Guru: “Kalau kamu gak dapat jawabannya, kamu gak bakal naik kelas!”
Singkat cerita, seusai jam sekolah Buyung langsung pulang ke rumah. Ia mengabaikan anjuran guru Agamanya tentang keinginan masuk syurga. Lhoo?? Haha, lewatin aja!
Sesampainya di rumah, ternyata Ibu-Bapak si Buyung sedang bertengkar hebat, segala nama hewan sekebun binatang dibawa-bawa, ampe iblis di neraka pun gak ketinggalan, tidak menyadari jika anak bungsu mereka berada di sana.
Buyung: “Mak, Pak, Buyung ada PR nih. Tadi Bu Guru nanya; satu tambah satu sama dengan berapa?” ujar si Buyung bertanya begitu saja pada kedua orang tuanya (yaa, pan anak kecil belum ngarti laah, kalo Mak-Bapaknya lagi ribut, jadi cuek aja nanya langsung).
Mak si Buyung: “An..$^&))_)*&^$##**()___&^%$#@&*)__++...” --sensor, soalnya ni ucapan kasar.
Bapak si Buyung membalas: “Das…)(*&^%$#@!~!@#$%^*()()_...” --ni juga ucapan kasar.
Buyung: “Hoo… jadi, 1+1=An..Das…+_)(*&^%$#@!~!@#$%^&*())_...” --karena si Buyung masih kecil dan menirukan ucapan kasar orang tuanya, maka, kudu disensor juga hehe.
Setelah mendapatkan jawabab dari kedua orang tuanya, Buyung ke kamar Abangnya, ingin bertanya hal serupa. Yaa, sesuai pesen gurunya, hahaha.
Di kamar itu, Buyung mendapati sang abang tengah menonton pertandingan tinju, dan langsung saja bertanya.
Buyung: “Bang, bantu PR Buyung nih. satu tambah satu sama dengan berapa?”
Sang abang yang tidak mendengar seruan adiknya itu, terus saja bersorak-sorai. “Tyson. Tyson, hajaarrr… Tyson!”