Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berpikir Pendek Merusak Sungai (Cerita Pabrik gula di Mojokerto - 4)

26 Januari 2022   09:57 Diperbarui: 26 Januari 2022   10:00 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tidak memperhitungkan banir rob dari laut. Jadinya kan Air kembali  (Back Water). Dibuatlah saluran lagi. Mulai dari gatoel...sampai kali porong. Jadilah Kali Sadar.
Kali sadar melewati beberapa desa. Gak ngurus. Terabas saja. Ada teman saya Mojosari yang menjadi saksi mata. Dulu saat kecil di balong cangak sering menyelam di dalam kali sadar. Di dalam situ banyak bangunan mirip rumah, sumur dan perabotan. Sering ada orang tenggelam tidak kembali, kemungkinan tersedut ke dalam sumur dan tekena lumpur.
kali sadar ini dibuat asal saja, asal tidak membuat kebun tebu di daerah sidoarjo kebanjiran. Tapi.......orang di Bangsal, Mojosari kebanjiran berkala. Hampir tiap tahun. Banjir ini baru tertangani saat tahun 1985 saat Camat Mojosari BK Prawoto yang berinisiatif membuat program penguatan tanggul secara gotong royong rutin.
Saya lanjutkan ceritanya ya...


Nah..sungai-sungai ini dibuat luruuuuuss... Tujuannya adalah agar airnya cepat menuju perkebunan dan air yang tidak dibutuhkan secepatnya menuju ke laut.
Cadangan air?? mana mikir mereka itu.
Air tawar jadi cepat terbuang ke laut. Hmmmmmmmmmmm.
Lalu..


Karena berpikir pendek, Sungai Marmoyo di utara Mojokerto menjadi kering. Tidak ada pemasok air. Makanya mulai berpikir lagi seperti apa ya.
Ooh...dibuat saluran di bawah sungai brantas. Sifon!!
Berbiaya tinggi ini....Jelas. Para pengusaha pabrik gula patungan bin urunan untuk pengerjaan proyek ini. Jadilah sungai marmoyo terairi dan tebu dapat ditanam lagi. Inilah cerita jadinya Sifon Sooko.
Tidak berpikir panjang ini akhirnya berdampak hingga sekarang. Dengan dikecilkan, sungai brantas menjadi kurang optimal dalam menyimpan air.


Dengan dibendung-bendung, banyak binatang endemik yang punah. Bajul Putih misalnya hanya menjadi mitos saja. Padahal dulu adalah hewan khas sungai Kadiri.
Ikan-ikan ada yang mondar-mandir dari hulu ke hilir dan sebaliknya, habis karena tidak dapat mendaki sungai yang dibendung.
Paling mengerikan adalah.......sungai menjadi luruuussss...itu saya sertakan foto sungai porong dan sungai sadar. Lurussssss..artinya, air tawar cepat terbuang ke lautan. Cadangan air tawar akan Hiiiiiiii.
kalau kemarau bagaimana? kalau besok-besok air di tanah habis bagaimana?
lalu Banjir...Hadeeh...


Itulah.....kita sekarang sudah banyak informasi. Kearifan pendahulu kita dalam mengelola air dapat kita gali. Jangan ikutan berpikir pendek seperti kolonial Belanda ya.....
Karena Bumi kita harus selalu lestari. Mojokerto kelak akan sebagai Jantung Indonesia. Harus memulai dengan berpikir lestari.
Selamat Hari Bumi......
(BERSAMBUNG)


#penulis #mojokerto #firi #firitri #humaninterest #perempuan #menulis #penulismojokerto #cerita #ceritamojokerto #penulis_mojokerto #kisah #writing #pernakpernik #pernak_pernik #sungai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun