Remaja dan Persahabatan
Â
Kita telah mendalami gagasan dasar perihal remaja dalam realitas psikologis (sosiologis) dan biblis-teologis. Dari padanya dapatlah ditarik benang merah sebagai penyimpulnya. Bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk keluar dari dirinya agar bisa bersama orang lain.
Â
Realitas sosial dari dimensi human ini terjadi juga pada diri remaja. Perwujudannya terjadi dalam realitas persahabatan dalam kelompok. Di sana remaja mampu mengaktualisasikan diri secara bebas. Dan diharapkan bahwa pengaktualisasian diri ini terjadi secara positif guna mengarahkan remaja pada masa depan yang cerah dan membahagiakan.
Â
Di sisi lain, kita juga memperoleh informasi penting bahwa realitas persahabatan itu melampaui ikatan darah (relasi fraternal). Sebuah persahabatan entah dalam bentuk apapun terjadi karena pilihan bebas dan kualitas pribadi (self quality) dari masing-masing orang. Dan relasi persahabatan sejati ditemukan dalam pribadi Yesus yang mencintai, mengampuni, menegur, mengajar, menguatkan, serta merelakan diri bagi sahabat-sahabat-Nya.
Â
Dengan demikian menjadi pentinglah bagi remaja untuk belajar dari Tokoh Ideal yakni Yesus sendiri. Relasi persahabatan seharusnya memampukan para remaja untuk menerima dan mencintai, mengampuni dan merelakan diri, serta menegur, mengajar dan menguatkan sahabat. Ini mau mengajarkan hal yang paling mendasar dalam realitas persahabatan, bahwa persahabatan yang benar terjadi dalam kesanggupan masing-masing pribadi untuk menerima dan mencintai, mengampuni dan merelakan diri, serta menegur, mengajar dan menguatkan sahabat.
Â
Dalam relasi persahabatan sangat ditekankan kualitas persamaan, penghargaan, kasih sayang, dan saling menghargai. Inilah empat kualitas persahabatan yang benar. Persahabatan bukan soal seia sekata satu sama lain. Ketidaksetujuan dengan teman bukanlah soal kalah atau menang. Yang terpenting di dalam sebuah persahabatan adalah kesanggupan mendengarkan perkataan mereka sebagai orang yang setara, serta menghargai dan menghormatinya dengan penuh kasih sayang tanpa harus menolak dan menyalahkan satu sama lain.[23]