"Ini anak lakiku. Namanya Kenny" jawab Liani. Saba dan Boni makin kaget.Â
"Ni zenme  hai mei shui?" (kok belum tidur?) tanya Liani.Â
"Xinag he mama." (ingin dengan Mama)" jawab Kenny dengan malu-malu.Â
"Gue boboin Kenny sebentar yah. Gen mama de pengyou shuo wan'an" (Bilang good night sama temen-temen Mama). Liani berdiri dan menghadapkan Kenny ke rombongan kecil di meja itu.Â
"Good night." Jawab Kenny malu-malu dan dia segera melempar diri ke kaki Mamanya. Liani dan Kenny pun berlalu.
Ada jeda sesaat ketika kelima muda-mudi tersebut memperhatikan Liani menggendong Kenny yang menaiki tangga dan berlalu. Boni baru saja mau berkomentar, namun tampaknya ia keduluan oleh Wanda yang memecah keheningan diatara mereka berlima,Â
"Ciyeeee F-O.." dengan senyum usil yang disusul dengan tawa Niken.Â
Boni dan Saba tentu saja enggak nyambung. Sadar akan hal itu, Niken memberikan update kepada keduanya.Â
"F-O itu dia" Niken menunjuk Rami, sang "First Officer". Â
Boni dan Saba mengerti kalau Rami masih duduk di kursi sebelah kanan di dalam cockpit Boeing 737 yang biasa diterbangkannya. Boni pun memberikan tebakan terliarnya dalam hati. Benarkah yang kupikirkan?Â
Dan lebih hebatnya lagi, Saba memberikan tatapan kepada Boni. Ia memikirkan hal yang sama. Ternyata malam itu bukan milik Boni. Rami sudah punya rancangan yang lebih hebat lagi untuk dirinya sendiri.