinya, kualitas wisatawan yang datang ke Selandia Baru lebih tinggi, walaupun jumlah wisatawannya cuma empat juta, jauh lebih sedikit dibanding yang berkunjung ke Indonesia. Ini tantangan juga bagi kita untuk meningkatkan kualitas di atas kuantitas wisman.
Data Kementerian Pariwisata pada Februari 2018 mencatat bahwa pengeluaran (spending) turis asing Timur Tengah per orangnya mencapai USD1.918 per kunjungan.
Jumlah spending ini mengalahkan wisatawan dari Eropa sebesar USD1.538/wisman/kunjungan. Sedangkan wisman dari Tiongkok  mengeluarkan USD1.019. Jika urutannya ialah Timur Tengah, Eropa, lalu Tiongkok.Â
Tantangan ada, tapi yang lebih penting adalah bagaimana mentransformasikan tantangan ini jadi peluang. Dan sekarang kita punya modal waktu luang yang cukup banyak.
Sehingga pertanyaan yang penting saat ini adalah bagaimana kita mengkapitalisasi waktu luang ini sebagai kesempatan untuk berpikir kreatif dan keluar dari himpitan masalah.
Walau sementara ini SAH (stay at home) dan WHF (work from home), tetaplah semangat.
Buat teman-teman pemandu wisata (tour leader) Indonesia yang jumlahnya ribuan, salam simpati buat kalian semua. Kalian mewakili kasus bisnis di seluruh profesi maupun bidang usaha, mikro, kecil, menengah maupun besar.
Tetap positif dan kreatif. Jaga kesehatan. Salam Indonesia Cerdas.
25/03/2020
*Andre Vincent Wenas*, Sekjen *Kawal Indonesia* - Komunitas Anak Bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H