Senna setuju untuk balapan pertama di Afrika Selatan, dimana ia akan menilai apakah McLaren cukup kompetitif. Setelah mengendarai mobil baru McLaren; McLaren MP4 / 8, Senna menyimpulkan bahwa mobil baru itu memiliki potensi, meskipun dengan mesin Ford V8 yang relatif rendah dibandingkan dengan Renault V10.Â
Senna memperpanjang kontraknya dengan McLaren berdasarkan perlombaan demi perlombaan, Â alih-alih kontrak setahun penuh. Namun akhirnya terealisasi sepanjang tahun 1993 juga.Â
Informasinya peminangan ini bernilai USD 1 juta per seri. McLaren kemudian menandatangani perjanjian pasokan mesin dengan Peugeot untuk musim 1994. Dan 1993 merupakan tahun terakhir Senna Bersama McLaren.
Selama testing, Williams FW16 yang baru tidak menunjukkan keunggulan dibanding para pendahulunya; FW15CÂ dan FW14B. Senna pun menyatakan ketidaknyamanannya dalam mengendarai mobil barunya.
SAN MARINO GRAND PRIX 1994
Pada Practice session di Imola tgl 29 April 1994, Rubens Barrichello, pembalap team Jordan, menabrak dinding pembatas dalam kecepatan 230 kph di chicane Variante Bassa.Â
Senna sampai keluar dari mobil Williams-nya dan pergi ke tempat terjadinya tabrakan. Dokter FIA; Sid Watkins yang sudah ada disana segera menanganinya. Setelah mengetahui bahwa Barrichello selamat, Senna kembali ke mobilnya dan melanjutkan sesi latihannya.
Malam itu di hotel Castel San Pietro, Senna menghubungi kekasihnya; Adriane Galisteu dan menangis ketika menceritakan kecelakaan Barrichello.
Pada Qualification session di Sabtu pagi tgl 30 April 1994 , Senna membukukan waktu terbaik 1 m 22,03 detik. Menurutnya dan juga Damon Hill; teammate Senna; performa mobil sudah lebih baik.