Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[My Diary] Kau Segalanya

13 April 2016   21:50 Diperbarui: 13 April 2016   21:58 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja aku mencintai istriku…! Buka kupingmu lebar-lebar, kuteriakkan lagi. Aku mencintai istri dan anak-anakku!

Puas? Eeh, nanya lagi…

Iya, kaubenar—lagi. Aku menikahi dia karena komitmen. Laki-laki harus punya prinsip, Di. Sekali berkata, pantang menjilat ludah. Dan cinta, akan hadir setelah itu.

Buktinya? Hahaha, masihkah harus kautanya buktinya?

Di, Di… kau itu gimana, sih? Apa kau tidak lihat? Hampir delapan tahun kami menikah, kadang makan kadang puasa, tidur di kamar dua kali dua meter persegi, emang pernah kaudengar kami bertengkar, hmm…? Kaubandingkan saja dengan pasangan yang belum menikah tapi sudah berani panggil Papa-Mama, atau Ayang, atau Mbeb, sebut sesuka hatimu semua kata yang membuatku muntah.

 

Sial kau, Di…

Masih saja kaubertanya, padahal aku ingin mengadu padamu. Hahh… payah. Jadi memelas, deh. Kujawab saja pertanyaan terakhirmu, sekalian mengakhiri ini. Hedeuh… masih saja menagih puisi. Baiklah. Baiklah. Kujawab tanyamu dalam puisi.

Jika ada hal yang sangat indah dan sangat pantas disyukuri, itu adalah dirimu, istriku. Pada rasa dalam setiap langkahku. Pada senyuman teduh pada setiap tulisanku. Pada rangkulan dalam setiap kesempitan yang kita hadapi.

Tiada sebersit benci bila aku pulang dengan tangan hampa. Tiada secercah cemburu dengan siapa pun aku berteman. Dan kita tetap mendendangkan syair keindahan. Yang kausuka, dan jujur… sangat kusuka.

Dengarlah kasih, dengarlah sayang. Kan kubisikkan di telinga yang jengah. Bukan kata cinta atau bujuk rayu. Bukan pula selarik kata pemanis muka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun