Mohon tunggu...
Andreas Hassim
Andreas Hassim Mohon Tunggu... -

Andreas Hassim adalah seorang bankir profesional, perjalanan karir dimulai dari Bank Danamon Indonesia kemudian hijrah ke Bank Rakyat Indonesia sampai saat ini. Dan saat ini sedang mendapat tugas belajar pasca sarjana di Cleveland State University, Ohio, Amerika Serikat. Selain sebagai seorang praktisi perbankan ybs sangat tertarik menulis analisis berkaitan dengan makro ekonomi, perbankan & keuangan serta tulisan-tulisan ringan dalam mengkritisi kehidupan. Beberapa tulisan sudah dimuat di Investor Daily, Kontan, Majalah Infobank dan majalah-majalah Internal BRI

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Dicintai dan Dibenci, Dipuja dan Dihujat

25 Februari 2017   22:16 Diperbarui: 25 Februari 2017   22:55 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tuhan yang Memberi, Tuhan yang Mengambil, Terpujilah Tuhan!

Ahok dicintai dan dibenci, dipuja dan dihujat

Oleh: Andreas Hassim, seorang pemimpi

Kisah Heroik atau Kisah yang Memuakkan

Seorang ibu datang ke Balaikota menemui Gubernur Ahok hanya untuk menjajakan makanan. Dan seperti biasa Balaikota pagi-pagi sudah dipenuhi masyarakat yang ingin bertemu Gubernurnya, mulai dari yang memiliki permasalahan sampai hanya sekedar bersalaman dan berfoto.

Tiba kesempatan, si Ibu untuk menyampaikan niatnya menjual kue kepada Gubernur, setelah mengiyakan permintaan si Ibu, Gubernur mulai terusik dengan wajah si ibu yang nampak pucat dan menahan rasa sakit. Maka, ditanyalah, apakah ibu sedang sakit? Iya pak, jawab si Ibu, kemudian Gubernur bertanya kembali, sakit apa ibu? Ginjal pak, jawab si Ibu lagi. Gubernur menjadi tambah penasaran, kenapa sakit malah datang menjual kue, maka Gubernur bertanya kembali apakah si Ibu memiliki jaminan kesehatan. 

Kepedulian Gubernur inilah yang membuat si Ibu pecah tangisnya karena ia tak cukup berani meminta atas kebutuhannya akan layanan kesehatan namun mencoba menawarkan makanan yang hasilnya dapat membiayainya berobat. Ini hanya satu kisah dari sekian kisah lainnya, seperti kiriman bunga dari seorang anak yang pulih kesehatannya, seorang yang dibantu biaya pernikahan saudaranya, dan masih banyak lagi jika kita ikuti cuplikan-cuplikan rekaman di Balaikota yang senantiasa menjadi berita yang ditunggu-tunggu layaknya reality show.

Cerita tadi mungkin akan membuat Anda mual jika memang pada dasarnya kita sudah berbeda prinsip. Saya tidak akan berdebat mengenai setiap prinsip yang diyakini karena itu merupakan hak individu untuk mempercayai apa yang dianggapnya benar. Dan yang lebih penting saya tidak punya hak untuk menilai kepercayaan ataupun pilihan sikap seseorang itu salah dan yang lainnya benar karena kebenaran yang sahih hanya milik Sang Khalik.

Di tulisan ini saya hanya ingin memberikan secercah harapan positif ditengah kegaduhan politik yang pada akhirnya dapat kita nikmati kelak. Melalui Tulisan ini juga saya menjawab kebodohan saya dengan pernah menulis “Saya Bermimpi Menjadi Koruptor” di tahun 2010. Dahulu saya meragukan akan ada seorang pemimpin yang berani mempertaruhkan nyawanya dan sekaligus keselamatan keluarganya demi membela kepentingan rakyat yang dipimpinnya. Jika hanya menjadi orang alim di tengah sarang penyamun sudah banyak dan hal ini yang membuat kita selalu berada di status quo.

Melaporkan penyelewengan Rp 12 triliun untuk membeli UPS dengan mengadukannya kepada KPK (karena beliau tak punya kewenangan menangkap, menyidik, dll), membuka setiap mata bahwa pemprov DKI sanggup menyediakan banyak rumah susun untuk membantu masyarakat, juga bisa menghargai tenaga orang-orang kecil sebagaimana pasukan orange, hijau, biru, ungu yang telah   menjadi buah bibir karena hasil kerjanya sudah banyak dirasakan masyarakat dan mereka menikmati pula penghasilan yang cukup layak dibandingkan dulu-dulu. 

Tak ketinggalan, pembuat masalah publik seperti narkotika diberantas dengan menutup sejumlah diskotik sekaligus membangun Kalijodoh menjadi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Masih banyak hal-hal lain yang dahulu hanya mimpi telah menjadi kenyataan, namun jika saya teruskan akan menambah mual para haters, oleh karenanya saya cukupkan untuk dilanjutkan dengan pesan lainnya. Ini tergantung dari mana kita memandang, gelas yang terisi setengah atau gelas yang setengah kosong.

Rasa Memiliki yang Tinggi terhadap Ibukota

Kehadiran Gubernur Ahok telah membuat masyarakat kita meningkatkan rasa memiliki terhadap Kota Jakarta. Tak hanya untuk para fans tapi juga para haters, bukan hanya yang hidup di Jakarta tapi seluruh rakyat Indonesia, mereka pun turut memperhatikan setiap gerak si Gubernur sambil terus mengkritisi. Semakin terasa ketika Pilkada DKI, maka rakyat Indonesia di seantero dunia turut meramaikan kegaduhan ini setidaknya di dunia maya media sosial.

Ini merupakan fenomena sangat bagus sehingga proses check and balance berlangsung. Oleh sebab  itu, si Gubernur akan merasa tindak tanduknya dikawal khususnya untuk mewujudkan objectif-objectif yang positif terutama dalam mewujudkan kesejahteraan sosial bagi penduduk Jakarta.

Standar Baru Kualitas Kepala Daerah

Kehadiran Gubernur Ahok telah menetapkan sebuah standar ukuran kerja seorang pemimpin daerah dan dapat menjadi showcase untuk pemimpin dimana pun. Melalui standar ini saya yakin siapapun Gubernur ke depan maka standar AHOK akan dipakai, jika bekerja di bawah kualitas Ahok maka suatu kehinaan bagi Gubernur DKI selanjutnya. Gubernur baru bisa tidak kehilangan massa dan tak mampu menjadi newsmaker. 

Lebih dari itu, respek masyarakat akan cenderung menurun karena yang Gubernur petahana mampu menarik simpati untuk hadir di Balaikota untuk sekedar berfoto. Pada akhirnya, kiprahnya tidak akan diingat oleh generasi-generasi selanjutnya karena memang tidak ada yang spesial dan seperti kembali ke era lama. Saya masih yakin bahwa siapapun Gubernurnya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini mengingat pendahulunya (Jokowi dan Ahok) memiliki popularitas tinggi lewat jalur ini. Apalagi jika memiliki visi atau ambisi menjadi orang nomor satu di Republik ini. Standar kualitas pemimpin yang telah ditanamkan petahana menjadi hal positif bagi masyarakat untuk menaikkan standar ekspektasi terhadap sosok pemimpin.

Keberanian dan Ketulusan

Dibalik keberanian dan standar kerja yang telah ditorehkan di hati masyarakat (baik fans maupun haters) saya beropini bahwa Ahok memiliki ketulusan. Sebagai manusia biasa pasti sempat tnerpikir kekecewaan, ketika upaya yang terbaik yang telah disuguhkan termasuk mempertaruhkan nyawanya dan keluarga besarnya diganjar oleh berbagai tantangan dengan memanfaatkan kelemahanya. Karena AHOK selalu bicara dulu baru berpikir! Hehe. Dalam kondisi terpuruk karena kasus penistaan agama, AHOK masih lantang menyuarakan dan melaksanakan visinya baik dalam bentuk debat pilkada maupun implementasi dari kewajibannya sebagai Gubernur. 

Ya saya mengerti karena setidaknya moto besar “KEHIDUPAN UNTUK KEBENARAN DAN MATI ADALAH KEUNTUNGAN”, menjadi harga mati. Dan visi besar yang dipegang teguh AHOK ini akan mengantarkannya sebagai salah seorang Gubernur DKI yang dikenal sepanjang masa, mungkin hal ini kecil bagi sebagian orang, namun sebaliknya menjadi yang terbesar untuk sebagian orang, terutama orang gila, gila akan idealisme yang dipercayainya. Ditengah kegilaanya, saya yakin semua karena kuasa Sang Khalik dan doa-doa orang di sekelilingnya yang menjadi sumber kekuatannya sekaligus penangkal atas segala serangan musuh-musuhnya (mulai dari “yang keliatan” sampai “yang tidak kelihatan”). Semoga ini menjadi panutan.

Dual Minoritas

Menjadi orang keturunan Tionghoa bukan pilihannya, namun berupaya mengambil peran untuk mengabdi kepada masyarakat di sekitarnya adalah pilihannya. Menjadi seorang beragama Kristen yang minoritas adalah pilihannya dan ia juga yang memilih maju menjadi calon pemimpin daerah di wilayah dengan mayoritas penduduk yang beragama berbeda dengannya. Dual minotitas. Sejatinya Ahok sadar ini akan menjadikannya bulan-bulanan atau titik terlemah darinya. 

Sayang sampai hari ini diluar dual minoritas tadi belum ada kelemahan untuk mendiskreditkan profesionalisme maupun integritasnya sebagai seorang kepala daerah. Oooooh saya lupa, dia seorang pemaki-maki ulung. Namun, kalau saya bayangkan jika ada maling masuk ke rumah saya, maka saya akan berkata kasar sekaligus berlaku kasar padanya, untuk menyelamatkan orang seisi rumah saya (maaf jika analogi saya masih juga subyektif).

Tingkat Kepuasan Tidak Sejalan dengan Elektabilitas

Pilkada DKI putaran 1, tanggal 15 Januari 2017 lalu telah menempatkan AHOK sebagai kandidat dengan suara terbanyak sekitar 42% suara masyarakat memilihnya, tapi ini juga merupakan sinyal bahwa mayoritas atau 58% penduduk lebih memilih gubernur yang baru dibandingkan petahana. Padahal survey tingkat kepuasan masyarakat Jakarta pernah menembus angka 70an persen bahkan hampir 80an persen, namun memang tidak ada korelasi antara puas terhadap pekerjaannya dengan elektabilitas. Mengapa? Saya pikir, teman-teman sudah tahu mengapa.

Misteri Ilahi

Berangkat (logika berpikir) dari hasil tadi maka akan ada Gubernur baru, namun itulah kebesaran Tuhan yang membuat masa depan menjadi misteri bagi setiap kita. Manusia hanya bisa berupaya, berikhtiar, dan berserah, namun Tuhan-lah yang menentukan. Jika Tuhan mampu memberikan visi kepada Samuel memilih Daud (gembala yang betubuh mungil) dibandingkan lainnya dan Tuhan jualah yang merubah kutuk Yusuf dari niat jahat saudara-saudara kandungnya dan kerabatnya telah menghantarkannya menjadi Gubernur di Mesir. Tuhan yang sama pula yang menolong Daniel dari perapian yang panas dan goa singa lapar. Tuhan yang mana? Tuhan pencipta seruas sekalian alam! Dan Tuhan yang sama juga yang akan membolak-balikan hati umatNya.

Jika, Tuhan mampu menolong Yusuf dari penjara, Daniel di Goa singa, dan Daud dari Goliat, maka Tuhan juga yang akan menolong DKI untuk menjadi etalase dan kecerdasan politik di negeri ini sehingga mendapat pemimpin yang terbaik.

Bila Tuhan yang membuka pintu, tak ada satu pun yang sanggup menutupnya, sebaliknya jika pintu ditutupNYA, maka tak seorang pun dapat membukanya. Jika memang yang terbaik bukan pilihan kita dengan kacamata manusia, maka memang yang terpilih adalah seijinNYA.

Menjadi Martir

AHOK harus juga siap sebagaimana motonya tadi kalau-kalau yang terbaik adalah menjadi martir. Kalau Stevanus mati dirajam, maka bukan karena jalan Tuhan adalah salah, namun sebaliknya, karena segala sesuatu bekerja bersama-sama mendatangkan kebaikan untuk orang yang mengasihiNYA. Tak perlu ragu, karena “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah Tuhan! Amin.

Andreas Hassim, seorang pemimpi

Epilog sebagai ilustrasi:

Seorang yang baru saja pulang ke pangkuan Ilahi, terkejut ketika pintu surga terbuka untuknya. Ia takjub melihat surga yang begitu indah sontak terdiam dan semua mata melihat kepada dirinya. Ia pun terkejut ketika memasuki surga karena ia menemui banyak orang-orang yang ia kenal. Mulailah ia bertanya kepada Tuhan, Tuhan mengapa A seorang yang menyakitiku di kantor, atau B yang pernah menghianatiku, maupun C yang tak pernah berkata-kata baik kepadaku bisa mauk ke rumahMU yang suci ini? Dan mengapa surgamu sangat sunyi dan terdiam seperti ini? Jawab Tuhan dengan spontan: Hai anakKu, seisi surga terdiam karena terkejut mengapa kamu bisa layak masuk ke surgaKu?

(disadur dari berbagai sumber dan diolah oleh Andreas Hassim)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun