Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

1+1 = ?

4 Agustus 2015   14:03 Diperbarui: 4 Agustus 2015   14:14 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Note: cerita ini sudah ada semenjak awal ’90-an, ane tulis ulang dalam bahasa Indonesia dan yaa, nyampur prokem lah ^^.

 

Alkisaaahhh… toyeeeep

Pada suatu hari, di sebuah Sekolah Dasar, tepatnya ruangan kelas 2, seorang siswa bernama; Buyung (Buyung lagi, buyung lagi. Apa yang salah dengan si Buyung? Gak ada, cuman karena ane orang Minang aja hehe…) tengah mengikuti pelajaran terakhir bersama teman-temannya, Matematika.

Di kelasnya, Buyung terkenal karena nakal, dan tak pernah menangkap pelajaran yang diberikan guru-gurunya. Termasuk matematika, jadi, sang guru sengaja membuat pertanyaan untuk Buyung.

Guru: “Buyung, satu tambah satu sama dengan, berapa?”

Buyung kaget, tidak menyangka diberi pertanyaan yang begitu sulit oleh gurunya itu.

Buyung: “ngg… ngg… ndak tau, Buk,”

Sang guru sudah mengira, Buyung tidak akan bisa menjawab pertanyaan supersulit itu, dan memerintahkan Buyung untuk mencari tahu jawabannya.

Guru: “Jadikan itu PR-mu. Tanyakan pada Ibu-Bapak kamu, Abangmu, atau juga Kakakmu. Paham?”

Buyung: “I—ya, Buk. Paham.”

Guru: “Kalau kamu gak dapat jawabannya, kamu gak bakal naik kelas!”

Singkat cerita, seusai jam sekolah Buyung langsung pulang ke rumah. Ia mengabaikan anjuran guru Agamanya tentang keinginan masuk syurga. Lhoo?? Haha, lewatin aja!

Sesampainya di rumah, ternyata Ibu-Bapak si Buyung sedang bertengkar hebat, segala nama hewan sekebun binatang dibawa-bawa, ampe iblis di neraka pun gak ketinggalan, tidak menyadari jika anak bungsu mereka berada di sana.

Buyung: “Mak, Pak, Buyung ada PR nih. Tadi Bu Guru nanya; satu tambah satu sama dengan berapa?”  ujar si Buyung bertanya begitu saja pada kedua orang tuanya (yaa, pan anak kecil belum ngarti laah, kalo Mak-Bapaknya lagi ribut, jadi cuek aja nanya langsung).

Mak si Buyung: “An..$^&))_)*&^$##**()___&^%$#@&*)__++...”  --sensor, soalnya ni ucapan kasar.

Bapak si Buyung membalas: “Das…)(*&^%$#@!~!@#$%^*()()_...”  --ni juga ucapan kasar.

Buyung: “Hoo… jadi, 1+1=An..Das…+_)(*&^%$#@!~!@#$%^&*())_...”  --karena si Buyung masih kecil dan menirukan ucapan kasar orang tuanya, maka, kudu disensor juga hehe.

Setelah mendapatkan jawabab dari kedua orang tuanya, Buyung ke kamar Abangnya, ingin bertanya hal serupa. Yaa, sesuai pesen gurunya, hahaha.

Di kamar itu, Buyung mendapati sang abang tengah menonton pertandingan tinju, dan langsung saja bertanya.

Buyung: “Bang, bantu PR Buyung nih. satu tambah satu sama dengan berapa?”

Sang abang yang tidak mendengar seruan adiknya itu, terus saja bersorak-sorai. “Tyson. Tyson, hajaarrr… Tyson!”

Buyung: “Ooh… 1+1= Tyson Tyson hajaaar Tyson. Makasih, Bang!”

Seterusnya, karena tidak ingin tinggal kelas, Buyung mengikuti saran terakhir sang guru; bertanya pada sang Kakak.

Ternyata, di dalam kamar kakak perempuannya, Buyung mendapati sang kakak tengah asyik menelpon ria dengan pacarnya. Tidak peduli dengan itu, Buyung kembali langsung bertanya.

Buyung: “Kak, tadi Buyung dikasi PR nih, sama Bu Guru. Satu tambah satu sama dengan berapa, Kak?”

Sang kakak yang terlena dalam bujuk rayu pacarnya via telepon itu berkata; “Oke deh, Say…”

Buyung; “Hoo… 1+1=Oke deh, Say. Makasih, Kak!”

 

Keesokan harinya, saat di sekolahan, di kelasnya, Buyung kembali ditanya oleh sang guru matematika. Sang guru sangat yakin, kali ini Buyung pasti sudah mendapatkan jawabanya, sebab sebelumnya ia membumbui dengan ancaman; tidak akan naik kelas. Pastilah, si Buyung tidak ingin itu terjadi, dan akan belajar dengan keras.

Guru: “Haa, Buyung,”

Buyung: “Ya, Buk?”

Guru: “Sudah dapat jawab PR-mu?”

Buyung, dengan pede-nya menjawab: “Udah dong, Buk. Lengkap malah.”

Guru: “Bagus! Nah harus gitu kalo belajar. Sekarang Ibu tanyakan lagi. Satu tambah satu sama dengan berapa?”

Buyung: “An… Das… +_)(*&%$#@!~!@#$%^&*()_”  --sensorrr lagii, hehehe.

Mendengar jawaban kasar dari si Buyung, sontak sang guru naik pitam. Dengan berang, sang guru menghardik si Buyung.

Guru: “Anak kurang ajar…! Apa yang kamu sebutkan itu, haa? Siapa yang ngajari seperti itu?!”

Buyung: “Tyson. Tyson, hajaaarrr Tyson…”

Sang guru semakin kalap, dengan wajah yang memerah ia mengusir si Buyung.

Guru: “Kamu benar-benar kurang ajar! Berani melawan guru. Keluaaar kamu…!”

Buyung dengan lempeng menjawab: “Oke deh, Say…”

Guru: “Arrggg….<>?”:_(*^$@<>?)*^$@!....”

 

Udeh, gitu aje^^

Note (lagi): Ingat-ingatlah pepatah tua; Laruiknyo aie yo ka hilie – hanyutnya air ya ke hilir. Segala bentuk ucapan, tindakan, dan kelakuan dari yang tua (entah itu orang tua, kakak, dsb) sadar atau tidak, akan menjadi percontohan bagi yang lebih kecil/muda^^.

TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM, COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAP POSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.

Ando Ajo, Jakarta 04 Agustus 2015.

Sumber ilustrasi.

Terima Kasih Admin Kompasiana^^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun