Saat itu saya jawab, saya suka, Bu.
"Baik. Kalo begitu, selagi kamu menjajal sepatunya. Ibu gorengin tempe untukmu dulu ya? Kamu pasti lapar."
"Aku lapar sekali, Bu" Saya menjajal sepatu itu.
"Ibu minta maaf ya, tadi pergi tidak bilang-bilang."
***
Bertahun-tahun setelah itu, setiap kenaikan tingkat kelas, ibu saya selalu memberikan sepatu baru untuk saya.
Kesalahan saya, cuma satu. Saya tak pernah sempat bertanya dari mana dia mendapatkannya. Seperti kejadian itu. Dan bertahun-tahun kemudian, baru saya tahu bahwa untuk mendapatkan sepatu untuk saya, beliau boleh pinjam uang sana-sini ke tetangga. Dan dengan membayarnya mencicil pula. Â
Jika memikirkan ini saya mendadak amat sedih, sekaligus merasa paling beruntung memiliki Ibu seperti Ibu saya.
Ah Ibu. Saya minta maaf, pernah jadi anakmu yang bandel dan egois. Saya sayang Ibu. Selamat hari Ibu untukmu ya?
*Peluk kamu ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H