Penembakan terhadap mahasiswa Trisakti tidak hanya menyebabkan kehilangan nyawa, tetapi juga menimbulkan trauma mendalam bagi keluarga korban, mahasiswa lainnya, dan masyarakat luas. Tindakan ini menciptakan ketakutan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan aparat keamanan, yang berlawanan dengan prinsip utilitarianisme yang mengutamakan kebahagiaan dan kesejahteraan bersama.
2. Kegagalan dalam Menghasilkan Kebahagiaan Terbesar:
  Menurut utilitarianisme, tindakan aparat keamanan yang menembak mahasiswa Trisakti tidak menghasilkan kebahagiaan atau kesejahteraan bagi jumlah orang terbanyak. Sebaliknya, tindakan ini memperburuk situasi politik dan sosial, memicu kemarahan publik, dan mempercepat jatuhnya rezim Soeharto. Dengan demikian, tindakan tersebut gagal memenuhi prinsip utilitarianisme.
3. Kebijakan dan Keputusan yang Salah:
  Dari perspektif utilitarianisme, kebijakan pemerintah dan keputusan aparat keamanan untuk menggunakan kekerasan dalam menghadapi demonstrasi damai adalah keputusan yang buruk. Keputusan ini tidak mempertimbangkan kesejahteraan jangka panjang masyarakat dan malah menimbulkan penderitaan yang luas.
Kesimpulan
Kasus pembunuhan mahasiswa Trisakti adalah pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia yang mencerminkan kegagalan pemerintah dalam melindungi hak dasar warganya. Dari sudut pandang utilitarianisme Jeremy Bentham, tindakan ini jelas tidak dapat dibenarkan karena tidak menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbanyak. Sebaliknya, tindakan ini menimbulkan penderitaan, ketakutan, dan ketidakpercayaan yang luas. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk belajar dari peristiwa ini dan berkomitmen untuk melindungi hak asasi manusia serta memastikan bahwa tindakan dan kebijakan yang diambil selalu bertujuan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H