Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berpikir Pendek Merusak Sungai (Cerita Pabrik gula di Mojokerto - 4)

26 Januari 2022   09:57 Diperbarui: 26 Januari 2022   10:00 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahan pribadi
Olahan pribadi

Olahan pribadi
Olahan pribadi

Olahan pribadi
Olahan pribadi

Dokpri
Dokpri

Melestarikan air, minimal tidak mencemari dan merusak. Nah......pernah dengar kalau Belanda itu Ahli Pengairan hebat?
Mengelola air dengan akurat....


Padahal kenyataannya tidak begitu. Nah di hari Bumi ini saya akan melanjutkan cerita.
Nah ini ceritanya....masih dengan Cerita Pabrik Gula di Mojokerto.
Perencanaan saya menulis tentang Cerita Gula di Mojokerto. ceritanya akan saya buat berseri.
1. Teknologi pembuatan
2. Pabrik Gula dan Turunannya
3. Pengairan
4. transportasi
5. sosial ekonomi


Karena transportasi sudah kapan hari...pengairan malah terlewat. Sekarang Seri ke-4 Pengairan.
Seperti cerita-cerita tentang pabrik gula yang lalu ya. Industri gula ini merubah semua tatanan. Sekarang saya cerita tentang tananan air yang juga berubah.


Sungai Brantas di Mojokerto ini baru ada saat kolonial Belanda membuat industri gula. Sebelumnya?
Sungai Lebaaaar...
Lebarnya hampir 3 km. Wiiih...
Jangan diartikan 3 km itu air saja. Airnya akan penuh saat musim penghujan dan surut hanya di beberapa tempat saja saat musim kemarau. Sisanya ya lumpur bantaran sungai.


Catatan Ma Huan dari China saat Majapahit sudah membesar mengatakan sungai ini besar sehingga sungai ini dilalui perahu yang berlabuh di Canggu. Setelah itu Jalan darat ke selatan (Trowulan).
Prasasti Canggu 1280 Saka (1358 M) menyebutkan terdapat 34 pelabuhan di sepanjang sungai Brantas. Berarti besar sekali. Catatan Pendeta W.R. van Hevell juga mengatakan sungai besar luas dan indah.
Pendeta van Hevell ini mengatakan berkuda 3 hari dari surabaya untuk ke Mojokerto (Namanya sudah Mojokerto karena kunjungannya tahun 1847) menyusuri Sungai Kadiri yang luas dan indah.


Sungai ini masih bernama Sungai Kadiri. Jelas luas, berkelok-kelok dan Indah.
Berkelok-kelok.
Sungai memang alaminya ya berkelok-kelok. Sekarang kan sudah ada google map, google earth dan lainnya. Kita bisa lihat sungai di kalimantan (mahakam, barito, kapuas) atau Musi di Sumatra. Pasti berkelok-kelok.
Mengikuti kontur tanah.


Sungai adalah tameng terakhir air tawar. Karena aslinya air tawar tersimpan di dalam tanah (meresap ke dalam tanah). jika jenuh akan keluar sebagai mata air atau juga sumur artesis yang meluap ke atas. hasilnya akan menjadi sungai.
Pada sungai, air juga tersimpan di sungai dengan berkelok-kelok tidak langsung terbuang ke laut. Jadi cadangan air akan aman. Kelak ada berbagai penelitian dan dipastikan bahwa tugas manusia adalah menahan selama-lamanya air tawar di daratan tapi tidak menimbulkan bencana.


Nah...itu ilmu dasar tentang air dan sungai......sampai...
Datanglah bencana bernama kapitalis.
Sederhana saja. Ingin uang banyak. Karena VOC perusahaan terbesar dalam sejarah bangkrut karena korupsi....Belanda menancapkan kuku dengan mulai menjajah ke sistem pemerintahan di awal 1800-an
Ehhhh..mau menjajah kok adaaa saja halangan..Apalagi berupa perang jawa 1825-1830.
Bangkrut Lagiiiiii!!!!


Cara mudah yaitu.......industrialisasi.
Karena Eropa masih gandrung rasa manis. Gula adalah komoditas yang paling mudah dijual. Dibuatlah tanam paksa. Kalau di Mojokerto tanam Paksanya adalah Tebu...
Mulai 1830 Mojokerto ditanami tebu.


Dulunya kan luaas sekali sungai ini, juga dalam. Dalam berarti ketinggiannya jauh di bawah daratan. bagaimana bisa mengairi kebun tebu kalau air sungai jauh di bawah. Air harus di atas..baru bisa turun ke kebun tebu dengan mudah.
Wah..Belanda berpikir pendek. Diuruglah sungai nan luas ini.
Air berdatangan terus, kan bisa banjir karena sungai menjadi lebih tinggi daripada dataran. Dibuatlah tanggul. Jadilah sungai seperti sekarang. Namanya masih Sungai Kadiri. Sudah tinggi..lebih tinggi daripada kota Mojokerto (seperti sekarang ini)
Dibuat juga pabrik gula pertama di Mojokerto Sentanen Lor. Fungsi sungai tidak lagi menjadi penyedia air tapi sebagai drainase juga (membuang limbah).


Daaan...mereka mengangkut hasil gula melalui kapal dari dekat Jembatan Gajah Mada sekarang ini menuju ke pelabuhan Surabaya.
Pabrik gula ini tebu kian diperbanyak. Ada 12 pabrik gula di Mojokerto ya. Tebu juga harus diperbanyak. Otomatis air juga harus datang lebih cepat.


Dibuatlah sungai-sungai baru.
 Pada daerah saya...Puri adalah daerah paling strategis dan dianggap  sangat subur. Jadinya dibuat 15 sungai baru.
Sekarang sungai ini tercatat
1.  Afvour/Kali Cemporat
2. Kali Kintelan
3. Sekunder Kedungpring
4. Sekunder Ngrayung
5. Sekunder Pohkecik
6. Sekunder Ketintang B
7. Sekunder Ketintang C1
8. Sekunder Ketintang C2
9. Saluran Sumber Sambikuning
10. Saluran Sumber Kates
11. Saluran Sumber Karang Tengah
12. Saluran Primer Pehngaron
13. Saluran Sekunder Pehngaron
14. Saluran Sekunder Tirim Kidul
15. Saluran Sekunder Tampung


Semua buatan kolonial. Fungsinya ya mengairi tebu biar mudah.
Berpikir pendek....Sungai yang dikecilkan ditinggikan menjadi masalah. Kota perekonomian (Surabaya sering banjir)
Jadinya....dibuat sungai baru. Sungai dipecah, dan dibuat juga saluran baru sepanjang 42 km. Mojokerto ke Porong (sungai porong)
Dengan cara apa ya...tadi kok mengurug...meninggikan sungai...menyempitkan sungai..sekarang membuat sungai baru.
Duluuu...belum ada Komatsu...Caterpillar..kobelco...merk Bego (eskavator). Jadi dengan manusia lah. Berapa gajinya?
Ini yang tidak dipahami generasi sekarang. Hampir tidak ada cerita tentang "Kerja Rodi" Kerja paksa tanpa bayar oleh Belanda. Budak lah.


banyak yang mati karena kerja rodi ini. Sekarang seperti ada pembelokan sejarah...tidak ada cerita kerja rodi ini. Yang ada adalah belanda membangun dengan hebat. Padahal........


Nah...jadilah sungai porong, kemudian ke arah Surabaya menjadi kali surabaya sebelum dipecah lagi menjadi jagir dan kali mas...Saya tidak akan cerita itu, lingkup saya kan Mojokerto . Inilah istilah Sungai Brantas mulai ada menggantikan Sungai Kadiri.
Dipecah gitu. Dibendung. Biar bisa diatur debit airnya, jadinya tidak banjir lagi di surabaya. Aman?? belum...karena berpikir pendek itu..


Terus....transportasi jadi terhambat. Kereta api kan belum ada. Adanya kan akhir 1800an. Jadi sungai adalah transportasi  penting. Dibuatlan Sluis. Saluran yang bisa dibuat kapal mendaki. Naik ke sungai yang lebih tinggi akibat dibendung.
Saya sertakan gambar Sluis cara menaik turunkan kapal. Mojokerto dulu ada beberapa sluis seperti ini.
Saya juga mengambil beberapa foto koleksi Dr Raymond Valiant Direktur Utama PT Jasa Tirta. Karena saya banyak mendapat ilmu sejarah air dan ilmu sungai dari beliau.


Akhirnya jadilah Sungai porong dan sungai surabaya.
Masih banjir juga.
belanda sih "Nggak Ngurusssssssss" kalau yang kebanjiran penduduk pribumi. Mereka ketakutan karena yang kebanjiran kebun tebu....Gulden akan melayang lah.
Berpikir pendek lagiiiii..


Tidak memperhitungkan banir rob dari laut. Jadinya kan Air kembali  (Back Water). Dibuatlah saluran lagi. Mulai dari gatoel...sampai kali porong. Jadilah Kali Sadar.
Kali sadar melewati beberapa desa. Gak ngurus. Terabas saja. Ada teman saya Mojosari yang menjadi saksi mata. Dulu saat kecil di balong cangak sering menyelam di dalam kali sadar. Di dalam situ banyak bangunan mirip rumah, sumur dan perabotan. Sering ada orang tenggelam tidak kembali, kemungkinan tersedut ke dalam sumur dan tekena lumpur.
kali sadar ini dibuat asal saja, asal tidak membuat kebun tebu di daerah sidoarjo kebanjiran. Tapi.......orang di Bangsal, Mojosari kebanjiran berkala. Hampir tiap tahun. Banjir ini baru tertangani saat tahun 1985 saat Camat Mojosari BK Prawoto yang berinisiatif membuat program penguatan tanggul secara gotong royong rutin.
Saya lanjutkan ceritanya ya...


Nah..sungai-sungai ini dibuat luruuuuuss... Tujuannya adalah agar airnya cepat menuju perkebunan dan air yang tidak dibutuhkan secepatnya menuju ke laut.
Cadangan air?? mana mikir mereka itu.
Air tawar jadi cepat terbuang ke laut. Hmmmmmmmmmmm.
Lalu..


Karena berpikir pendek, Sungai Marmoyo di utara Mojokerto menjadi kering. Tidak ada pemasok air. Makanya mulai berpikir lagi seperti apa ya.
Ooh...dibuat saluran di bawah sungai brantas. Sifon!!
Berbiaya tinggi ini....Jelas. Para pengusaha pabrik gula patungan bin urunan untuk pengerjaan proyek ini. Jadilah sungai marmoyo terairi dan tebu dapat ditanam lagi. Inilah cerita jadinya Sifon Sooko.
Tidak berpikir panjang ini akhirnya berdampak hingga sekarang. Dengan dikecilkan, sungai brantas menjadi kurang optimal dalam menyimpan air.


Dengan dibendung-bendung, banyak binatang endemik yang punah. Bajul Putih misalnya hanya menjadi mitos saja. Padahal dulu adalah hewan khas sungai Kadiri.
Ikan-ikan ada yang mondar-mandir dari hulu ke hilir dan sebaliknya, habis karena tidak dapat mendaki sungai yang dibendung.
Paling mengerikan adalah.......sungai menjadi luruuussss...itu saya sertakan foto sungai porong dan sungai sadar. Lurussssss..artinya, air tawar cepat terbuang ke lautan. Cadangan air tawar akan Hiiiiiiii.
kalau kemarau bagaimana? kalau besok-besok air di tanah habis bagaimana?
lalu Banjir...Hadeeh...


Itulah.....kita sekarang sudah banyak informasi. Kearifan pendahulu kita dalam mengelola air dapat kita gali. Jangan ikutan berpikir pendek seperti kolonial Belanda ya.....
Karena Bumi kita harus selalu lestari. Mojokerto kelak akan sebagai Jantung Indonesia. Harus memulai dengan berpikir lestari.
Selamat Hari Bumi......
(BERSAMBUNG)


#penulis #mojokerto #firi #firitri #humaninterest #perempuan #menulis #penulismojokerto #cerita #ceritamojokerto #penulis_mojokerto #kisah #writing #pernakpernik #pernak_pernik #sungai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun