Mohon tunggu...
Andre Lolong
Andre Lolong Mohon Tunggu... Insinyur - Follow me @andre_gemala

Husband of a caring wife, father of two, car enthusiast, motorsport freak, Life learner..

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Legenda Formula 1: Ayrton Senna (1960-1994), dari Sao Paulo hingga Tamburello

29 April 2020   01:54 Diperbarui: 1 Mei 2020   22:14 2189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Monaco Grand Prix, 3 Juni 1984, hujan mengguyur Circuit jalan raya itu sejak pagi. Menyebabkan Balapan Formula 1 yang digelar hari itu menjadi sangat menantang akibat permukaan jalan yang licin dan pandangan driver yang terbatas. 

Alain Prost dengan mobil McLaren TAG bernomor 7 tengah memimpin lomba. Ia beruntung, Nigel Mansell; Rookie dari Inggris dengan Lotus Renault yang semula memimpin didepannya menabrak dinding pembatas pada Lap 15. 

Prost berjuang menahan gempuran Ferrari yang dikemudikan Rene Arnoux di belakangnya. Sambil sesekali menengok rearview mirror, Prost berjuang mengendalikan McLaren nya melewati Grand Hotel hairpin di Turn 6. Teammate Prost; 

Niki Lauda merangsek ke posisi 3 dan segera menyusul Arnoux. Namun sayang karena masalah pada rem ia mengalami spin di lap 23 dan tak dapat meneruskan lomba. McLaren milik Prost mengalami permasalahan rem yang sama hingga ia berusaha memberi tanda pada racing steward untuk menghentikan lomba. 

Pada Lap ke 29 sebuah Toleman-Hart berhasil melewati Ferrari milik Arnoux dan dengan cepat mendekati Prost. Mobil putih bernomor 19 itu memulai balapan dari posisi ketiga belas, dan balapan ini merupakan balapan F1 di jalan raya pertama bagi Driver nya. 

Prost sedikit tidak mempercayai matanya mengingat mobil Toleman yang umumnya tidak kompetitif dan sekarang sudah menempel ketat dibelakangnya. Toleman itu menyingkirkan duo Ferrari di belakangnya dan menunjukkan skill mengemudi tinggi dalam kondisi basah. 

Pada lap 29, Prost melambaikan tangan ke steward untuk menunjukkan bahwa ia merasa lomba harus dihentikan. Sudah hampir dalam setengah lomba ia mengalami kesulitan karena rem karbon McLarennya tidak menghasilkan panas yang cukup dalam kondisi tersebut. Akibatnya rem terkunci. Ini juga yang dialami Lauda. Prost yang melambat melambaikan tangan lagi pada lap 31 ketika ia melewati garis start / finish. 

Steward mengibarkan Bendera merah untuk menghentikan perlombaan pada akhir Lap ke-32. Toleman itu melewati McLaren milik Prost sebelum garis finish. Namun sesuai regulasi; posisi yang dihitung adalah posisi dari lap terakhir yang diselesaikan oleh setiap pembalap, yaitu lap 31, di mana Prost masih memimpin. 

Senna di Detroit Grand Prix 1984|artphotolimited.com
Senna di Detroit Grand Prix 1984|artphotolimited.com
Prost terhenyak ketika mengetahui bahwa itu adalah Toleman bernomor 19 yang dikemudikan oleh seorang Rookie berumur 24 tahun asal Brazil. Ini merupakan tahun pertamanya balapan di Formula 1. 

Pembalap itu bernama Ayrton Senna. Saat menaiki podium untuk menerima Trophy, Prost melihatnya, menaiki podium yang sama. Senna balas melihatnya, menjulurkan tangan dan menyalaminya.

Inilah podium pertama Senna di kancah F1, sekaligus menandakan awal persaingan sengit Senna dan Prost, yang berlanjut enam tahun kedepan.


Alain Prost dan Ayrton Senna di Monaco GP 1984|artphotolimited.com
Alain Prost dan Ayrton Senna di Monaco GP 1984|artphotolimited.com
Sebagai salah satu penggemar Motorsport, saya mulai ngikutin Lomba Balap Formula 1 dari tahun 1991. Saya mulai membaca dari berita olahraga di Koran dan Majalah mengenai kemenangan-kemenangan yang ditorehkan oleh mendiang Ayrton Senna yang waktu itu membalap untuk Team McLaren Honda. 

Persaingannya dengan Alain Prost, Nigel Mansell hingga Michael Schumacher selalu menarik untuk disimak. Namun karena keterbatasan siaran di Televisi, saya jarang melihat live Race nya. 

Dulu TV andalan masih TVRI dan RCTI saja. Kadang ada siaran ulang atau highlight beberapa series. Bahkan pernah Monaco Grand Prix ditayangkan secara Live. Hingga pada tahun 1999 TransTV menayangkan Live GP F1 setahun penuh. 

Waktu berlalu, pembalap-pembalap baru berdatangan dan menjadi juara. Mobil-mobil Formula 1 berevolusi. Engine serta paket Aerodinamika berubah mengikuti regulasi. Teknologi makin mendominasi mobil; digital, drive by wire, hybrid. Tujuannya tentu saja atraksi dan safety.

Ayrton Senna Da Silva lahir di Sao Paulo, Brazil pada tanggal 21 Maret 1960. Ayah; Milton da Silva merupakan tuan tanah dan Ibunda Neide Senna da Silva, merupakan keluarga philanthropy. 

Senna anak tengah, kakak perempuannya bernama Viviane dan adik laki-laki Leonardo. Anak kidal itu tidak terlalu pintar dalam pelajaran-pelajaran sekolah. 

Kuliah bisnis nya pun tidak berjalan lancar dan berakhir dropped-out. Namun kecintaannya pada mobil yang membawanya menjadi pembalap professional. Senna menjadi pembalap Kart dan ikut dalam Karting World Championship tahun 1977 dan menjadi runner-up pada tahun 1979 dan 1980. Ia meneruskan karier nya ke Formula Ford 1600 di Inggris, kemudian Formula Ford 2000, British Formula 3 pada tahun 1982. 

Semuanya juara klasemen. HIngga 1984 Senna bergabung dengan Team Toleman-Hart pada tahun 1984, yang merupakan perdananya balap F1. Sebenarnya Lotus dan Brabham tertarik merekrut Senna. Namun terkendala berbeda keinginan dengan sponsor utama masing-masing.

thefamouspeople.com
thefamouspeople.com
Setelah Toleman-Hart, Senna pindah ke John Player Special -- Team Lotus pada tahun 1985. Portuguese Grand Prix' 85 menjadi perdana bagi Senna dalam mendapatkan Pole Position sekaligus Pemenang GP Formula 1. Selanjutnya ia memenangkan Belgian GP dan menempati posisi 4 di akhir klasemen. 

Pada tahun 1986 Senna menjuarai Spanish dan Detroit GP, menempati posisi 4 overall. Di tahun 1987 Lotus berpartner dengan Camel dan memakai mesin V6 Turbocharged Honda. Di tahun terakhirnya itu bersama Lotus, Senna mempersembahkan kemenangan di Detroit dan Motreal, menempati posisi 3 di akhir klasemen.

etsy.com|Senna dengan Lotus 98T di tahun 1986
etsy.com|Senna dengan Lotus 98T di tahun 1986
Senna dengan Lotus 99T di tahun 1987|etsy.com
Senna dengan Lotus 99T di tahun 1987|etsy.com
Kerjasamanya dengan Honda beberapa tahun terakhir membuahkan hasil baik dan hasil testing Bersama McLaren di tahun 1984 lalu membuka jalan Senna untuk duduk di kursi mobil juara. Pada tahun 1988 Senna dikontrak McLaren. Ini artinya ia menjadi teammate Alain Prost. P

ersaingan sengit diantara keduanya pun berlangsung makin seru, ditahun-tahun kedepan mereka Bersama McLaren, bahkan hingga Prost pindah ke Ferrari. Namun terlebih dari itu, keduanya sadar bahwa sebagai rekan satu team, mereka harus bekerjasama untuk menahan gempuran team papan atas lainnya; Ferrari, Williams, Benetton, dan Lotus. 

Di tahun pertamanya Bersama McLaren, Senna membukukan delapan kemenangan dengan 90 points, sementara Prost tujuh kemenangan dengan 87 points. Senna dinobatkan sebagai juara Formula 1 di tahun 1988 yang merupakan Mahkota Juara dunia F1 pertamanya.

Tahun berikutnya, persaingan antara Senna dan Prost makin menjadi-jadi seiring pertempuran-pertempuran sengit di lintasan dan perang psikologis antara keduanya. 

Keadaan diperkeruh dengan timbulnya beberapa kontroversi seperti ketika Ron Dennis (team principle) menyatakan bahwa ditemukan perbedaan antara mesin Honda pada mobil Prost dan Senna. 

Ketegangan dan ketidakpercayaan antara kedua pembalap meningkat ketika Senna overtake Prost sesaat setelah restart San Marino Grand Prix, sebuah langkah yang menurut Prost melanggar perjanjian pre-restart. 

Senna menyangkal adanya perjanjian ini. Senna memimpin pada awal kejuaraan dengan kemenangan di San Marino, Monaco, dan Mexico, juga berhasil menang di Jerman, Belgia, dan Spanyol. Namun, gagal di Phoenix, Canada, France, Inggris, Italia, Brazil dan Portugal.

Alain Prost dan Ayrton Senna, McLaren Honda Team|parismatch.com
Alain Prost dan Ayrton Senna, McLaren Honda Team|parismatch.com
Salah satu rivalry moments antara Senna dan Prost di 1989 adalah tabrakan dengan di Suzuka, Jepang. Senna harus menang disana agar peluang memenangkan gelar juara tetap terbuka. 

Saat start, Prost berhasil melesat lebih cepat dari Senna. Ini adalah hasil dari melepaskan Gurney Flap hingga membantu dari sisi aerodinamika. 

Hal ini membuat mobil Prost lebih cepat di straight, namun lebih lambat melalui tikungan. Pada lap 46, Senna berusaha overtake Prost dari sisi dalam pada chicane terakhir. Prost mempertahankan racing line nya, memotong Senna dan bersentuhan roda dengannya. 

Tabrakan itu menyebabkan kedua McLaren meluncur keluar Track. Prost keluar dari mobil, sedangkan Senna mendesak para marshal untuk melakukan push-start, menuju Pit dan mengganti Front Wing yang rusak pada mobilnya. 

Senna berhasil finish di posisi pertama hari itu, namun kemudian didiskualifikasi karena menerima push start, memotong chicane setelah tabrakan dengan Prost, dan karena menyeberang ke pitlane entry yang bukan bagian dari Track. Prost keluar sebagai juara dunia 1989. Unggul 16 points dari Senna.


Tabrakan dengan Prost terjadi lagi di Suzuka 1990. Kali itu Prost sudah bergabung bersama Scuderia Ferrari. Selepas start Prost melesat di depan Senna yang segera mencoba overtake Prost pada sisi dalam di tikungan pertama.

Prost membelok ke kanan dari sisi luar, sementara Senna terus menginjak pedal gas dan keduanya pun bertabrakan pada kecepatan 270 kph hingga keluar dari perlombaan. 

Prost menganggap Senna sengaja melakukannya agar mereka sama-sama gagal finish dan Senna keluar sebagai juara dunia. Unggul 9 points, Senna keluar sebagai juara dunia. Setahun kemudian Senna mengungkapkan bahwa dia memang sengaja menabrak Prost sebagai balasan atas kecelakaan mereka di Suzuka di tahun 1989 yang lalu hingga memberi Prost gelar juara dunia saat itu.


Pada tahun 1991, Senna merupakan juara dunia tiga kali termuda. Ia meraih tujuh kemenangan dan meningkatkan rekor pole position nya menjadi 60 pole dari 127 start dalam kariernya. Sementara itu Prost di Ferrari justru agak meredup dan tidak lagi menjadi pesaing serius. 

Senna memenangkan empat balapan pertama saat para lawannya berjuang untuk menyamai kecepatan dan kehandalannya. Pada pertengahan musim hanya Nigel Mansell di Williams-Renault yang mampu bersaing dengannya.

blogs.yahoo.co.jp|Duel Ayrton Senna (kanan) dan Nigel Mansell (kiri)
blogs.yahoo.co.jp|Duel Ayrton Senna (kanan) dan Nigel Mansell (kiri)
Sebenarnya Senna berencana untuk pindah ke team Williams untuk musim 1992, tetapi CEO Honda; Nobuhiko Kawamoto, secara pribadi meminta agar Senna tetap di McLaren-Honda. 

Senna pun tetap di McLaren, atas dasar loyalitas. Namun ia harus menelan kekecewaan atas kesulitan McLaren untuk bersaing dengan mobil Williams FW14B yang lebih superior dibanding McLaren MP4 / 7A. Dengan sistem suspensi aktif dan menganut teknologi "Drive by wire" FW14B mendominasi tahun itu. 

ada saat kualifikasi di Grand Prix Inggris di Silverstone, di mana Williams yang dikemudikan Mansell lebih cepat 2 detik dibandingkan Patrese, sementara Patrese satu detik lebih cepat dari Ayrton Senna yang berada di posisi ketiga. 

Launching McLaren MP4/7A tertunda dan debutnya baru terlaksana pada balapan ketiga musim ini; Brazilian GP. MP4/7A tidak memiliki suspensi aktif, punya masalah dalam ketahanan dan tidak dapat diprediksi di tikungan cepat. Seolah melengkapi penderitaan McLaren; dapur pacu Honda V12 yang bersemayam di dalam MP4, bukan lagi yang terhebat di sirkuit.

fineartamerica.com|Senna dengan McLaren Ford MP4/8
fineartamerica.com|Senna dengan McLaren Ford MP4/8
Pada tahun 1993, McLaren memakai mesin Ford V8, yang punya spesifikasi lebih rendah daripada mesin yang dimiliki tim pabrikan Ford sendiri; Benetton. Namun dengan kemajuan teknologi, termasuk sistem suspensi aktif yang efektif, McLaren sangat percaya diri. Ron Dennis pun membujuk Senna untuk tetap bersama McLaren. 

Senna setuju untuk balapan pertama di Afrika Selatan, dimana ia akan menilai apakah McLaren cukup kompetitif. Setelah mengendarai mobil baru McLaren; McLaren MP4 / 8, Senna menyimpulkan bahwa mobil baru itu memiliki potensi, meskipun dengan mesin Ford V8 yang relatif rendah dibandingkan dengan Renault V10. 

Senna memperpanjang kontraknya dengan McLaren berdasarkan perlombaan demi perlombaan,  alih-alih kontrak setahun penuh. Namun akhirnya terealisasi sepanjang tahun 1993 juga. 

Informasinya peminangan ini bernilai USD 1 juta per seri. McLaren kemudian menandatangani perjanjian pasokan mesin dengan Peugeot untuk musim 1994. Dan 1993 merupakan tahun terakhir Senna Bersama McLaren.

Senna bergabung dengan Team Williams Renault 1994|blog.tribunadonorte.com.br
Senna bergabung dengan Team Williams Renault 1994|blog.tribunadonorte.com.br
Senna akhirnya bergabung dengan Williams tahun 1994 dan konon digaji USD 20 juta. Senna mengendarai Williams nomor 2, dengan rekan setimnya Damon Hill mengemudi mobil nomor 0. Perubahan aturan untuk 1994 telah melarang Active suspension, Traction Control, dan ABS. 

Selama testing, Williams FW16 yang baru tidak menunjukkan keunggulan dibanding para pendahulunya; FW15C dan FW14B. Senna pun menyatakan ketidaknyamanannya dalam mengendarai mobil barunya.

SAN MARINO GRAND PRIX 1994

Pada Practice session di Imola tgl 29 April 1994, Rubens Barrichello, pembalap team Jordan, menabrak dinding pembatas dalam kecepatan 230 kph di chicane Variante Bassa. 

Senna sampai keluar dari mobil Williams-nya dan pergi ke tempat terjadinya tabrakan. Dokter FIA; Sid Watkins yang sudah ada disana segera menanganinya. Setelah mengetahui bahwa Barrichello selamat, Senna kembali ke mobilnya dan melanjutkan sesi latihannya.

Malam itu di hotel Castel San Pietro, Senna menghubungi kekasihnya; Adriane Galisteu dan menangis ketika menceritakan kecelakaan Barrichello.

Pada Qualification session di Sabtu pagi tgl 30 April 1994 , Senna membukukan waktu terbaik 1 m 22,03 detik. Menurutnya dan juga Damon Hill; teammate Senna; performa mobil sudah lebih baik.

Pada sesi kualifikasi kedua, pembalap Simtek Roland Ratzenberger menabrak dinding beton di luar kurva Villeneuve pada 314 km / jam, diduga mengalami Front wing failure.

 Tumbukan dengan pembatas beton itu mengakibatkan mobil bermesin Ford V8 itu berbalik keras dan berhenti di bagian tengah trek. Senna melihat tayangan ulang tabrakan itu di TV dan segera bergegas ke pitlane, masuk ke dalam Course car untuk menuju ke lokasi kecelakaan. 

Ketika Senna tiba, Ratzenberger sudah dibawa ke ambulans. Senna memeriksa keadaan mobil Simtek yang ringsek itu. Di Pusat Medis sirkuit Dokter Sid Watkins menginformasikan bahwa Ratzenberger telah meninggal. Dunia motorsport berduka.


Ada satu moment Senna bersama Sid Watkins, ketika Watkins mengatakan kepada Senna bahwa Senna tidak harus berlomba lagi dan menyarankan Senna bagaimana kalau mereka berdua sama-sama pensiun, kemudian pergi memancing bersama. Senna menanggapi dengan mengatakan kepada Watkins bahwa dia tidak bisa berhenti balapan.

wired.com|Ayrton Senna bersama Sid Watkins
wired.com|Ayrton Senna bersama Sid Watkins
Konon dilaporkan, Senna sampai menangis di Motorhome nya. Hal ini membuat Williams khawatir, hingga bertanya kepada Betise Assumpo, kepala Humas Senna untuk mengatur pertemuan guna membahas keadaan emosi Senna. Senna bahkan tidak menghadiri konferensi pers pasca-kualifikasi.

Pada hari Minggu pagi tanggal 1 Mei 1994, Senna merupakan yang tercepat dalam warming-up session. Di satu kesempatan Senna sempat berdiskusi dengan Alain Prost, ia menyarankan kembalinya dibentuk Grand Prix Drivers 'Association (GPDA) yang sudah dua belas tahun vakum, dalam upaya meningkatkan keselamatan di Formula Satu. 

Sebagai pembalap paling senior, Senna menawarkan diri untuk mengambil peran sebagai Ketua Asosiasi. Perbincangan selama 30 menit itu sebenarnya hendak berlanjut. Keduanya sepakat untuk bertemu kembali sebelum Grand Prix Monaco untuk berdiskusi.

Race dimulai pk 14.00 waktu setempat. Senna memimpin. Pada Lap-5 terjadi insiden antara  J.J Lehto (Benetton Ford) dan Pedro Lamy (Lotus Mugen Honda). Safety car keluar dan menetralisir situasi, hingga kedua mobil terkait dan puing-puing dibersihkan. Menjelang Lap-6 Safety Car memasuki Pit. 

Balapan dilanjutkan dan Senna segera melesat dan mencetak fastest lap ke-3, diikuti oleh Michael Schumacher dengan Benetton Ford nya. Di tikungan Tamburello yang Flat-left-hander, Schumacher memperhatikan Senna mengambil sisi dalam pada tikungan dan mobilnya berguncang.

Pada lap 7, memasuki Tamburello, mobil Senna keluar dari racing line, melesat dalam garis lurus keluar lintasan dan menabrak penghalang beton.

Dari Data telemetri black box yang diselamatkan dari mobil Senna nantinya; menunjukkan bahwa Senna memasuki sudut tikungan pada kecepatan 309 kph dan kemudian melakukan hard-braking, downshifting dua kali untuk memperlambat mobil sebelum menabrak dinding pada kecepatan 211 kph. Merobek roda depan kanan dan front nose sebelum berputar dan berhenti.

Williams FW16 itu berhenti berputar. Asap debu sesaat menghilang. Dunia menahan nafas, menyaksikan tabrakan yang luar biasa itu. Senna nampak terkulai, tidak bergerak di cockpit. 

Setelah sekitar sepuluh detik, yang Nampak dari close-up aerial footage; kepala Senna terlihat terangkat ke kiri sebelum kembali ke posisi semula. Setelah itu tidak ada pergerakan lagi.


Tabrakan membuat Roda depan kanan melonjak dan memasuki kokpit, menghantam area frontal bagian kanan helmnya. Hantaman keras roda mendorong kepala Senna kembali ke headrest, menyebabkan patah tulang tengkorak yang fatal. 

Ada potongan suspensi roda depan yang menembus sebagian helm Bell M3 yang dipakai Senna dan menyebabkan trauma di kepalanya. 

Selain itu, tampak sebuah potongan bergerigi telah menembus pelindung helm tepat di atas mata kanannya. Senna menggunakan helm Bell M3 berukuran sedang (58 cm) dengan visor Bell yang baru.

Sid Watkins, sebagai kepala on-track Medical Team Formula Satu, melakukan Tracheotomy darurat untuk membuat saluran pernafasan artifisial pada Senna. Selanjutnya Senna segera diterbangkan ke Maggoire Hospital dan mendapatkan perawatan intensif.

Watkins kemudian melaporkan: "He looked serene. I raised his eyelids and it was clear from his pupils that he had a massive brain injury. We lifted him from the cockpit and laid him on the ground. As we did, he sighed and, although I am not religious, I felt his spirit depart at that moment."

Ayrton Senna dinyatakan meninggal pada pukul 18.40 waktu setempat.

Beberapa fakta dan spekulasi menyangkut kejadian di tikungan Tamburello pada 1 Mei 1994 itu;

  • Dalam menindaklanjuti permintaan Senna untuk Cockpit yang lebih lapang, Patrick Head (Team Principle) dan Adrian Newey (Chief Designer) merealisasikan modifikasi Steering Column dengan mengganti sumbu poros dengan mengelasnya dengan yang berdiameter lebih kecil. Pasca tabrakan, ditemukan keretakan akibat tidak tahan tekanan pada bagian yang dilas.
  • Patrick Head berpendapat bahwa kejadian disebabkan adanya human error. Michael Schumacher menuturkan bahwa mobil Senna nampak "ragu" saat memasuki tikungan Tamburello sejak Lap-6
  • Adrian Newey menuturkan adanya Tyre puncture karena terkena serpihan dari tabrakan yang terjadi sebelumnya.

Kepergian Senna dianggap sebagai Tragedi Nasional oleh rakyat Brazil. Pemerintah Brazil menyatakan tiga hari untuk berkabung. Pemakaman Ayrton Senna dilaksanakan pada 5 Mei 1994, dengan tiga juta orang berbaris di sepanjang jalan di Sao Paulo, kota kelahiran Senna. 

Banyak pembalap maupun insan Motorsport hadir di pemakaman. Alain Prost, Gerhard Berger, Jackie Stewart, Damon Hill, Thierry Boutsen, Rubens Barrichello dan Emerson Fittipaldi menjadi membawa Peti jenazah Ayrton Senna.

mirror.co.ukFormula 1 drivers membawa peti jenazah Ayrton Senna
mirror.co.ukFormula 1 drivers membawa peti jenazah Ayrton Senna
Sementara Roland Ratzenberger dimakamkan di Salzburg, Austria pada tanggal 7 Mei 1994. Di dalam cockpit mobil Williams FW16 yang dikemudikan Senna saat tabrakan, ditemukan bendera kebangsaan Austria. 

Agaknya Senna merencanakan untuk mengibarkan bendera Austria dari cockpit nya untuk menghormati Ratzenberger saat lomba berakhir.

Semasa hidupnya, Ayrton Senna adalah seorang Katholik taat dan Philanthropist. Senna mendirikan Yayasan bagi anak-anak; Instituto Ayrton Senna dan baru diketahui setelah kepergiannya, bahwa Senna banyak sekali menyumbang kepada anak-anak miskin dan terlantar. Senna dianugerahi "No 1 Driver of The Year" versi majalah motorsport ternama eropa; "Autocourse" pada tahun 1988, 1991 dan 1993. 

Senna punya banyak hobby seperti aero modelling, menerbangkan Pesawat pribadinya; sebuah British Aerospace 125 dan Helikopter yang juga miliknya, mengendarai Ducati, Jetski dan olahraga fisik lain. Senna cukup dekat dengan Gerhard Berger; teammate nya semasa di McLaren. 

Keduanya kerap bercanda dan saling melontarkan lelucon. Berger pernah bercerita tentang Senna, "He taught me a lot about our sport, I taught him to laugh." Banyak orang yakin Senna adalah Pembalap terbaik. Dan Frank Williams, pemilik Williams F1 Team juga menambahkan "he was an even greater man outside of the car than he was in it."

Ayrton Senna bersama Gerhard Berger tahun 1992|engnews24h.com
Ayrton Senna bersama Gerhard Berger tahun 1992|engnews24h.com
Pada suatu footage siaran televisi Perancis channel TF1, Senna mendapatkan kesempatan melakukan Hot Lap secara live lewat on-board camera yang terpasang pada Williams FW16 nya. 

Memberikan experience berkendara mengitari Circuit Imola naik Formula 1, dengan memandu lewat radio dan menjelaskan akan Teknik membelok, shifting gear dan pengereman. 

Senna sempat-sempatnya menyapa Prost yang saat itu berkontribusi menjadi presenter untuk saluran itu: " A special hello to our dear friend Alain. We all miss you, Alain." Prost mengatakan bahwa dia agak kaget dan sangat tersentuh oleh komentar tersebut.

Senna pernah ikut dalam dua balapan non-Formula Satu di tahun 1984 yang juga bergengsi. Yaitu ADAC 1000 km Nrburgring di mana ia membalap untuk Team Joest Racing Porsche 956 dan finish di urutan ke-8. 

Serta exhibition race untuk merayakan pembukaan Nrburgring yang telah dikonfigurasi ulang sebelum Grand Prix Eropa. 

Exhibition race ini melibatkan beberapa pembalap Formula 1 era 1950 hingga 1980-an antara lain; Sir Stirling Moss, Jack Brabham, Denny Hulme dan Alan Jones. 

Mereka semua mengendarai mobil sport Mercedes 190E 2.3-16. Alain Prost mulai dari posisi terdepan, tetapi Senna melejit dan memimpin di tikungan pertama, menang di depan Niki Lauda dan Carlos Reutemann. Setelah balapan, Senna berujar, "Sekarang saya tahu saya bisa melakukannya."   

Sudah dua puluh enam tahun sejak kepergian sang legenda. Terima kasih Ayrton Senna. Kau adalah inspirasi. Kami akan selalu mengenangmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun