Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gas Air Mata dan Tawa

28 September 2017   05:57 Diperbarui: 28 September 2017   06:00 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: instagram.com/the_business_rules/

"Martha, selamat tidur. Mimpi-mimpiku akan menjagamu agar kau aman."

Begitulah akhir ritual yang biasa dia ucapkan sebelum tidur, kalau tidak lupa.  Dan jika kalimat menyapa yang lain sering berubah-ubah, tapi untuk yang terakhir tidak pernah. Selalu sama. "Martha selamat tidur. Bla bla bla."

Dulu satu bulan lalu, ketika pertama kali dia menelponku, kukira dia hanya seorang yang sedang salah sambung. Maka kubilang padanya, "Aku bukan Martha. Aku, Flu. Anda salah sambung." Lalu saluram telepon kumatikan.

Akan tetapi, lima detik kemudian, dia menelponku lagi. Tak ada yang bisa kulakukan selain mengabaikannya sampai ponselku kehabisan daya. Dan ketika aku mengisinya, sebuah pesan masuk darinya.

"Martha, kenapa kau pergi dan meninggalkanku? Aku mencintaimu dan sebaiknya itu pun yang kamu lakukan padaku."

Kubalas, "Maaf. Ini bukan Martha. Ini Flu, si botol kecap," Aku berusaha mengajaknya becanda. "Tapi kalau kau tak suka, kau boleh memanggilku apa saja. Yang penting bukan Martha."

Sepuluh detik kemudian.

"Martha."

Sialan.

Aku ingin membalasnya sekali lagi. Tapi aku tidak punya alasan kuat buat meladeni orang yang salah sambung. Jadi aku mengaibaikannya.

Aku mengabaikannya terus-menerus sampai kemudian aku terbiasa mengaibaikan banyak hal. Namun akhir-akhir ini aku justru sering bertanya-tanya. Bukan kepada seseorang di balik telepon itu. Melainkan fokusku kepada si penerima, yang ia anggap aku, yang tak lain adalah Martha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun