Melatih diri untuk mengecek ponsel dengan sadar, bukan kompulsif.
Istilah "doomscrolling" pertama kali muncul pada awal tahun 2020, tepat saat dunia memasuki masa karantina wilayah akibat pandemi. Istilah yang kedengarannya suram ini tampaknya menggambarkan dengan sempurna kecenderungan masyarakat kita untuk menerima begitu banyak berita buruk sambil memindai media sosial tanpa berpikir.
Apa itu doomscrolling?
Doomscrolling adalah saat Anda menghabiskan banyak waktu online untuk membaca berita negatif . Anda mungkin merasa harus melakukannya --- seperti Anda tidak bisa melepaskan diri dari semua berita utama yang mengerikan.
Orang tersebut akan terus membaca berita negatif, kendati informasi di dalamnya membuat ia depresi, demoralisasi, stres, bahkan bikin perasaan menjadi tidak nyaman.
Banyak orang yang masih melakukan doom scrolling, sebab secara naluriah otak kita memperhatikan situasi yang berpotensi berbahaya sebagai bagian dari keharusan untuk bertahan hidup.Â
Cara menghentikannya doomscrolling?
Siap untuk menyerah pada kesuraman dan kesuraman? Media sosial dibuat untuk konsumsi tanpa berpikir, jadi butuh usaha yang sangat keras untuk belajar memperhatikan dampaknya pada Anda.
Di sinilah kesadaran berperan. Dr. Albers mengatakan, kesadaran adalah tentang belajar untuk tetap membumi dan sadar pada saat ini, dan ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mengurangi keinginan untuk terjerumus ke dalam jurang media sosial.
Sementara dari sisi psikologis, disarankan agar Anda mengetahui terlebih dahulu sumber ketakutan pada diri Anda.Â
Pahami kondisi apa yang membuat diri Anda menjadi tertekan, insecure (merasa tidak aman), takut, dan cemas. Apabila sudah tahu akar masalahnya maka langkah selanjutnya adalah menghindari berita-berita yang terkait kecemasan Anda.Â
DAFTAR PUSTAKA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H