Sajian konten berita berupa video maupun foto yang menceritakan suatu peristiwa menjadi sarana pendukung radio dalam upaya penyampaian pesan. Masyarakat tidak hanya dibuat berimajinasi tentang suatu peristiwa melalui bahasa tutur penyiar, namun bisa melihat peristiwa secara lebih nyata.
Ini melebihi isi konten media lain yang merupakan transformasi dari bentuk cetak. Bukan begitu?
Kita bisa mengambil beberapa contoh radio sebagai berikut : NPR (National Public Radio), BBC Radio dan KBS World Radio.
Radio menciptakan wajah baru dengan penyampaian berita yang bukan hanya melalui siaran, melainkan segmentasi konten yang sesuai dengan selera khalayaknya.
Ketiga radio tersebut menjadi wujud era baru jurnalisme radio. Bukan hanya sekedar bercakap-cakap di depan microphone maupun memutarkan musik, melainkan juga menyajikan konten berita yang tercermin dalam kaidah jurnalisme.
Bagaimana radio di Indonesia?
Terpaan media serta teknologi internet berpengaruh bagi seluruh negara di penjuru dunia, termasuk Indonesia. Menurut suervey Nielsen yang dirangkum dalam VOA Indonesia, radio masih didengarkan oleh 62,4 juta penduduk di seluruh Indonesia (Mazrieva, 2017).
Nah, melihat fakta demikian teman-teman bisa menebak-nebak bagaimana penerapan radio journalism di Indonesia?
Radio Republik Indonesia (RRI) merupakan radio berjejaring nasional. Setelah mengalami masa penggunaan sinyal frekuensi, kini RRI berpijak pada internet melalui saluran portal berita dengan misi informatif yang diimplementasikan dalam program siaran Pro3.
Tidak hanya itu, dalam sajian berita RRI juga berkaca dengan KBR (Kantor Berita Radio).
KBR merupakan penyedia konten berita jurnalistik yang berdiri sejak 1999 dan telah digunakan oleh lebih dari 500 stasiun radio di Indonesia. Bahkan KBR memperoleh penghargaan internasional sebagai media dengan karya jurnalistik berkualitas.