2.4.3. Hambatan Teologis
Â
Hambatan teologis dan structural yang paling mendasar dalam perwujudan Gereja yang tunggal adalah perbedaan dalam sakramen baptis, sakramen ekaristi dan sakramen imamat. Dua yang terakhir lebih sulit dan rumit dibandingkan dengan sakramen Baptis. Sakramen baptis hanya berbeda sopal permandian anak-anak dan permandian dewasa. Persoalan yang paling ramai dibicarakan tetapi tidak mendapat hasil adalah soal sakramen Ekaristi. Gereja Protestan mempersoalkan beberapa ajaran Katolik yang berhubungan dengan Ekaristi [….] hal yang sama sulitnya dengan ekaristi adalah soal imamat jabatan dalam Gereja Katolik. Bagi orang Katolik succesio apostolica termasuk hakekat Gereja. Bagi Protestan ini adalah melulu pelaksanaan duniawi.
Â
Orang Protestan menganggap bahwa jabatan seorang imam atau uskup bukan sebagai kuantitas jabatan penilikan dan bukan mutlak dipegang oleh uskup. Selain aspek institusional yang telah disebut di atas aspek kenabian juga menghalang persatuan Gereja. Penekanan yang mengutamakan SabdaAllah membuat Gereja tertentu tidak memperhatikan aspek lain. Penekanan aspek kerygmatia ini oleh pihak protestan. Sebaliknya Gereja Katolik mengutamakan aspek sakramen dan segi sakramen.[28] Masalah pokok yang menghalangi usaha ekumenis adalah penggunaan eklesiologi tertentu oleh salah satu Gereja mengakibatkan penekanan berat sebelah dalam memaknai Gereja yang adalah misteri.[29]
Â
Persoalan diatas menjadi bahan perselisihan yang hangat terutama dengan Gereja hasil Reformasi.[30] Disini bisa dilihat bagwa salah satu penghambat tercapainya persatuan disebabkan juga oleh berbagai persoalan doktriner dan historis mengenai Gereja, sakramen-sakramen dan tabisan imam. Semua permasalah yang telah ditunjukkan diatas semuanya bisa menjadi penghalang untuk mewujudkan kesatuan Geeja yang dicita-citakan, Gereja yang tunggal. Â Â
Â
3. Kesimpulan
Â
Secara teologis, harapan adalah kebajikan yang membuat manusia mendambakan kerajaan surga dan kehidupan kekal dengan mengandalkan keyakinan akan janji-janji Kristus dan bukan mengandalkan kekuatan kita.[31]Â