Jika di Maguwo Jogja banyak terdapat pesawat Cureng Jepang, tidak demikian dengan Karangdieng Kutorejo ini. Pada pangkalan ini terdapat 2 buah Mitsubishi A6 Zero untuk siaga. Lainnya ada 100an berada di Morokrembangan Surabaya.
Pesawat A6 Zero ini jauuuuuuh lebih canggih daripada Cureng yang ada di Jogja. Kelak saat merdeka, Inggris datang dan menyerang kita. Semua peralatan perang Jepang dipakai pejuang untuk melawan Inggris, kecuali....... Pesawat A6 Zero ini.
Jelas lah...siapa mau menerbangkannya wong belum tau caranya . Akhirnya ya semua hancur dibom Inggris.
Lantas, Inggris kembali ke negaranya dan menyerahkan Indonesia ke Belanda. Kita masih bersikeras untuk merdeka. Belanda pun melancarkan Agresi Militer I dengan Operasi Produk dan Agresi Militer II dengan Operasi Gagak.
Waduh......
Kita tetap memilih melawan Belanda. Tentara Indonesia dengan peralatan seadanya terus melawan dilindungi oleh rakyat.
Nah, Belanda berniat mengambil hati rakyat Indonesia. Melalui Agresi Militer, rakyat kesulitan pangan sehingga banyak kelaparan. itulah akibat memilih republik.
Agar hati rakyat berpindah memilih kerajaan Belanda dan tidak melindungi tentara Indonesia lagi, Belanda membagikan makanan (Sembako) mulai dari minyak, roti, mentega, beras.......hingga uang.
Nah pembagian ini banyak dilakukan dari udara. Karangdieng ini dipakai untuk pangkalan membagikan sembako itu. Pada saat itu, di sini banyak drum-drum bahan bakar, oli, peralatan dan logistik untuk dibagikan.
Belanda saat itu hanya mempunyai 3 buah C47 Dakota tercanggih di masanya dan salah satunya sering hilir mudik di Karangdieng Kutorejo ini. Mengisi sembako...uang dan lainnya.
Kemudian terbanng dan menjatuhkan bawang bawaan serta uang dalam bentuk Gulden.
Waaooow...anak-anak kecil kegirangan. Setiap ada pesawat akan dikira menjatuhkan uang.
"Pesawaaaat, njaluk dhuwiteee!!!" mereka berteriak-teriak.