Persahabatan adalah pilihan bebas seorang individu kepada individu yang lain. Pilihan tersebut berdasarkan kualitas tertentu. Keduanya dituntut untuk melepaskan hidupnya masing-masing demi persabahatan tersebut. Di sini persahabatan dikatakan melampaui hubungan darah. Keduanya dipersatukan atas solidaritas yang sama, dan ini berarti keduanya harus saling mendukung dan membantu satu sama lain terutama pada situasi-situasi sulit.[21]
Â
       Saudara adalah ikatan karena hubungan darah. Ikatan ini bersifat natural. Dengan perkataan lain, saudara adalah representasi relasi fraternal. Relasi fraternal ini melampaui ikatan persahabatan. Pada situasi sulit, seorang sahabat bisa saja pergi, dan pada situasi yang demikianlah seorang saudara menunjukkan perannya yang melampaui seorang sahabat.[22]
Â
Persahabatan merupakan bentuk murni dari cinta yang didasari oleh kebaikan hati dan afeksi yang mendalam. Persahabatan dapat terjadi karena pesona fisik, kedekatan perasaan, kualitas pribadi tertentu (kejujuran, kebenaran, kesetiaan, kebebasan, dan kemurahan hati). Pada prinsipnya persahabatan sejati didorong oleh cinta yang diwujudkan dalam relasi timbal balik yang dinamis.Â
Â
Perwujudan persahabatan sejati nyata dalam pribadi Yesus dari Nazareth. Yesus adalah konkretisasi persahabatan Allah dengan manusia. Dia dan para murid-Nya menjadi simbol persahabatan Allah. Dia menyadarkan bahwa sedemikian Allah mencintai dunia sehingga Allah mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal bagi keselamatan manusia (Yoh 3: 16-17).
Â
Yesus sendiri menyebut para murid-Nya sahabat. Sebagai Sahabat, Yesus memberikan cinta yang sempurna bagi mereka. Dia mengajar, menegur, dan menguatkan para murid ketika mereka lemah. Puncak perealisasian cinta sempurna ini diwujudkan lewat peristiwa Kalvari. Di sana cinta sejati tercurah dalam darah yang menyelamatkan. Kalvari menjadi saksi bisu perwujudan persahabatan sejati antara Allah yang menyelamatkan dan manusia yang memperoleh anugerah keselamatan dengan cuma-cuma.
Â
Â