Salah satu pertanyaan penting dalam diskusi ini adalah: mengapa Superego, yang seharusnya mengatur perilaku moral individu, sering kali gagal mencegah tindakan korupsi? Superego, sebagai representasi dari nilai-nilai moral dan etika, dibentuk oleh pendidikan, agama, dan norma-norma sosial.Â
Ketika Superego berfungsi dengan baik, individu akan merasa bersalah atau malu jika melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika. Namun, dalam kasus korupsi, Superego sering kali gagal dalam menjalankan fungsinya.
Ada beberapa alasan mengapa Superego bisa gagal mencegah perilaku korupsi:
Budaya Korupsi yang Mengakar: Di banyak institusi di Indonesia, korupsi telah menjadi norma yang diterima. Ketika individu berada dalam lingkungan di mana korupsi dianggap sebagai hal yang biasa, Superego mungkin tidak berfungsi dengan baik karena nilai-nilai moral yang diinternalisasi menjadi terdistorsi. Mengapa individu tidak merasa bersalah melakukan korupsi? Karena ia melihat bahwa tindakan tersebut adalah sesuatu yang "normal" di lingkungannya.
Kurangnya Pendidikan Moral: Pendidikan moral yang lemah atau tidak merata juga dapat menjadi penyebab mengapa Superego gagal membatasi perilaku korupsi. Individu yang tidak memiliki pemahaman yang kuat tentang etika dan integritas akan lebih mudah terpengaruh oleh dorongan Id dan rasionalisasi Ego.
Superego yang Tertekan oleh Kepentingan Eksternal: Dalam beberapa kasus, Superego mungkin telah berkembang dengan baik, tetapi ia ditekan oleh kepentingan eksternal, seperti tekanan dari atasan atau kelompok untuk melakukan tindakan yang tidak etis. Mengapa ini terjadi? Karena individu sering kali merasa bahwa mereka harus mengikuti arus, meskipun mereka menyadari bahwa tindakan tersebut salah secara moral.
Mengapa Korupsi Bisa Menjadi Masalah Sistemik?
Korupsi di Indonesia bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah sistemik. Mengapa korupsi bisa menyebar begitu luas dalam sistem pemerintahan dan birokrasi? Salah satu alasannya adalah bahwa korupsi sering kali menjadi bagian yang terintegrasi dalam budaya organisasi.Â
Ketika korupsi menjadi praktik yang diterima atau bahkan diharapkan dalam suatu organisasi, nilai-nilai moral yang seharusnya diinternalisasi oleh Superego menjadi lemah.
Selain itu, mengapa korupsi bisa berkembang menjadi masalah yang begitu luas? Karena ada insentif ekonomi dan politik yang mendorong perilaku ini. Dalam sistem yang tidak transparan dan tidak memiliki mekanisme akuntabilitas yang kuat, individu merasa bahwa mereka dapat melakukan korupsi tanpa takut akan konsekuensi.Â
Hal ini memperkuat Id dan melemahkan Superego, terutama ketika individu melihat bahwa korupsi membawa keuntungan pribadi tanpa risiko yang signifikan.