Mohon tunggu...
Andradika Fasya
Andradika Fasya Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotlier yang suka nulis, hidup di Bali dan Brussels.... IG :@andfasya FB: Andadrika Fasya Syamun

hotelier yang suka nulis, hidup di Bali dan Brussels.... IG :@andfasya FB: Andadrika Fasya Syamun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tamu Tak Diundang

1 Agustus 2024   08:21 Diperbarui: 1 Agustus 2024   08:25 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cahaya lampu berkedip-kedip memantulkan sorotan warna-warni di lantai dansa yang dipenuhi orang-orang berdandan glamor. Di antara para tamu yang bergoyang-goyang, seorang perempuan muda dengan mata penuh emosi menembus keramaian.

Ethan, menyadari ada suara perempuan memanggil-manggil namanya. Suara perempuan itu pecah di antara deru musik yang berdenyut, "Ethan! Ethan!".

Ethan berbalik, dengan perasaan campur aduk, antara keheranan dan kebingungan, Ethan memalingkan pandangannya, mencari sumber suara itu. Namun, ketika matanya akhirnya menemukan sumber panggilan tersebut, dia merasa jantungnya hampir berhenti, dia melihat perempuan muda tadi dihadapannya sudah dengan belati.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Ethan, panik memenuhi wajahnya.

***

Jennifer, duduk di meja kecilnya di sudut ruangan vila tempat tinggalnya, memeriksa list undangan untuk farewell party. Dengan jari-jarinya yang lincah menelusuri baris-baris nama di daftar undangan. Dia mecek ulang list undangan teman-teman satu kelasnya di SMA. Selanjutnya, teman-teman grup dancernya. Dia, menyadari kehadiran grup dancernya di pesta malam itu akan memberikan keceriaan pada pesta malam itu, Jennifer tersenyum puas.

Selang beberapa detik, Jennifer, menatap layar ponsel pintarnya dengan ekspresi serius, mengetik pesan yang dia kirimkan kepada papanya, Ethan. Jennifer merasa sedikit gelisah karena menyadari bahwa malam itu adalah malam terakhirnya di Jakarta sebelum dia berangkat studi fashion design ke Paris. Dia membuka aplikasi pesan dan mengetikkan pesan kepada daddynya:

"Hey, Dad, Don't forget, tonight is my farewell party before leaving for Paris for college. I will wait for you. Thank You." 

Sebelum bertemu dengan Andini, Ethan, telah menghabiskan beberapa tahun di Bali, bekerja di industri properti di pulau yang indah itu. Ethan, berusia 45 tahun dan berasal dari Manchester, Inggris. Saat ini, Ethan sudah 19 tahun tinggal di Jakarta, dan telah menikahi Andini, mamanya Jennifer.

Setelah mengirim pesan itu, Jennifer merasa lega bahwa dia telah mengingatkan papanya, betapa pentingnya malam itu baginya dan ingin berbagi momen spesial itu dengan orang-orang terdekatnya, termasuk Daddy-nya.

***

Para tamu berkumpul di sekitar vila, untuk merayakan malam yang istimewa ini. Beberapa dari mereka memilih untuk berdiri di taman yang juga terdapat sebuah kolam renang berukuran sedang. Airnya berkilauan di bawah sinar lampu menciptakan warna-warni yang mempesona, lampu-lampu kecil berkilauan di antara pepohonan disetting untuk pesta menambah keseruan. Sementara, yang lain memilih untuk duduk di teras sambil menikmati segelas mocktail atau red wine yang nikmat. Band pembuka penuh semangat memainkan lagu-lagu. 

Dari taman hingga teras, dentingan musik mengisi setiap sudut, para tamu yang berdiri di taman bergoyang-goyang ringan, mereka membiarkan diri terbawa aliran musik yang mengalir. Ketika band pembuka berhenti memainkan musiknya, teman-teman club tari Jennifer membanjiri panggung kecil di dekat kolam renang, menari. Mereka, mengenakan kostum berkilauan, dan aksesori yang mencolok, menambahkan nuansa glamour pada suasana pesta. Sorak-sorai dan tepuk tangan meriah.

Setelah sesi pertunjukan tari selesai. Tiba-tiba, Daddy dan Mommy Jennifer memegang mikrofon dan berdiri di panggung dekat kolam renang, tersenyum penuh kebanggaan, "Jennifer, will go to Paris for her studies, we are very proud of her decision, even though it means she will be leaving us for a while," kata Ethan dengan suara hangat.

Sorak sorai dan tepuk tangan dari penonton terkesan, Jennifer yang masih berbaur dengan club tarinya akhirnya diarak menuju panggung oleh teman-temannya. Tak lama Jennifer sudah di panggung, berdiri di depan mikrofon, diapit oleh kedua orangtuanya yang tersenyum bangga. Dengan tatapan penuh hangat, Jennifer memulai pidato singkatnya,

"Terima kasih semuanya atas kehadiran kalian di farewell party ini. Saya benar-benar terharu. I want to say a special thank you to Daddy and Mommy atas semua dukungan dan pengorbanannya. Tanpa kalian, saya tidak akan menjadi orang seperti hari ini. I know this separation may be difficult for all of us, but I believe that this is the right step for my future. I will miss all the wonderful memories here," Jennifer menyelesaikan pidato singkatnya dengan senyum yang penuh haru dan tepukan meriah dari para tamu.

Dan sementara Jennifer meninggalkan panggung, musik DJ mulai dimainkan, langsung merubah pesta menjadi lebih meriah. Para tamu mulai bergerak ke area dansa. Cahaya lampu berkedip-kedip mengikuti irama musik yang memompa adrenalin. Daddy dan Mommy Jennifer pun tidak bisa menahan diri, ikut bergoyang, mereka berbaur dengan para tamu, membiarkan diri mereka terbawa aliran musik.

Di bawah cahaya lampu yang berkilauan dan dentuman musik yang menggema, tiba-tiba hadir sesosok perempuan muda yang tak dikenal itu menarik perhatian seluruh tamu di farewell party. Dengan langkah mantap, dia berjalan di antara kerumunan dengan ekspresi emosional yang terpancar jelas di wajahnya.

Pakaiannya yang mencolok-rok mini hitam jeans dan jaket kulit hitam-membuatnya tampak berbeda dari para tamu lainnya. Jennifer memperhatikan kedatangan perempuan itu dengan rasa ingin tahu yang mendalam. Dengan hati-hati, Jennifer mendekati perempuan muda tersebut, bertanya, "Maaf, apa yang kamu lakukan disini, siapa kamu ?".

Perempuan muda itu menatap Jennifer dengan mata yang penuh dengan emosi. "Saya, mohon maaf atas kedatangan saya yang tiba-tiba, saya, memang bukan tamu yang kamu undang" katanya dengan suara yang bergetar sedikit. Mereka saling beradu pandang sejenak. Selang beberapa detik perempuan muda itu berteriak-teriak memanggil nama "Ethan", suasana di farewell party tersebut berubah menjadi tegang, sementara Jennifer memperhatikan reaksi perempuan muda itu dengan kebingungan.

"Ethan, Ethan!" teriak perempuan muda itu sekali lagi. Ethan mencari sumber suara, lalu mendekati perempuan tadi dengan langkah hati-hati, mencoba untuk memahami apa yang sedang terjadi.

"Kamu siapa ?" tanya Ethan dengan suara lembut, mencoba menenangkan perempuan muda itu. Dengan napas yang tersengal-sengal, perempuan muda yang tak diundang itu, berbicara dengan suara gemetar. "Saya, tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi saya, harus memberi tahu anda sesuatu. Saya, adalah Amanda, anak yang kamu terlantarkan dari istri yang bernama Riyanti, yang kamu tinggalkan di Bali."

Terdengar gemuruh kecil di antara para tamu, sementara itu, Ethan terlihat terkejut, kebingungan dan terdiam, mencerna kata-kata Amanda. Di tengah ketegangan, suasana pesta berubah menjadi hening. Semua mata tertuju pada Ethan dan Amanda, menunggu dengan napas tertahan untuk melihat bagaimana peristiwa yang tak terduga ini akan berkembang.

"Anakmu, Jennifer, mungkin sangat berbahagia dengan rencananya untuk melanjutkan sekolah di Paris dan tinggal di vila ini. Tetapi, jangan lupakan bahwa kamu telah meninggalkan aku, ibuku, terlantar 20 tahun yang lalu. Ingat itu. Saatnya bagiku untuk membalas sakit hati ibuku." 

Amanda melanjutkan. Kata-kata Amanda menimbulkan keheningan yang mencekam di antara para tamu. Mereka memandang satu sama lain, merasa terjebak di tengah konfrontasi keluarga yang tak terduga ini. Sementara itu, Jennifer merasakan beban emosional yang mendalam. 

Dia tidak bisa menahan rasa sesak di dadanya, merasa bersalah atas ketidaksetiaan daddynya terhadap Riyanti, perempuan masanya lalu di Bali. Jennifer menyadari bahwa ada masalah yang belum terselesaikan di antara daddynya, Amanda dan Riyanti, dan pertemuan ini membuka luka lama yang belum sembuh.

Situasi menjadi semakin tegang ketika Amanda, melangkah semakin dekat dihadapan Ethan, sambil membawa belati yang keluar dari jaketnya. Teriakan kepanikan memenuhi pesta. Ethan, yang terkejut dan takut, melihat dengan kebingungan saat Amanda mendekatinya dengan ekspresi marah. Ethan mencoba untuk berbicara dengan tenang, "Amanda, calm down. Let's talk about this."

Dan kemudian, dalam sekejap mata, Amanda, dengan ekspresi marah yang tak terbendung menusukkan belati ke arah dada Ethan sambil berteriak, "Inilah balas dendamku atas sakit hati ibuku!". Dalam momen yang menegangkan itu, belati telah menyentuh dada Ethan, Ethan merasakan getaran yang menusuk-nusuk di tubuhnya, nafasnya terengah-engah, dan melumpuhkan menyelubungi dirinya. Namun, meskipun dalam kondisi yang genting, dia masih bisa berbicara dengan susah payah.

"Amanda, forgive me for everything that happened. It's true , I left you in Bali without any news. Papa is indeed guilty." desis Ethan, suaranya terputus-putus menahan rasa sakit, kata-katanya terdengar terputus-putus, disertai dengan isak tangis. Ethan mengalami rasa menyesal yang mendalam. 

Dengan belati yang masih tertancap di dadanya, Ethan mulai tersungkur ke lantai dengan wajah pucat dan napas yang terengah-engah. Darah mulai mengalir dari luka di dada Ethan. Sementara Ethan terbaring tersungkur di lantai, Amanda melihat ke arah Ethan dengan ekspresi sinis. 

Dia menatap belati yang masih tertancap di dada Ethan dengan tatapan dingin. Dengan gerakan perlahan, Amanda mengambil belati dari dada Ethan, membuatnya terlepas dari dada Ethan. 

Dia memegang belati itu dengan tangan gemetar, memperhatikan dengan dingin darah yang menetes dari ujungnya ke lantai. Kemudian, Amanda, membuang belati itu ke lantai dengan kasar, membiarkannya jatuh dengan suara yang keras. Ekspresi wajahnya tidak menggambarkan penyesalan, tetapi lebih mirip kepuasan.

Di sekelilingnya, suasana tegang masih terasa, para tamu tercengang oleh tindakan Amanda. Beberapa dari mereka masih terkejut. Amanda meninggalkan kerumunan dengan langkah mantap, meninggalkan suasana tegang. Para tamu masih terdiam, terpaku oleh apa yang baru saja mereka saksikan. Mereka memandang ke arah Amanda yang pergi dengan perasaan campuran antara kebingungan, ketakutan, dan keterkejutan. Tidak ada yang berani bergerak atau berbicara, terpaku oleh keadaan yang tak terduga ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun